Kinerja SSIA Makin Lesu Meski Penjualan Lahan Meningkat

SSIA pun berupaya mengejar tambahan penjualan lahan di sisa tahun dari perusahaan teknologi yang ingin membangun pangkalan data.

Dwi Nicken Tari

9 Des 2021 - 19.59
A-
A+
Kinerja SSIA Makin Lesu Meski Penjualan Lahan Meningkat

Kawasan Industri Surya Cipta, Kawarang. Kawasan ini dikelola PT Surya Semesta Internusa Tbk. - suryainternusa.com

Bisnis, JAKARTA - PT Surya Semesta Internusa Tbk. terus berupaya menutup tahun ini dengan kinerja yang apik. Tak heran jika perseroan berupaya mengejar penjualan lahan perseroan terutama untuk pangkalan data atau data center.

Sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, emiten dengan kode saham SSIA itu sebenarnya mampu meningkatkan penjualan lahan. VP Head of Investor Relations Surya Semesta Internusa, Erlin Budiman, mengatakan perseroan membukukan penjualan lahan seluas 8,8 hektare senilai Rp155,9 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun ini.

Capaian tersebut lebih tinggi 58,5 persen dibadingkan realisasi pada periode yang sama tahun lalu seluas 5,6 hektare. Namun, penjualan lahan backlog tersebut baru akan dibukukan pada kuartal terakhir tahun ini.
 
“Memang di akunting belum ada lahan yang kami bukukan selama 9 bulan. Rencananya backlog di Karawang seluas 8,8 hektare akan kami bukukan di kuartal IV/2021,” kata Erlin dalam paparan publik, Kamis (9/12/2021). 

Lebih lanjut, Erlin mengatakan kenaikan tersebut menjadi indikator adanya gairah penjualan lahan industri. Tak heran jika SSIA terus mengejar penjualan lahan menjelang tutup tahun. 

Perseroan pun menargetkan mampu menjual sekitar 5 hektare lagi lahan di Karawang pada kuartal terakhir tahun ini. Erlin menyampaikan calon pembeli dari lahan itu berasal dari sektor teknologi atau data center

“Belakangan kami banyak menerima inquiries dari sektor IT related atau data center sejak 2019. Kami usahakan 5 hektare tercapai tahun ini. Kalau tidak bisa, akan bergeser ke Januari. Ini sangat positif untuk SSIA,” ujar Erlin.

Sejauh ini, permintaan lahan industri di SSIA secara konsisten berasal dari industri otomotif, logistik, makanan, kimia, dan barang konsumsi. Namun, ada pula peningkatan permintaan lahan dari sektor pangkalan data dan perusahaan berteknologi tinggi lainnya. 

 

 

Meski penjualan lahan laris manis, SSIA belum mampu meningkatkan pendapatan. Berdasarkan laporan keuangan per 30 September 2021, SSIA membukukan penurunan pendapatan sebesar 34,45 persen secara tahunan menjadi Rp1,39 triliun dari sebelumnya Rp2,12 triliun.

Maklum saja, pendapatan SSIA memang tidak hanya dari kawasan industri. Perseroan juga menghasilkan pendapatan biaya pemeliharaan, sewa komersial, dan residensial. 

Erlin menyebut pandemi yang masih berlanjut hingga tahun ini menjadi tantangan tersendiri bagi kinerja perseroan baik dari sektor properti, konstruksi, maupun perhotelan. SSIA pun memperkirakan pendapatan perseroan bakal turun 20 persen - 25 persen pada 2021 ini.

Itu lantaran pendapatan dari jasa konstruksi mengalami penurunan 39,24 persen secara tahunan menjadi Rp1,01 triliun pada akhir September 2021. Penjualan lahan kawasan industri juga turun 88,17 persen menjadi Rp7,38 miliar.

Pendapatan hotel turun 40,79 persen menjadi Rp102,75 miliar. Di sisi lain, penjualan real estat melaju menjadi Rp41,34 miliar dari sebelumnya Rp0,21 miliar.

Sedangkan pendapatan sewa, parkir, jasa pemeliharaan, dan utilitas naik tipis 3,97 persen menjadi Rp225,44 miliar. Rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk SSIA pun meningkat menjadi Rp268,99 miliar dari sebelumnya rugi Rp197,87 miliar.

Selain kawasan industri, pendapatan unit properti dari SSIA terdiri dari pendapatan biaya pemeliharaan, sewa komersial dan residensial. 

 

 


Berbalik Laba Tahun Depan

Meski begitu, perseroan tetap berupaya mengembangkan usaha lahan industri. SSIA pun menganggarkan belanja modal lebih dari Rp500 miliar untuk 2022.

Erlin mengatakan anggaran capital expenditure (capex ) itu sudah mempertimbangkan situasi pandemi yang makin terkendali.  “Sebagian besar capex untuk proyek Subang, akuisisi dan pengembangan, dan sebagian untuk renovasi hotel,” ujar Erlin dalam paparan publik, Kamis (9/12/2021). 

Anggaran capex pada 2022 itu lebih tinggi dibandingkan anggaran capex pada 2021 yang senilai Rp450 miliar. Sejauh ini, SSIA telah menyerap capex sekitar Rp350 miliar dari anggaran Rp450 miliar yang digunakan untuk akuisisi dan pengembangan lahan Subang Smartpolitan. 

Direktur Keuangan Surya Semesta, The Jok Tung, menambahkan anggaran capex yang lebih tinggi pada 2022 juga berdasarkan asumsi keadaan makro ekonomi terus membaik. Sehingga penjualan lahan industri perseroan kembali bergeliat.

“Capex juga ditingkatkan karena kami masih memerlukan capex yang cukup besar untuk di Subang,” kata The Jok Tung. 

The Jok Tung mengatakan biasanya keputusan pembelian lahan dibuat oleh pembeli setelah melihat situasi dan kondisi di lapangan. Sementara itu, dia juga optimistis kinerja lini bisnis SSIA yang lain seperti dari konstruksi dan perhotelan juga akan membaik sehingga perseroan dapat berbalik laba pada 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Febrina Ratna Iskana

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.