Kendaraan Listrik: Jangan Hanya Berkomitmen, Tagih Sampai Jadi!

Presiden Jokowi pun meminta agar ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah dihentikan dan mendorong BUMN atau swasta untuk membangun industri pengolahan di dalam negeri.

Wibi Pangestu Pratama & Aprianus Doni Tolok

24 Okt 2021 - 16.00
A-
A+
Kendaraan Listrik: Jangan Hanya Berkomitmen, Tagih Sampai Jadi!

Presiden Joko Widodo menandatangani baja produk terbaru saat meresmikan pabrik Hot Strip Mill 2 PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. di Kota Cilegon, Banten, Selasa (21/9/2021). Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun dan merupakan pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium./ANTARA FOTO/Biro Pers Media Setpres-Agus Suparto

Bisnis, JAKARTA — Indonesia memiliki potensi besar untuk  menjadi pemain global di industri baterai dan kendaraan listrik. Selain ukuran pasar yang besar, ketersediaan bahan baku menjadi faktor utama untuk mendukung tercapainya hal tersebut.

Sudah banyak perusahaan besar dari mancanegara yang berkomitmen menanamkan modal mereka di ekosistem kendaraan listrik mulai dari hulu hingga hilir. Mulai dari bidang pertambangan hingga manufaktur, bahkan kedua-duanya.

Maka, tidaklah mengherankan jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menaruh perhatian besar kepada pengembangan mobil listrik dan optimistis Indonesia bisa segera memproduksi mobil listrik.

Jokowi pun meminta agar ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah dihentikan dan mendorong BUMN atau swasta untuk membangun industri pengolahan di dalam negeri.

“Setop ekspor bahan mentah [nikel]. Kita paksa entah itu BUMN atau swasta atau investor untuk mendirikan industrinya di dalam negeri. Bapak-ibu akan lihat, 2—3 tahun lagi mobil listrik bermunculan dari negara kita,” kata Jokowi kepada peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 Lemhannas RI, dikutip dari YouTube Setpres, Rabu (13/10/2021).

Menurutnya, produksi mobil listrik akan menjadi keniscayaan karena pemerintah akan mengintegrasikan industri baja Krakatu Steel, industri baterai litium, dan industri otomotif.

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. yang terus mengalami perbaikan dengan mendirikan hot strip mill #2 dinilainya mampu memenuhi kebutuhan bahan baku produksi mobil listrik.

“Karena sekarang Krakatau Steel dengan pabrik pembaharuan yang ada pabrik hot strip mill sudah bisa memproduksi lembaran tipis [baja] untuk body mobil,” ujarnya.

Jokowi berpesan agar Indonesia tidak kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan semaksimal mungkin sumber daya alam melalui produk-produk bernilai tambah maksimal.

Kepala Negara juga meminta setelah ekspor bahan baku nikel dihentikan akan berlanjut ke komoditas minerba lainnya. Dia berharap agar sumber daya alam Indonesia bisa diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang tinggi.

Sementara itu, perusahaan asal Taiwan, Hon Hai Precision Industry atau Foxconn, menyatakan komitmennya berinvestasi pada industri baterai dan kendaraan listrik di Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Chairperson Foxconn Young Liu saat bertemu dengan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia di Taipei, Taiwan, pada Jumat (22/10/2021). Pertemuan itu merupakan tindak lanjut dialog virtual pada Agustus 2021.

Liu menjelaskan bahwa pihaknya berencana membangun industri baterai listrik dan kendaraan listrik secara menyeluruh di Indonesia. Kendaraan listrik yang akan dikembangkan adalah roda empat dan roda dua.

“Kami sangat antusias. Indonesia adalah negara dengan potensi yang luar biasa. Saya yakin ke depan akan ada mobil listrik yang dibuat di Indonesia dengan desain sesuai minat masyarakat Indonesia. Kami akan segera menindaklanjuti pertemuan hari ini dengan diskusi dan survei teknis,” ujar Liu melalui keterangan resmi, Minggu (24/10/2021).

