Kredit Sindikasi Bank Kembali Lesu

Kinerja kredit sindikasi masih belum mampu menunjukkan perbaikan yang berarti pada kuartal ketiga tahun ini.

M. Richard

29 Agt 2021 - 19.35
A-
A+
Kredit Sindikasi Bank Kembali Lesu

Direktur Utama PT Semen Baturaja (Persero) Tbk Jobi Triananda Hasjim menandatangani perubahan dan pernyataan kembali perjanjian kredit sindikasi senilai Rp1,7 triliun. istimewa

Bisnis, JAKARTA — Pemulihan ekonomi yang cenderung tertahan pada awal kuartal ketiga tahun ini menyebabkan laju penyaluran kredit perbankan secara sindikasi atau bersama-sama cenderung sangat terbatas, padahal kuartal ketiga seharusnya menjadi momentum akselerasi kredit perbankan.

Situasi pandemi yang masih sulit diperkirakan serta berlanjutnya pembatasan mobilitas masyarakat menyebabkan aktivitas bisnis korporasi tertahan. Alhasil, permintaan kredit baru pun ikut tertahan.

Dengan kondisi seperti ini, cukup sulit untuk berharap segmen kredit ini akan tumbuh kencang hingga akhir tahun nanti.

Berdasarkan data Bloomberg, sebagaimana dikutip dari Bisnis.com, perjanjian kredit sindikasi dari Januari hingga akhir Agustus tercatat hanya US$13,69 miliar. Pencapaian ini masih setengah dari pencapaian total perjanjian kredit sindikasi tahun lalu yang mencapai US$23,89 miliar.

Adapun, tren kinerja negatif kredit sindikasi telah terjadi sebelum masa pandemi. Total perjanjian kredit sindikasi pada 2019 tercatat US$26,98 miliar. Pencapaian itu pun lebih rendah dibandingkan 2018 yang mampu mencapai US$31,83 miliar.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan menyampaikan tren sejauh ini sejalan dengan kondisi pandemi dan ekonomi yang sedang mengalami fase perlambatan. Alhasil, hal ini berdampak pula pada penyaluran kredit produktif termasuk kredit sindikasi.

Menurutnya, potensinya peningkatan hingga akhir tahun ini pun masih sangat terbatas bagi kredit sindikasi lantaran kinerja ekonomi nasional belum terlalu kuat.

"Bila pelonggaran sudah bisa penuh dijalankan di awal tahun depan, dapat kembali bergairah. Tapi tetap saja ini baru akan mulai bergeliat di semester kedua tahun depan," katanya, Minggu (29/8).

Trioksa mengamini bahwa saat ini perbankan memiliki likuiditas dan permodalan yang cukup kuat untuk mendongkrak kredit-kredit dengan ticket size besar. Relaksasi restrukturisasi kredit juga memberi kesempatan perbankan untuk dapat melonggarkan risk appetite dalam ekspansi kredit.

Namun, menurutnya perbankan tetap akan mempertimbangkan keberlangsungan bisnis serta memperhitungkan pencadangan dalam ekspansi kredit berisiko di tengah pandemi.

"Hal ini membuat penyaluran kredit untuk proyek besar ini tak dapat didongkrak terlalu agresif," jelasnya.

Lagi pula, dia menambahkan debitur segmen korporasi masih lebih fokus pada pemenuhan kewajiban pembayaran kreditnya. Di samping itu, sebagian korporasi fokus menyelesaikan restrukturisasi kredit sehingga mendorong konsolidasi kinerja.

Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengakui kredit sindikasi sejauh ini masih belum begitu kuat.

"Namun, kredit sindikasi biasanya proyek infrastruktur. Nah dari Januari hingga Agustus ini masih belum ada proyek infrastruktur baru. Kuartal keempat mungkin baru ada," katanya kepada Bisnis.

Jahja menuturkan bahwa BCA fokus pada segmen korporasi sektor kelistrikan, kebun, dan kehutanan untuk bahan kertas, transportasi, serta pergudangan.

Berdasarkan laporan interim perseroan, kredit sindikasi pada paruh pertama tahun ini tercatat Rp39,96 triliun, turun dari baki awal tahun Rp42,36 triliun.

Sementara itu, Corporate Secretary PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Rudi As Aturridha menyampaikan tren perlambatan kredit sindikasi nasional pada kuartal ketiga tahun ini seiring dengan kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung.

Namun, perseroan melihat adanya perkembangan kebutuhan pembiayaan kredit sindikasi yang cukup meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, dengan jenis pembiayaan yang cukup beragam, mulai dari maintenance capex hingga project finance.

Dia pun menyampaikan Bank Mandiri memiliki berbagai macam produk dan servis yang dapat dikemas secara tailor-made sesuai dengan kebutuhan pembiayaan masing-masing nasabah.

Perseroan juga selalu berupaya untuk dapat menjawab kebutuhan nasabah dengan tetap melakukan analisis secara selektif dan selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian bank dan juga berupaya untuk melibatkan bank-bank nasional untuk menggerakkan perekonomian dan perbankan nasional.

"Begitupun halnya dengan target dan strategi sindikasi, kami berupaya untuk sejalan dengan perkembangan tingkat pertumbuhan industri pada masing-masing segmen nasabah kami," katanya.

Berdasarkan laporan interim perseroan, kredit sindikasi pada paruh pertama tahun ini tercatat Rp83,84 triliun, turun dari baki awal tahun Rp88,55 triliun.

Direktur Kredit PT Bank Mega Tbk. Madi D. Lazuardi menyampaikan perseroan sudah mulai melihat adanya permintaan yang cukup baik dari kredit sindikasi.

"Kredit sindikasi mulai ada karena nilai kebutuhannya besar dan beberapa bank masuk dalam perjanjian sindikasi. Ada dari infrastruktur dan industri," katanya.

Dia pun menyampaikan potensi pemulihan kinerja ekonomi akhir tahun tampak cukup kuat sehingga perseroan mampu mendorong fungsi intermediasi di segmen korporasi.

Berdasarkan laporan interimnya, kredit sindikasi pada paruh pertama tahun ini tercatat Rp6,22 triliun triliun, turun tipis dari baki awal tahun Rp6,27 triliun.

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.