K-POP dan Jurus Allo Bank (BBHI) Tangkis Skenario 'Bakar Duit'

Menggaet musisi ternama Korea Selatan (K-POP) menjadi pilihan jitu sejumlah perusahaan Indonesia, termasuk PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). Meski memulai start lebih lambat dibandingkan pemain bank digital lainnya, namun manuver Allo Bank cukup agresif untuk mengejar capaian nasabah.

Asteria Desi Kartikasari

20 Mei 2022 - 17.53
A-
A+
K-POP dan Jurus Allo Bank (BBHI) Tangkis Skenario 'Bakar Duit'

Ultimate Shareholder PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) Chairul Tanjung memberikan keterangan pers usai rights issue Allo Bank di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (11/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA—Kecenderungan perusahaan digital untuk mengalokasikan banyak dana dalam mengakuisisi atau memelihara loyalitas nasabah atau pelanggan, yang dikenal dengan istilah bakar uang, menjadi sentimen negatif bagi banyak perusahaan teknologi, termasuk bank digital.

PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) belum lama ini debut menjadi salah satu bank digital di Indonesia. Meski memulai start lebih lambat, bank digital konglomerasi Chairul Tanjung atau Grup CT tersebut cukup agresif untuk mencapai nasabah, menyusul bank digital lainnya yang lebih dulu seperti Bank Neo (BBYB) dan Bank Jago (ARTO).

Salah satu upaya emiten bank digital dengan kode saham BBHI  tersebut untuk menggaet nasabah baru lewat Allo Bank Festival. Sejumlah acara besar dilakukan mulai dari pengadaan job fair hingga acara hiburan. CT Corpora dan Mega Corpora, perhelatan tersebut juga dimeriahkan dengan kegiatan konser yang menghadirkan musisi kenamaan.

Tak cukup musisi dalam negeri seperti Ari Lasso, .FEAST, Kahitna, Pamungkas, Hindia, hingga Raisa, konser yang dihelat pada Jumat (20/5/2022) hingga Minggu (22/5/2022) di Istora Senayan Jakarta ini juga memboyong dua penampil impor dari Korea Selatan. Mereka adalah Red Velvet dan NCT Dream. 

Menariknya, para penggemar musisi dan penampil tersebut mesti mendaftar dulu sebagai nasabah Allo Bank agar bisa membeli tiket konser dan menikamati sejumlah hiburan yang disajikan. Sebab, transaksi tiket hanya bisa dilakukan melalui platform digital banking Allo Bank, dan hanya dapat dibeli ketika pengguna telah melakukan upgrade status menjadi Allo Prime atau nasabah simpanan

Sebelum ramai-ramai Allo Bank Festival, Grup CT lebih dulu menggunakan strategi andalan untuk menggaet nasabah, yakni dengan meminta seluruh karyawan Grup CT membuat rekening Allo Bank, bahkan sejak platform tersebut masih dalam tahap penyempurnaan atau beta.

“Iya, gaji bulanan ditransfernya mesti ke rekening Allo Bank,” ujar salah satu karyawan CT Grup.

Tak cukup disitu, untuk mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan bank digital lainnya, salah satu strategi Allo Bank mengajak musisi K-POP tampil dalam gelaran tersebut menjadi senjata andalan untuk menarik para penggemarnya untuk menjadi nasabah bank. Bahkan woro-woro gelaran tersebut sudah digaungkan sebelum aplikasi Allo Bank belum benar-benar sempurna untuk digunakan. 

Nasabah melakukan transaksi melalui aplikasi Allo Bank di Jakarta, Selasa (4/1/2022). Bisnis/Fanny Kusumawardhani 

Benar, antusiasme penggemar cukup besar. Para penggemar berbondong-bondang melakukan registrasi melalui aplikasi tersebut demi mendapatkan tiket untuk melihat sang idola. Meskipun awalnya, diakui beberapa penggemar K-POP, ketika melakukan registrasi saat itu cukup sulit karena masih dalam tahap pengembangan aplikasi.

“Kemarin aku mau daftar tapi katanya bukan karyawan, jadi nggak bisa daftar. Eror parah awalnya,” kata Eka kepada Bisnis belum lama ini.

Antusiasme penggemar juga tercermin dari banternya penjualan tiket untuk konser penampil andalan seperti NCT Dream dan Red Velvet, hingga penggemar mengeluhkan aplikasi eror saat pembelian dan tiket langsung ludes.

Dalam bermanuver itu,  Chairul Tanjung, sebagai ultimate shareholder dari Allo Bank ogah disebut bank digital miliknya melakukan strategi ‘bakar duit’ untuk mencapai ambisi menjadikan bank tersebut sebagai super apps atau aplikasi super. 

“Kami beda, bukan digital yang bakar duit, tapi cetak duit,” ujar Chairman CT Corp Chairul Tanjung  saat konferensi pers Launching Allo Bank, Kamis (19/5/2022).