Dia pun menyatakan komitmennya untuk melibatkan perusahaan lokal dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam investasi Foxconn. Hal tersebut sesuai dengan model bisnis build, operate, localize (BOL) yang diterapkan oleh Foxconn sekarang.

“Kami tidak hanya akan merakit, tetapi kami ingin membangun keseluruhan industri untuk Indonesia di Indonesia,” ujar Liu.

Bahlil menjelaskan bahwa industri baterai listrik merupakan salah satu wujud dari arah kebijakan Pemerintah Indonesia ke depan dalam membangun ekonomi hijau dan ekonomi biru yang berkelanjutan. Investasi Foxconn pun, menurutnya, akan dikawal secara intensif.

“Kami menanti kerja sama Foxconn di Indonesia karena sejalan dengan visi besar dalam melakukan transformasi ekonomi untuk menciptakan nilai tambah. Pembangunan industri baterai dari hulu ke hilir adalah pendekatan yang tepat," ujar Bahlil.

Pertemuan itu pun dihadiri oleh CEO dan pendiri Gogoro, Horace Luke, yang saat ini telah bermitra dengan Foxconn. Gogoro akan berperan dalam mengembangkan skuter listrik.

“Kami memulai di Taiwan dan melihat bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk kami mengembangkan skuter listrik. Pengisian energi untuk skuter listrik kami bukan menggunakan teknologi charging, melainkan pertukaran baterai [battery swap]. Kami menilai ini sangat tepat untuk digunakan di Indonesia,” ujar Horace.

YANG TERDAMPAK

Pengembangan kendaraan listrik memang sebuah keniscyaan.  Hal ini membuat Gabungan Industri Alat Mobil dan Motor (GIAMM) menghadapi tantangan besar dengan pergeseran industri otomotif menuju era mobil listrik dan motor listrik. Peralihan produksi komponen otomotif hingga diversifikasi usaha menjadi langkah yang pasti harus ditempuh.

Ketua Umum GIAMM Hamdani Zulkarnaen Salim mengatakan bahwa dari 195 anggota, sekitar setengahnya akan terdampak disrupsi kendaraan listrik.

"Baik dia akan hilang atau harus mengubah desain komponen-komponennya. Yang jelas 47 persen anggota kami harus sangat waspada mempersiapkan diri mulai dari hari ini," kata Hamdani dalam webinar, Jumat (15/10/2021).

Namun, dia mengatakan bahwa anggota GIAMM masih optimistis untuk dapat membuat komponen lama meski harus melakukan penyesuaian.

Bagi sektor industri yang akan sangat terdampak, seperti produsen mesin, memang diperlukan langkah cepat untuk melakukan peralihan. Hamdani mengatakan para anggota GIAMM tengah gencar mencari rekanan untuk mengembangkan teknologi yang dibutuhkan di industri otomotif era elektrifikasi.

Tantangan lain yakni desain dari baterai kendaraan roda empat yang saat ini umumnya masih dikembangkan secara mandiri oleh pabrikan otomotif. Hal ini menyebabkan perbedaan desain baterai di setiap jenis mobil.

"Itu menjadi tantangan tersendiri buat kami. Kami lebih suka kalau baterai itu menjadi suatu barang yang standar, siapa pun bisa membuat dan mobil apa pun bisa memakai merek yang berbeda," lanjutnya.

Model ekosistem seperti itu sudah diberlakukan pada kendaraan roda dua, melibatkan sejumlah pabrikan otomotif di Jepang. Hamdani menilai industri komponen otomotif dalam negeri lebih dapat berkiprah dengan ekosistem yang fleksibel seperti itu.

Dia pun mengungkapkan, dari segi kesiapan masih banyak hal yang perlu dikejar oleh industri komponen otomotif. Diperlukan penguasaan teknologi, investasi yang besar, dan kompetensi SDM yang andal. Industri komponen, lanjutnya, cenderung mendorong elektrifikasi Indonesia terlebih dahulu melalui tahapan hybrid sehingga memberi kesempatan pelaku untuk beradaptasi.

"Utamanya karena kami ingin punya waktu untuk bisa membangun kompetensi lebih dulu," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.