Krisis Ruang Muat Kapal, Maskapai Tawarkan Ruang Muat Pesawat

Angkutan udara dapat dioptimalkan para pemilik barang yang mengalami kendala pengiriman akibat kelangkaan ruang muat kapal dan lonjakan biaya pengapalan (ocean freight).

Anitana Widya Puspa & Rahmi Yati

8 Okt 2021 - 22.39
A-
A+
Krisis Ruang Muat Kapal, Maskapai Tawarkan Ruang Muat Pesawat

Petugas melakukan bongkar muat barang di Terminal Kargo Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (25/2/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis, JAKARTA – Di tengah kekurangan ruang muat kapal kontainer, maskapai penerbangan menawarkan ekspor dan impor via udara, memanfaatkan okupansi pesawat yang belum pulih karena pandemi Covid-19.

Tawaran itu dikemukakan Indonesia National Air Carrier's Association (INACA). Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja mengatakan angkutan udara dapat dioptimalkan para pemilik barang yang mengalami kendala pengiriman akibat kelangkaan ruang muat kapal dan lonjakan biaya pengapalan (ocean freight).

“Kami telah melakukan pertemuan dengan para pengusaha maskapai. Mereka siap membantu para eksportir," katanya, Jumat (8/10/2021).

Denon mengatakan INACA memang belum dapat menjanjikan tarif kargo udara (air freight) yang sama atau lebih murah dari ocean freight yang membubung saat ini. Namun setidaknya, eksportir dan importir dapat memanfaatkan ruang muat pesawat yang tersedia. Jika ruang muat terisi, pemilik barang dan maskapai bisa bernegosiasi lebih lanjut tentang tarif.

INACA tengah meminta dukungan dari Kementerian Perhubungan untuk bisa berkomunikasi dengan konsulat jenderal setiap negara untuk mengantisipasi kenaikan permintaan ekspor via jalur udara pada masa depan.

"Nanti kalau ke depan [kargo ekspor via udara] sudah banyak, bisa dilakukan [penyesuaian] airfreight," ujarnya.

Kelangkaan kontainer yang terjadi selama beberapa bulan mulai awal tahun ini kini digantikan oleh kekurangan ruang muat kapal akibat kongesti di pelabuhan-pelabuhan di Amerika Utara, Eropa, dan China, seiring dengan permintaan yang meningkat.

“Akibatnya, kapal terlambat kembali ke Asia,” kata Managing Director Mediterranean Shipping Company (MSC) Indonesia Dhany Novianto.

Menurutnya, kelangkaan ruang muat kapal disertai kenaikan harga bahan bakar minyak itulah yang akhirnya mengerek tarif pengapalan.  

Hal serupa juga dikemukakan A.P. Moller-Maersk dan Cosco Shipping Lines Indonesia.

"Sebagai contoh, di Pelabuhan Los Angeles dan Felixstowe, kapal harus menunggu 14 hari untuk dapat sandar. Karena waktu tunggu yang lama ini, kapal tidak dapat beroperasi secara optimal dan frekuensi berlayar juga berkurang drastis sehingga mengakibatkan efek domino ke ketersediaan ruang kapal," jelas Senior Director A.P. Moller-Maersk Erry Hardianto.

Akibat kekurangan ruang muat kapal, ongkos pengapalan meroket. Kementerian Perdagangan mencatat tarif pengiriman barang ekspor melalui jalur laut meningkat 5-10 kali lipat menjadi  lima U$10.000-US$20.000 per boks kontainer 40 kaki.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mendorong UKM yang mengekspor produk berukuran kecil atau ringan untuk memaksimalkan penggunaan ruang muat pesawat udara yang masih sepi penumpang.

Mengantisipasi prospek peningkatan kargo udara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. kini menambah layanan pengiriman ke 16 kota utama di Eropa dan Amerika Serikat setelah bekerja sama dengan 10 mitra maskapai penerbangan luar negeri. Kota-kota utama itu a.l.  Los Angeles, New York, Dallas, Atlanta, London, Brussels, dan Frankfurt.

Dengan perkembangan terbaru ini, maka layanan kargo Garuda kini bekerja sama dengan 30 mitra maskapai di dunia --terdiri atas airline partner dan agen kargo-- dan merambah 70 destinasi internasional.

Kerja sama air transhipment cargo merupakan strategi pengembangan jaringan penerbangan kargo melalui special prorate agreement, joint freighter, maupun block space agreement bersama mitra maskapai maupun agen pengiriman kargo.

Strategi ini memungkinkan GIAA mendukung layanan pengiriman kargo internasional di luar jaringan penerbangan yang dilayani. 

"Optimalisasi kerja sama air transhipment cargo ini merupakan bagian dari komitmen Perusahaan dalam memaksimalkan momentum pertumbuhan positif lini bisnis kargo Garuda Indonesia," ujar Direktur Layanan dan Niaga Garuda Indonesia Ade R. Susardi.

Dia menambahkan, ekspansi jaringan pengiriman kargo internasional merupakan bagian dari langkah strategis GIAA dalam mengoptimalkan pangsa pasar angkutan kargo yang diprediksi masih akan tumbuh. 

Proyeksi ini, sambung Ade, turut ditunjang dengan pertumbuhan angkutan kargo Garuda yang hingga Juli 2021 mencapai 90% dari pencapaian pada periode yang sama tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.