Kode Keras soal Pertamina Bakal Tambah Partner di Blok Masela

Sejauh ini, SKK Migas menilai positif rencana Pertamina untuk menggandeng partner baru dalam pengerjaan rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) proyek LNG Abadi Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku tersebut.

Ibeth Nurbaiti

5 Sep 2023 - 12.28
A-
A+
Kode Keras soal Pertamina Bakal Tambah Partner di Blok Masela

Ilustrasi kegiatan eksplorasi migas lepas pantai. Konsorsium Masela yakni Pertamina dan perusahaan migas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas bersama dengan Inpex Masela Ltd. tengah berpikir untuk menggandeng mitra baru dalam pengerjaan rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) proyek LNG Abadi Blok Masela. Istimewa/Dok. Pertamina Hulu Energi

Bisnis, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengingatkan PT Pertamina (Persero) soal rencana menambah partner dalam pengerjaan rencana pengembangan lapangan proyek gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) Abadi Blok Masela.

Sejauh ini, SKK Migas menilai positif rencana Pertamina untuk menggandeng partner baru dalam pengerjaan rencana pengembangan lapangan (plan of development/PoD) proyek LNG Abadi Blok Masela di Laut Arafuru, Maluku tersebut. 

Penambahan kontraktor baru, kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, nantinya dapat membantu mempercepat target operasi komersial (on stream) blok Masela dengan total cadangan gas sebesar 18,54 triliun standar kaki kubik (TCF) itu pada 2029.

Baca juga: Putar Otak Atasi Ketersediaan Rig yang Mengancam Produksi Migas

Target on stream tersebut 3 tahun lebih cepat dari revisi PoD yang sempat diajukan Inpex Masela Ltd. dan mitra sebelumnya, yakni Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS). “Memang uangnya cukup besar, ngajak-ngajak yang lain ya silakan saja tapi tidak boleh itu menjadi proses yang menghambat proyek. Kita sudah sepakat semua 2029 harus on stream,” kata Tjip, sapaan karibnya saat ditemui di Gedung Parlemen, Jakarta, belum lama ini.

Hanya saja, Tjip meminta, rencana pengembangan proyek ladang gas Abadi itu tidak terhambat dengan fokus Pertamina untuk mengajak mitra baru di lapangan tersebut. “Pokoknya itu jangan [terhambat], apa pun perubahannya jangan menghambat proyek,” ujarnya.

Baca juga: 'Kerikil Tajam' Blok Masela Mulai Tampak

Kendati demikian, dia mengungkapkan bahwa sejauh ini SKK Migas belum menerima rencana penambahan kontraktor baru dari Pertamina. Proses revisi PoD Blok Masela itu masih dikerjakan oleh Inpex Masela Ltd. bersama dengan Konsorsium Pertamina dan Petronas. 

“Ya, kita tunggu lah, nanti report-nya [soal tambahan partner] dari Inpex,” kata Tjip.


Sebagaimana diketahui, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).

Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia. Proyek Blok Abadi Masela itu nantinya bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang. Proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.

Namun, tingkat kesulitan serta kerumitan teknis pengangkutan gas dari lapangan lepas pantai, Kepulauan Tanimbar, Maluku itu membuat konsorsium Pertamina bersama perusahaan migas asal Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas sebagai mitra Inpex Corporation berpikir untuk menggandeng partner baru.

Baca juga: Kala Inflasi Dibakar Bahan Bakar, BBM dan LPG Subsidi Dijaga

“Tentu tidak menutup kemungkinan adanya pihak lain untuk masuk [ke Masela], yang tentu akan melengkapi kompetensi dari blok ini dalam esekusinya. Ini memang cukup, dari sisi teknis kan complicated ya, sehingga kita harus pastikan semua berjalan baik,” kata Nicke saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR, Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Saat ini, lanjutnya, Pertamina bersama dengan mitra lainnya tengah memfinalisasi PoD revisi untuk mengejar target on stream Blok Masela yang dipatok pemerintah pada 2029 mendatang. Padahal, pada PoD sebelumnya saat bersama dengan Shell, target operasi komersial ditarget baru rampung pada 2032.

Baca juga: Membalik Tren Penyusutan Lifting Migas Nasional

Selain itu, kata dia, revisi PoD saat ini juga menyasar pada penyelesaian pemasangan fasilitas fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS). “Kami hari-hari ini dengan konsorsium sedang mendetailkan supaya bisa mulai operasi 2029. Rencana esekusi sudah kami lakukan entah dari sisi sumur pengembangan, eksplorasi, dan sebagainya serta berapa yang akan diinjeksikan CO2-nya, berapa yang masih boleh untuk flaring,” tutur Nicke.


