Kinerja Pertumbuhan Perbankan Syariah Ungguli Bank Konvensional

Perbankan syariah mengalami pertumbuhan kinerja yang cukup tinggi sepanjang tahun ini, di saat industri perbankan secara umum justru masih tertekan. Hal ini menunjukkan pertanda positif bagi perkembangan industri ini di masa mendatang.

Rika Anggraeni

15 Nov 2021 - 21.27
A-
A+
Kinerja Pertumbuhan Perbankan Syariah Ungguli Bank Konvensional

Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis, JAKARTA — Kinerja perbankan syariah pada tahun ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional. Selain karena faktor low base effect, sejumlah faktor khusus lain mulai dari merger bank syariah BUMN hingga tren hijrah pengguna jasa perbankan menjadi penyebabnya.

Kinerja solid perbankan syariah ini tercermin dari data per Agustus 2021 yang menunjukkan pertumbuhan perbankan syariah lebih unggul dibandingkan dengan perbankan konvensional, baik dari sisi aset, kredit atau pembiayaan, dan dana pihak ketiga (DPK).

Aset bank syariah tercatat sebanyak Rp619,08 triliun atau tumbuh 15,3 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Sementara itu, perbankan konvensional hanya tumbuh 6,9 persen YoY menjadi Rp8.522,66 triliun.

Demikian juga pembiayaan bagi hasil syariah tumbuh 6,6% YoY menjadi Rp192,8 triliun, sedangkan kredit perbankan secara total hanya tumbuh 0,9% YoY menjadi Rp5.644,5 triliun. Sementara itu, DPK syariah melesat 14,7% YoY menjadi Rp490,7 triliun, sedangkan bank umum total hanya tumbuh 8,8% menjadi Rp7.059,5 triliun.

Namun, bagaimana proyeksi pertumbuhan perbankan syariah ke depan?

Sekretaris Jenderal Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Achmad K. Permana mengatakan pertumbuhan perbankan syariah akan semakin kuat di 2022 ketika situasi akan kembali ke normal.

Menurut Permana, pertumbuhan juga tercermin dari roda perekonomian yang mulai menggeliat dengan masyarakat yang mempunyai income karena industri sudah mulai bergerak lagi.

“Ekonomi sudah re-born. Itu akan akan lebih bagus lagi karena orang sudah mulai mengambil pembiayaan, konsumer, dan haji,” kata Permana saat dihubungi Bisnis, Jumat (12/11).

Tahun ini, kondisi likuiditas perbankan syariah cukup berlimpah sebab aktivitas haji turun drastis. Alhasil, dana yang semestinya digunakan untuk berangkat haji ditahan di bank atau digunakan untuk kebutuhan lain akibat pendapatan yang berkurang.

Saat ini, seiring dengan pemulihan pendapatan masyarakat, peningkatan tabungan untuk haji mulai bertumbuh lagi. Bahkan, Permana memproyeksikan masyarakat akan mulai berani untuk mengambil pembiayaan KPR atau pembelian lainnya melalui perbankan syariah.

Ilustrasi Ibadah Haji 2021/Instagram: Haramain Info

Menurut Permana, dengan sektor ekonomi yang akan bergulir, seharusnya perbankan syariah bisa lebih mendapatkan keuntungan (opportunity) untuk bisa tumbuh lebih besar lagi.

“Jadi, bisa dibayangkan, perbankan syariah itu tumbuh double digit saat pandemi. Kalau situasi normal harus tumbuh lebih besar lagi, karena ekonominya lebih bagus,” pungkasnya.

Jika menilik kinerja perbankan syariah yang cemerlang di tahun ini, terdapat lima indikator yang menjadi pendorongnya. Pertama, kebijakan Qanun Aceh yang mewajibkan semua bank di Aceh dikonversi menjadi bank syariah.

Kedua, hasil gabungan merger dari tiga bank syariah BUMN yang menjadi Bank Syariah Indonesia (BRIS). Ketiga, sharia lifestyle yang semakin menggeliat.

Keempat, adanya industri awareness baik dari sisi market confidence maupun dari para pemegang saham. Kelima, dukungan dari pemerintah yang menjadikan perbankan syariah sebagai hak untuk pertumbuhan industri syariah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.