Kucuran Pinjaman Bank Makin Agresif Sentuh Emiten

Sejumlah bank agresif mengucurkan pinjaman kepada emiten di pasar modal. Simak penjelasannya.

Dionisio Damara

21 Nov 2021 - 19.35
A-
A+
Kucuran Pinjaman Bank Makin Agresif Sentuh Emiten

Sejumlah bank agresif mengucurkan pinjaman kepada emiten di pasar modal. (Bisnis/Abdurachman)

Bisnis, JAKARTA— Sejumlah bank makin agresif mengucurkan pinjaman kepada emiten di pasar modal sebagai cara mengungkit kinerja pada pengujung tahun.  

Perbankan tercatat makin gencar menyalurkan kredit ke sejumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kencangnya laju pembiayaan korporasi dinilai mampu menjadi pengungkit kinerja kredit perbankan hingga akhir tahun ini.

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. baru-baru ini mengucurkan kredit senilai Rp2 triliun pada PT Indonesia Infrastructure Finance. Kredit dengan skema term loan ini akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan infrastruktur berkelanjutan dalam jangka waktu empat tahun.

Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri Rohan Hafas mengatakan kerja sama ini merupakan bentuk inisiatif perseroan dalam pengembangan proyek-proyek di Indonesia, melalui lembaga keuangan pembiayaan infrastruktur yang memerhatikan aspek sosial dan lingkungan.

“Perjanjian ini merupakan salah satu bentuk komitmen Bank Mandiri untuk memperkuat pembangunan infrastruktur nasional,” ujar Rohan, pekan lalu.

Bank Mandiri hingga September 2021 menyalurkan kredit ke sektor berkelanjutan sebesar Rp187,4 triliun atau 23 persen dari total kredit perseroan. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada pembiayaan ke sektor energi terbarukan [EBT] yang naik 108,43 persen secara tahun berjalan.

Dari total pembiayaan tersebut, lebih dari 90 persen debitur memiliki sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) untuk mendukung gerakan pemerintah dan regulator dalam mengurangi emisi gas rumah kaca, serta meningkatkan keberlanjutan industri.

Di sektor properti, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. mengucurkan kredit korporasi senilai Rp2 triliun dengan tenor 84 bulan kepada PT Bumi Serpong Damai Tbk. atau BSDE. Hingga saat ini, Sinarmas Group telah mendapatkan plafon kredit dari BTN Rp3,5 triliun.

Wakil Direktur Utama Bank BTN, Nixon mengatakan kerjasama dengan BSDE secara khusus memberikan manfaat bagi kedua belah pihak dalam bersinergi membangun sektor properti di tengah guncangan pandemi, yang sudah berjalan dua tahun.

Berdasarkan catatan emiten bank bersandi saham BBTN ini, sepanjang Januari hingga September 2021, perseroan telah mengucurkan kredit korporasi senilai Rp4,70 triliun, yang disalurkan ke beberapa segmen, mayoritas di infrastruktur, gedung bertingkat dan rumah tapak.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk. mengucurkan pinjaman senilai Rp160 miliar dan US$10 juta dalam berbagai skema fasilitas kepada PT Galva Technologies Tbk. untuk memperkuat struktur permodalan emiten yang bergerak di sektor teknologi tersebut.

“Pinjaman ini kami digunakan untuk menunjang kebutuhan modal dan kegiatan operasional perusahaan, yaitu untuk membeli barang dagangan untuk bisnis unit kami,” ungkap Direktur Galva Technologies Maria Fransiska dalam paparan publik pekan lalu.

BCA tercatat mampu mengakselerasi penyaluran kredit ke segmen korporasi. Sampai dengan kuartal III/2021, emiten bank dengan sandi BBCA ini membukukan kredit korporasi senilai Rp251,99 triliun, naik 7,1 persen secara tahunan.

Penyaluran tersebut berfokus pada sektor-sektor, seperti manufaktur, perdagangan, dan jasa, transportasi, agrikultur, dan konstruksi. 

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Wimboh Santoso menyatakan penyaluran kredit perbankan hingga akhir 2021 diperkirakan tumbuh 4 – 5 persen secara tahunan. Pertumbuhan ini tidak hanya didukung oleh sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), tetapi juga oleh segmen korporasi. 

Wimboh mengatakan kredit korporasi sepanjang tahun berjalan tumbuh 4,7 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi segmen korporasi jauh lebih baik jika dikomparasikan dengan posisi akhir tahun 2020.

Selain itu, total kredit yang direstrukturisasi telah mengalami penurunan dengan angka terakhir berada di Rp738,60 triliun, sedangkan sebelumnya mencapai Rp900 triliun. Aspek lainnya adalah kondisi NPL turun dari 3,24 persen pada Juni, menjadi 3,22 persen per September 2021. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Duwi Setiya Ariyant*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.