Adapun, selepas divestasi Blok Masela rampung bulan lalu, komposisi kepemilikan saham pada proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu beralih pada Pertamina dengan hak PI 20 persen dan Petronas 15 persen, sementara saham mayoritas 65 persen dipegang Inpex yang bertindak sebagai operator.

Cukup rumitnya pengelolaan Blok Masela sempat diungkapkan oleh Inpex Corporation. Raksasa migas asal Jepang itu mengungkapkan bahwa proyek Abadi, Masela berisiko tinggi meskipun memiliki peran penting untuk portofolio bisnis hulu migas jangka panjang.

“Abadi [Masela] itu adalah green field, jadi akan sangat berisiko tinggi. Tapi dari kacamata kami, aset itu bisa jadi penting untuk akumulasi jangka panjang nantinya,” kata Presiden & CEO Inpex Takayuki Ueda saat memberi keterangan dalam agenda penyampaian kinerja keuangan semester I/2023 secara daring, dikutip Minggu (13/8/2023). 

Baca juga: Napas Panjang Blok Masela di Tangan Inpex-Pertamina-Petronas

Takayuki mengatakan, Inpex tengah melanjutkan penyelesaian lelang desain rinci (front end engineering design/FEED) dan keputusan akhir investasi (final investment decision/FID). Inpex tengah berkoordinasi intensif dengan Pertamina dan Petronas, yang diharapkan dapat mempercepat pengerjaan proyek yang telah lama terbengkalai tersebut. 

Namun dalam beberapa kesempatan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menargetkan operasi komersial proyek LNG Abadi Blok Masela paling telat 1 Januari 2030. Tenggat itu disampaikan Arifin setelah beberapa kali proyek ladang gas Abadi itu mengalami kemunduran dan perubahan PoD. 

“[Tahun] 2030 tanggal 1 [Januari] sudah harus on stream,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (1/9/2023). 

Menurut Arifin, tenggat itu menjadi penting bagi pemerintah untuk mengejar target long term plan atau LTP 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (Bscfd). 

Baca juga: Menanti Akhir dari Perjalanan Panjang Blok Masela

Selain itu, dia mengatakan, tenggat itu juga untuk memastikan realisasi investasi dari rencana pengembangan proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar dapat terjadi dalam waktu dekat. 

“Kalau makin lama, ngga dapat duit dong, ditanam dulu. Dari 15 tahun kemarin kan janjinya 2027. Tiba-tiba Shell cabut, habis itu Covid-19. Ada sedikit, kita consider sampai 2030 tanggal 1 Januari,” ujarnya.


Sebagai gambaran, proyek pengembangan Blok Masela bakal menggunakan sistem kombinasi darat (onshore) dan laut (offshore) untuk memastikan nilai investasi dari rencana pengembangan lapangan yang ada sebelumnya tidak jauh bergeser.

Lewat sistem kombinasi itu, pengeboran dasar laut bakal dilakukan di kedalaman 600 meter, serta kedalaman sumur 4.000 meter, gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama floating production, storage, and offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain. 

Baca juga: Nasib Tak Pasti Blok Tuna Ditinggal BUMN Migas Rusia

Setelah dimurnikan di FPSO, gas bakal disalurkan menuju kilang LNG yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut. 

Bagaimana pun, setelah lebih dari 20 tahun melewati perjalanan panjang dan berliku hingga sampai pada tahap masuknya Pertamina dan Petronas menggantikan Shell Upstream Overseas Ltd., proyek LNG Abadi di Laut Arafuru, Maluku itu diyakini dapat segera berjalan. 

Baca juga: Misi 'Bring the Barrel Home' Pertamina Menyasar Kenya

Terlebih, konsorsium PT Pertamina Hulu Energi (PHE), Subholding Upstream Pertamina dan Petronas Masela Sdn. Bhd. (Petronas Masela) secara resmi telah menggenggam 35 persen hak partisipasi (participating interest/PI) yang dilepas Shell.

Selain itu, Inpex Masela Ltd. sebagai operator Blok Masela juga tetap berkomitmen melanjutkan proyek yang diharapkan dapat mengangkat kemampuan produksi minyak dan gas bumi nasional. (Lukman Nur Hakim/Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.