Lebaran Embuskan Angin Segar Bagi Pemulihan Bisnis OTA

Pada tahun ini, pelaku OTA berharap bisa kembali meraup cuan seiring dengan tingginya kebutuhan akomodasi dan transportasi lantaran pemerintah mengizinkan lagi kegiatan mudik Lebaran setelah vakum berturut-turut selama 2020—2021.

Wike D. Herlinda

2 Mei 2022 - 19.30
A-
A+
Lebaran Embuskan Angin Segar Bagi Pemulihan Bisnis OTA

Bisnis, JAKARTA — Bisnis agen perjalanan daring atau online travel agent (OTA) menjadi salah satu sektor industri startup yang paling tertekan kinerjanya selama pandemi Covid-19 dua tahun belakangan. 

Pada tahun ini, pelaku OTA berharap bisa kembali meraup cuan seiring dengan tingginya kebutuhan akomodasi dan transportasi lantaran pemerintah mengizinkan lagi kegiatan mudik Lebaran setelah vakum berturut-turut selama 2020—2021. 

Terlebih, pemerintah juga memberikan jatah cuti bersama Idulfitri 1443 dalam rentang yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan periode Lebaran sebelumnya, yaitu selama 29 April—8 Mei 2022. 

Segala angin segar tersebut menjadi kesempatan baik bagi pelaku OTA untuk dapat memulihkan kinerja mereka. 

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menyebut, pelongagran mobilitas dan banyaknya kelas menengah atas yang sudah lama menanti momen liburan panjang tanpa protokol ketat harus disiasati atau dimanfaatkan oleh para pelaku OTA.

"Menurut saya, dengan adanya libur Lebaran tanpa pembatasan, konsumen akan banyak melakukan konsumsi, terutama yang berkaitan dengan kebutuhan bepergian dan liburan," ujarnya, belum lama ini.

Bhima mengatakan, pelaku industri OTA harus menyediakan promo paket wisata karena bisa menambah durasi tinggal wisatawan. Selain itu, kebutuhan paket perjalanan jauh juga harus disediakan untuk mengakomodasi para perantau yang ingin pulang kampung halaman.

"Selain keberadaan promo dan diskon, menurug saya, para platform harus melebarkan jejaring hunian hotel dan penginapan di banyak kota-kota kecil," ujarnya.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda sepakat bahwa longgarnya aturan mudik Lebaran akan membantu pemulihan bisnis OTA pada tahun ini.

"Aplagi, dengan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak [BBM] dan tarif tol yang mungkin akan memindahkan orang yang biasanya mudik dengan kendaraan pribadi beralih ke kendaraan umum," ujarnya.

Sekadar catatan, WeAreSocial melaporkan tren konsumsi layanan perjalanan berbasis digital pada 2021 relatif meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tercatat, hanya pemesanan akomodasi sektor penerbangan yang mengalami penurunan.

Pada 2021, total biaya konsumsi hotel melalui platform digital sebesar US$1,46 miliar (naik 51 persen). 

Adapun, untuk paket liburan sebesar US$634,1 juta (naik 56 persen), perjalan bus jarak jauh menghasilkan US$46,22 juta (naik 24 persen), kereta api US$46,76 juta (naik 32 persen), dan penerbangan menghasilkan US$1,58 miliar (turun 8,5 persen).

Dari sisi pelaku OTA, Sr. Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menyebut, perusahaan optimistis momen Ramadan tahun ini akan disikapi dengan antusiasme tinggi oleh masyarakat. Artinya, tren pariwisata juga akan mengalami peningkatan.

"Tentunya kami menyambut kesempatan ini dengan mempersiapkan kemudahan akses traveling untuk mudik seluruh pelanggan kami dengan inventory produk, informasi seputar traveling, hingga beragam promo," ujarnya kepada Bisnis.

Di sisi lain, Busyra mengatakan, pelayanan selama Ramadan dan mudik Lebaran akan didukung lebih dari 230 maskapai baik domestik dan internasional, lebih dari 110.000 pilihan akomodasi yang tersedia baik domestik maupun Internasional, lebih dari 1.600 rute perjalanan kereta api di Indonesia, juga lebih dari 290 pilihan bus dan agen perjalanan yang disediakan. 

Semua fasilitas tersebut diklaim telah terhubung dengan aplikasi Pegipegi.

Pegipegi memprediksi pada periode Lebaran, penggunaan transportasi darat akan tumbuh seperti penggunaan bus dan kendaraan travel darat lainnya. Selain itu masyarakat dinilai akan banyak mengunjungi destinasi yang dekat dengan kota tujuan mudik mereka.

Busyra mengatakan, dengan adanya tren staycation, hunian wisata di kota tujuan mudik juga akan mengalami peningkatan sebagai salah satu alternatif liburan bersama keluarga.

Terkait dengan target pasar, Busyra menjelaskan, perusahaan saat ini fokus untuk menjaring konsumen dari kalangan generasi muda terutama Milenial dan Gen Z.

"Saat ini, Milenial dan Gen Z menjadi salah satu target market utama kami. Kedua generasi ini merupakan populasi yang terbesar di Indonesia," ujar Busyra.

Selama periode Lebaran tahun ini, Pegipegi menargetkan adanya peningkatan transaksi hingga 10 kali lipat dibandingkan dengan momentum yang sama tahun lalu.

Aplikasi Pegipegi/istimewa

GANTI STRATEGI

Terkait dengan prospek kinerja industri OTA, kalangan pemodal ventura menyarankan agar pelaku industri rintisan di bidang agen perjalanan daring segera lepas dari strategi ‘bakar uang’ guna menambah daya tarik di mata investor pada 2022.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut startup OTA telah terbukti cukup mampu bertahan selama pandemi dan perlahan pulih pada 2021.

"Peningkatan transaksi terjadi karena lalu lintas udara yang mulai pulih dan penanganan pandemi yang baik," ujarnya,  baru-baru ini.

Menurutnya, tren positif tersebut harus dimanfaatkan startup OTA untuk menggalang dana dari investor pada tahun ini.

Edward mengatakan startup OTA tidak boleh hanya menargetkan pulih seperti sebelum pandemi. Namun, para startup tersebut harus mampu lepas dari strategi bakar uang.

Selama ini, lanjutnya, startup OTA sangat tergantung kepada strategi bakar uang untuk menciptakan banyak promo dan diskon bagi pelanggan. Akibatnya, pelanggan tertarik karena adanya promo dan diskon, bukan solusi dan kemudahan layanan yang ditawarkan.

"Dengan kondisi pasar global yang terkoreksi pada akhir tahun, sudah tidak seharusnya strategi bakar uang dilakukan karena banyak investor lokal dan global lebih memperhatikan kondisi fundamental dan rasio keuangan yang sehat," ucapnya.

Menurut Edward, ketergantungan transaksi dari promo memang sulit dihindari, tetapi masih banyak strategi lain yang dapat diterapkan. Misalnya, dengan menguatkan kolaborasi dengan berbagai entitas dan sektor.

Dengan itu, pelanggan dapat memperoleh berbagai layanan dalam satu paket perjalanan wisata yang terjangkau.

Edward menyebut saat ini tren melantai di bursa sedang naik karena itu para investor lebih tertarik pada strategi bisnis yang mengutamakan keuntungan. (Thovan Sugandi)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.