Ketidakpastian Masih Tinggi, Reksa Dana Pasar Uang Jadi Tumpuan

– Infovesta Utama menyarankan investor untuk mempertimbangkan reksa dana pasar uang mengingat dengan berbagai sentimen yang ada, tahun 2022 cukup menantang.

Ika Fatma Ramadhansari & Lorenzo Anugrah Mahardhika

4 Jan 2022 - 20.16
A-
A+
Ketidakpastian Masih Tinggi, Reksa Dana Pasar Uang Jadi Tumpuan

ilustrasi investasi reksa dana

Bisnis, JAKARTA — Instrumen reksa dana pasar uang menjadi instrumen yang layak dipilih dalam jangka pendek di tahun ini, menimbang masih terdapat beberapa kekhawatiran yang memicu pelemahan kinerja instrumen investasi lainnya.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menyampaikan bahwa demi menghadapi perkembangan pasar yang bisa saja tiba-tiba berubah, ada baiknya investor untuk memiliki pelampung yang dalam hal ini disarankan adalah instrumen reksa dana pasar uang.

Wawan menjelaskan bahwa ketika berbicara mengenai investasi, hal tersebut artinya membahas mengenai ketidakpastian.

Meski memang menurutnya tahun ini pelaku pasar cukup optimis dengan kondisi yang ada, pelaku pasar harus tetap memahami bahwa perkembangan pasar bisa saja tiba-tiba berubah. Contohnya, naiknya level pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) karena kasus harian Covid-19 yang meningkat.

“Karena ada hal-hal seperti itu, maka lebih baik investor memiliki pelampung. Dalam hal ini ya reksa dana pasar uang,” papar Wawan kepada Bisnis, Selasa (4/1).

Dalam laporan Infovesta Utama sebelumnya, tim Infovesta juga mengungkapkan bahwa tahun 2022 diperkirakan cukup challenging di mana penyebaran virus Covid-19 yang kembali meningkat di dunia dan adanya ekspektasi kenaikan suku bunga.

Dalam satu hingga dua bulan ke depan, mengingat telah masuknya varian Omicron ke Tanah Air, investor saat ini menjadi cenderung wait and see. Oleh sebab itu, Infovesta mengungkapkan reksa dana pasar uang dapat menjadi pertimbangan untuk investor.

Wawan mengatakan bahwa instrumen reksa dana pasar uang adalah sesuatu yang bersifat pendapatan pasti. Pada saat terjadi pandemi, instrumen tersebut menjadi satu-satunya reksa dana yang tidak pernah merugi.

Oleh sebab itu, Wawan menyarankan untuk berinvestasi pada instrumen reksa dana pasar uang sebagai bentuk diversifikasi.

“Ya mungkin bukan sebagian besar ke pasar uang, tapi reksa dana pasar uang tetap harus dimiliki di saat-saat ketidakpastian seperti ini. Jadi ya sebagai diversifikasi kalau tiba-tiba misalnya saham turun dengan alasan apapun,” papar Wawan.

Dia menjelaskan bahwa, setelah masa libur Natal dan tahun baru saat ini ada kekhawatiran bahwa terdapat lonjakan kasus Covid-19, apalagi saat ini dipicu oleh varian baru Omicron.

Jika hal tersebut terjadi, ungkapnya, berkaca dari pengalaman tahun lalu, ketika saham turun investor akan melakukan aksi beli. Dengan demikian, dana yang ada di reksa dana pasar uang saat ini bisa dialihkan untuk hal tersebut.

Atau jika ada hal lainnya yang kemudian investor memilih mengalihkan dana di pasar uang ke instrumen obligasi. Hal tersebut tergantung pada time frame dan juga profil risiko investor masing-masing. Reksa dana pasar uang bisa digunakan untuk hal tersebut yaitu shifting.

Berdasarkan data Infovesta Utama, kinerja instrumen investasi reksa dana cukup bervariasi sepanjang 2021 lalu dan kemungkinan akan berlanjut tahun ini.

Secara umum, kinerja rata-rata indeks instrumen reksa dana saham (RDSH), reksa dana campuran (RDCP), dan reksa dana pendapatan tetap (RDPT) cenderung kalah terhadap indeks acuannya (benchmark). Hanya reksa dana pasar uang (RDPU) yang lebih tinggi ketimbang indeks acuannya.

Direktur Utama Pinnacle Persada Investama Guntur Putra mengatakan, prospek kinerja reksa dana tahun ini masih cukup baik, seiring dengan potensi pertumbuhan ekonomi baik di Indonesia maupun global.

Hal ini juga ditambah dengan ekspektasi pasar terhadap pembukaan kembali kegiatan ekonomi di Indonesia yang semakin luas. Hal ini diharapkan dapat mempercepat pemulihan ekonomi tersebut.

Meski demikian, Guntur mengimbau investor untuk tetap waspada. Menurutnya, walaupun prospek kinerja reksa dana tahun ini masih cukup baik, risiko inflasi dan juga penyebaran varian Omicron juga dapat menyebabkan volatilitas pasar meningkat.

“Hal ini susah pasti akan berpengaruh negatif ke beberapa jenis reksa dana, terutama yang berbasis saham dan pasar uang,” jelasnya saat dihubungi pada Selasa (4/1).

Adapun, Guntur menuturkan, untuk jenis reksa dana yang potensial pada tahun ini akan bergantung pada profil risiko masing-masing investor. Menurutnya, di tengah tren suku bunga rendah dan volatilitas pasar yang masih cukup tinggi, reksa dana pasar uang dapat menjadi opsi menarik untuk investor konservatif.

Sementara itu, untuk investor jangka panjang dengan profil risiko moderat dan tinggi, alokasi aset dapat ditempatkan sebagian pada reksa dana berbasis saham. Ia mengatakan, jika perekonomian di Indonesia mulai pulih, hal ini akan berpengaruh positif juga ke reksa dana saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.