Agresivitas BBHI menggaet nasabah baru dengan berbagai daya upaya bukan sesuatu yang mengejutkan. Pasalnya, bank digital yang juga ditopang investasi dari PT Bukalapak.com (BUKA) dan Grup Salim ini punya PR besar untuk mengejar level penetrasi yang sudah dicapai bank-bank digital lain.


Ambisi besar CT adalah menjadikan Allo Bank sebagai super aplikasi dengan mengintegrasikan Allo Bank dengan ekosistem CT Corp dan ekosistem mitra. Dia berharap proses tersebut selesai dalam 3 tahun ke depan. 

CT menilai perbankan pada masa depan akan mengelola hidup nasabah mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, mulai dari lahir hingga meninggal. Allo Bank dalam jalur untuk menjadi bank masa depan.  Dia menginginkan Allo Bank menjadi super aplikasi yang memiliki banyak fitur dan membantu kehidupan para nasabah dalam setiap aktivitas.

“Jadi Allo Bank akan bertransformasi dari sebuah perbankan digital menjadi sebuah super aplikasi,” katanya.

Kendati begitu, dia mengakui untuk proses transformasi dan integrasi tersebut membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sehingga, dia meminta masyarakat untuk bersabar agar nantinya Allo Bank terhubung ke seluruh ekosistem. Dia berharap proses integrasi ke seluruh ekosistem CT Corp dapat selesai dalam 3 tahun. 

“Kami berharap dalam 3 tahun ke depan semua cita-cita yang kami harapkan tadi itu semuanya sudah berada di dalam satu genggaman,” kata Chairul. 

Chairul menuturkan saat ini beberapa perusahaan CT Corp telah terhubung dengan Allo Bank. Integrasi tersebut membuat pengalaman nasabah dalam bertransaksi makin menarik karena terdapat sejumlah potongan harga untuk produk-produk tertentu. 

Sebagai contoh, untuk membayar parkir di sejumlah mal milik CT Corp, nasabah cukup membayar Rp1 rupiah saja di Allo Prime. Belanja di Transmart mendapat potongan harga sebesar 10 persen dan 15 persen jika menggunakan paylater di Allo Bank. Tidak hanya itu, belanja makanan dan minuman di perusahan-perusahaan CT Corp akan mendapat potongan harga hingga 35 persen. 

TARGET

Bahkan  CT tidak segan mematok target jumlah nasabah minimal 10 juta pengguna sampai akhir 2022. Bila misi ini tercapai, Chairul juga yakin dalam jangka panjang nasabah BBHI potensial menembus angka 35 juta.

Namun, Chairul juga menggarisbawahi jika selama masa penetrasi tersebut, kemungkinan kinerja keuangan BBHI belum maksimal. Pasalnya, monetisasi dari sisi fee based income belum akan dilakukan demi menjaga loyalitas nasabah. 

“Pada tahap awal, fee based belum menjadi hal yang kami fokuskan, karena semuanya masih kami gratiskan. Dalam Allo Bank gratis bertransaksi, gratis tidak ada iuran bulanan, tahunan, semua gratis,” tuturnya.

Selain menggratiskan biaya layanan dan transfer, untuk menjaga loyalitas pengguna aktif, BBHI juga memberlakukan bunga kompetitif untuk produk tabungan mereka, Allo Prime. “Jadi, contoh kalau Anda menabung di atas Rp1 miliar, dalam 3 bulan bisa mendapatkan bunga sampai 6 persen. Itu contoh bunga Allo Bank lebih dari bank konvesional.” 

Namun demikian, BBHI tetap akan menggulirkan beragam strategi untuk menjaga agar mereka tidak menderita kerugian berlebihan. Salah satunya adalah dengan terus memacu nominal penyaluran kreditnya. Pihaknya menarget pada akhir tahun ini, mungkin penyaluran kredit akan mencapai sekitar Rp8 triliun hingga Rp10 triliun.

Sebagai konteks, sepanjang kuartal I/2022 BBHI telah membukukan rapor penyaluran kredit Rp4,81 triliun. Level ini sebenarnya sudah mencerminkan tren pertumbuhan 376 persen year on year (yoy) dari posisi sebelumnya Rp1,01 triliun. BBHI juga membukukan laba tahun berjalan Rp75 miliar pada tahun tersebut. Namun, patut digarisbawahi jika torehan ini dicapai ketika perseroan belum meluncurkan platform bank digitalnya secara utuh.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan di era bank digital ini, pemenang persaingan adalah bank-bank yang memiliki ekosistem digital terbesar.

Menurutnya, bank besar dapat tersingkirkan apabila tidak bisa mengantisipasi persaingan baru perbankan di era digital. Dia mengatakan bank-bank kecil di akuisisi untuk dijadikan bank digital dengan asumsi pemenang persaingan baru perbankan adalah bank yang mampu membentuk ekosistem digital terbesar. 

“2022 masih akan diwarnai konsolidasi perbankan menuju era bank digital. Ada proses yang masih berjalan bank-bank diakuisisi untuk menjadi bank digital,”katanya.

(Reporter:  Leo Dwi Jatmiko)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Asteria Desi Kartikasari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.