Bisnis, JAKARTA – Gonjang-ganjing di pemerintahan Inggris memuncak. Perdana Menteri Inggris Boris Johnson ditinggalkan dua orang menterinya yang mengundurkan diri. Mereka beralasan PM Johnson tidak dapat dipercaya lagi untuk terus memimpin pemerintahan Inggris. Menteri baru yang ditunjuk Inggris ditantang untuk segera memperbaiki kondisi ekonomi Inggris yang nyaris memasuki zona resesi.

Inflasi Inggris pada Mei 2022 tercatat mencapai 9,1 persen secara tahunan. Tingkat inflasi tahunan itu merupakan yang tertinggi sejak 1982. Kenaikan tingkat inflasi, yang tidak sebanding dengan tingkat kenaikan pendapatan, membuat warga miskin di Inggris terancam mengalami krisis biaya hidup. 

Data menunjukkan terjadi kenaikan yang cepat pada biaya perumahan dan utilitas (19,4 persen vs 19,2 persen), transportasi (13,8 persen vs 13,5 persen), makanan & minuman non-alkohol (8,6 persen vs 6,7 persen),  furnitur & barang-barang rumah tangga (10,5 persen vs 10,3 persen), dan minuman beralkohol & tembakau (5 persen vs 4,4 persen). 

Di sisi lain, kenaikan harga lebih lambat terjadi pada sektor restoran & hotel (7,6 persen vs 7,9 persen); rekreasi & budaya (5 persen vs 5,9 persen); kesehatan (1,8 persen vs 2,3 persen); dan pakaian & alas kaki (7 persen vs 8,3 persen).