Krisis Listrik di China, Peluang Manis bagi Indonesia

Krisis listrik yang menimpa negara itu berpotensi meningkatkan permintaan batu bara dari Indonesia ke China. 

Rayful Mudassir & Zufrizal

28 Sep 2021 - 17.51
A-
A+
Krisis Listrik di China, Peluang Manis bagi Indonesia

Kompleks Pembangkit listrik di China.-remonews.com

Bisnis, JAKARTA — Krisis energi di China menjadi peluang Indonesia untuk mengapalkan lebih banyak lagi batu bara ke negara tersebut.

China mengalami krisis listrik usai perekonomian di negara itu mulai tumbuh. Industri mengalami rebound yang menyebabkan peningkatan kebutuhan terhadap energi.

Pemulihan ini terjadi di tengah upaya China berebut batu bara untuk terus menghidupkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Di sisi lain Presiden Xi Jinping juga tengah berambisi menekan emisi dengan pembangkit berbasis energi bersih untuk persiapan Olimpiade 2022.

Sejumlah industri yang terdampak langsung di antaranya smelter aluminium hingga produsen tekstil dan pabrik pengolahan kedelai. Pemerintah China mencatat hampir setengah wilayah di negara itu melewatkan target konsumsi listrik nasional.  

 

Di sisi lain, China juga menghadapi persoalan harga batu bara yang kian membengkak. Kondisi ini berlangsung akibat tingginya permintaan dunia terhadap batu bara. Namun pasokan yang dimiliki negara produsen cukup terbatas. Salah satunya disebabkan faktor cuaca buruk. 

Berdasarkan data Bloomberg seperti dikutip dari Bisnis.com, harga jual batu bara termal Newcastle untuk kontrak Desember 2021 menembus US$205 per metrik pada Selasa (28/9/2021). Angka ini meningkat hingga 3,30 persen secara harian. 

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengatakan bahwa krisis listrik yang menimpa negara itu berpotensi meningkatkan permintaan batu bara dari Indonesia ke China. 

Selama ini, ekspor batu bara Indonesia dominan dipasok ke China. Ekspor batu bara ke China kian melonjak setelah adanya perang dagang negara itu dengan Australia.

“Secara historikal permintaan batu bara Indonesia ke China meningkat terus. Harusnya  meningkat [ekspor batu bara 2021] dibandingkan dengan 2020,” katanya kepada Bisnis, Selasa (28/9/2021).

 

Dia menyebutkan bahwa kenaikan ekspor tiap tahun terjadi untuk China. Selama ini China dan India merupakan peminat paling besar komoditas batu bara Indonesia. Meski demikian dia belum dapat memproyeksikan berapa persen pertumbuhan ekspor batu bara ke China hingga akhir tahun ini. 

Tahun lalu, APBI dan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA) sempat menandatangani nota kesepahaman untuk memasok hingga 200 juta ton batu bara ke China. 

Akan tetapi, menurut Hendra, kesepahaman tersebut bukan berarti menandatangani kontrak. Pasalnya kontrak pembelian hanya dilakukan secara antar-perusahaan penerima dan pemasok batu bara.

“Anggota ingin meningkatkan ekspor kita. Pembeli dari China juga ingin mengimpor lebih banyak, tapi kan nanti kejadiannya masing-masing anggota kita dan anggota mereka kan bagaimana B2B [business to business]-nya.”

Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno menjelaskan bahwa naiknya permintaan ekspor ini terjadi setelah sejumlah negara produsen mengalihkan batu bara ke negara industri di Eropa. 

Dia memperkirakan sejumlah negara pemasok seperti Afrika Selatan dan Polandia menyalurkan ke sejumlah negara industri seperti Jerman, Inggris, dan Jepang. 

“Harapannya [China memperoleh impor] dari Indonesia. Australia dilarikannya ke negara-negara yang masih menerima dia,” terangnya. 

Sementara itu, sumber Bisnis menyebutkan bahwa sebagian dari permintaan China dipasok dengan harga murah. Kemungkinan komoditas dengan harga di bawah harga batu bara acuan (HBA) maupun domestic market obligation (DMO) ini diperoleh dari sumber yang tidak jelas.  

Meski demikian, produsen batu bara mengaku ekspor komoditas ini ke China tetap sesuai kontrak yang ada. PT Indika Energy Tbk., misalnya, sejauh ini masih memenuhi kontrak-kontrak yang telah disepakati. 

“Alokasi batu bara sudah direncanakan sesuai kontrak,” sumber tersebut.

PERBESAR IMPOR

Sementara itu, Gubernur Provinsi Jilin, Han Jun, berjanji untuk meningkatkan jumlah batu bara yang digunakan untuk memastikan pasokan listrik lokal aman dengan berbagai langkah termasuk meningkatkan produksi batu bara domestik dan memperbesar skala impor batu bara.

Selain mengamankan pasokan batu bara lintas provinsi dari Daerah Otonomi Mongolia Dalam, seperti dikutip dari www.globaltimes.cn, Selasa (28/9/2021), Han menyebutkan bahwa semua langkah yang diperlukan harus diambil untuk meningkatkan impor dari Rusia, Mongolia, dan Indonesia.

Pengamat industri memperhatikan bahwa solusi impor Jilin untuk kelangkaan listrik telah mengecualikan Australia yang pernah menjadi pemasok batu bara utama China.

Pembelian batu bara dari pasar dalam dan luar negeri, menurut Han, akan didorong oleh kebijakan pendukung terkait dan lebih banyak fasilitas penyimpanan batu bara akan dibangun.

Gubernur memerintahkan produsen listrik untuk mempertahankan pembangkit listrik yang stabil dengan segala upaya dan menetapkan pemenuhan penggunaan listrik perumahan sebagai prioritas mereka. Han mencatat bahwa perusahaan keuangan lokal juga harus mendukung pembangkit listrik termasuk menawarkan pinjaman dan subsidi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.