Lifting Migas 2021, Tahun Pembuktian yang Tidak Bisa Dibuktikan

Menteri ESDM mengharapkan agar tahun 2021 menjadi tahun pembuktian ketangguhan industri hulu migas untuk mempertahankan produksi hulu migas.

Muhammad Ridwan

31 Des 2021 - 18.30
A-
A+
Lifting Migas 2021, Tahun Pembuktian yang Tidak Bisa Dibuktikan

Kilas minyak lepas pantai

Bisnis, JAKARTA — Seperti yang sudah diduga sebelumnya, capaian produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi tahun ini tidak mencapai target. Bahkan, kembali turun dibandingkan dengan capaian pada tahun lalu. Realisasi lifting migas 2021 juga lebih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan.

Sekretaris Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Taslim Yunus mengatakan per 30 Desember 2021, realisasi lifting minyak bumi berada pada kisaran 658.393 barel minyak per hari, sedangkan lifting gas bumi tercatat 6.661 juta standar kaki kubik per hari (MMScfd).

Adapun, realisasi lifting minyak bumi itu lebih rendah jika dibandingkan dengan target APBN 2021 sebesar 705.000 barel per hari. Namun, realisasi lifting gas bumi tercatat telah melampaui target APBN 2021 sebesar 5.639 MMscfd.

"Faktor yang memengaruhi development drilling di bawah target, unplanned shutdown, pipa bocor, dan sebagainya," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (30/12/2021).

Sebelumnya, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memproyeksikan capaian lifting migas pada tahun ini bakal berada di bawah target yang ditetapkan baik dalam APBN atau pun WP&B (work program & budget) 2021.

Outlook akhir tahun kami proyeksikan sebesar 660.000 bopd [barrel oil per day] atau 93,6 persen untuk minyak dan 5.505 MMscfd atau sebesar 97,5 persen untuk gas,” kata Dwi.

Dengan demikian, capaian lifting tahun ini kembali menambah rentetan catatan penurun produksi yang dihasilkan oleh lapangan-lapangan migas Indonesia.

Pasalnya, proyeksi lifting pada kisaran 660.000 bph itu tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi lifting pada tahun lalu 706.000 bph dengan realisasi lifting gas bumi gas sebesar 5.461 MMScfd.

Padahal, realisasi pada tahun lalu telah mencatatkan penurunan dari tahun sebelumnya. Pada 2019, realisasi lifting minyak Indonesia tercatat masih berada pada 746.000 BOPD dan realisasi lifting gas bumi 5.934 MMscfd.

DAPAT HANTAMAN

Kepala SKK Migas menyatakan bahwa sepanjang semester I/2021, industri hulu migas mendapatkan hantaman yang cukup banyak. Memasuki awal tahun, industri hulu migas telah memulai dengan capaian yang rendah dengan pengurangan produksi sebesar 19.500 bph.

Dwi memaparkan kejadian unplanned shutdown di sejumlah wilayah kerja membuat adanya pengurangan produksi sebesar 4.000 BOPD dan adanya penundaan pengeboran dan hasil bor yang mengurangi produksi sebesar 5.000 bph.

Ke depannya akan terjadi penambahan produksi dari kegiatan penambahan pengeboran dan work over sebesar 1.700 bph, kegiatan debottlenecking dan penerapan teknologi produksi menambah produksi 1.400 bph, serta kegiatan pengurasan stok telah menambah 1.800 bph.

"Outlook bisa 680.000 barel oil per hari, gas dari yang ditargetkan 5.600 MMscfd, usulan KKKS 5.100 MMscfd dan usulan bisa 5.108 WP&B dan karena ada low entry point maka diproyeksikan mencapai 5.529 MMscfd.

Dwi menambahkan kendala-kendala yang terjadi sepanjang tahun ini akibat adanya dampak Covid-19. Untuk operasional, pandemi Covid-19 telah membuat kegiatan di lapangan menjadi tidak optimal karena adanya pengurangan orang.

Dari sisi keuangan, harga minyak yang sempat jatuh pada tahun lalu telah membuat arus kas kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menjadi terganggu sehingga kegiatan investasi menjadi tersendat.

"Kita membutuhkan waktu karena kontraktor juga melihat-melihat sejauh mana dampak terhadap pandemi yang saat ini malah lagi membeludak," ungkapnya.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan bahwa berkurangnya mobilisasi orang dan peralatan selama pandemi Covid-19 masih dirasakan sektor hulu migas yang pada akhirnya berdampak terhadap kegiatan operasional.

Dia mengungkapkan sepanjang tahun ini kegiatan operasional masih dinilai cukup menantang. Hal itu tentunya akan mempengaruhi long term program (LTP) yang telah ditetapkan SKK Migas.

"Korelasinya terhadap LTP akan terjadi koreksi, kita setting term and condition dari tahun ini untuk menanjak di tahun depan, tapi nyatanya kita akan turun 3—4 persen perkiraan," jelasnya.

KETANGGUHAN

Beberapa waktu lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif meminta agar seluruh pelaku industri hulu minyak dan gas bumi bisa mempertahankan tingkat produksi siap jual agar tidak mengalami penurunan.

Arifin mengatakan pada tahun ini industri hulu minyak dan gas bumi masih menghadapi tantangan dalam mencapai target lifting migas. 

"Tahun 2021 ini akan diharapkan menjadi tahun pembuktian ketangguhan industri hulu migas untuk mempertahankan produksi hulu migas, saya meminta untuk mengawal rencana strategis hulu migas," katanya dalam acara Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi di lingkungan SKK Migas, Selasa (27/7/2021).

Sepanjang semester I/2021, realisasi lifting minyak bumi adalah sebesar 667.000 barel per hari atau hanya 95 persen dari target lifting dalam APBN 2021 sebesar 705.000 barel per hari. Sementara itu, realisasi lifting gas bumi tercatat sebesar 5.430 MMscfd atau 96 persen dari target tahun ini sebesar 5.638 Mmscfd.

Arifin mengatakan penurunan laju produksi perlu ditahan guna mencapai target produksi migas pada 2030 yakni lifting minyak 1 juta barel per hari dan lifting gas bumi 12 Bscfd. 

Dia mengatakan bahwa terdapat empat strategi utama yang perlu dilakukan oleh seluruh pelaku industri migas untuk mencapai target tersebut.


Untuk mempertahankan level produksi, perlu dilakukan optimasi produksi pada lapangan yang ada, pelaksanaan program kerja yang agresif, transisi alihkelola secara tepat, serta reaktivasi lapangan yang sudah tidak berproduksi.

Dia menambahkan bahwa diperlukan percepatan realisasi sumber daya menjadi produksi melalui pengawasan dan pengendalian pada rencana pengembangan lapangan yang telah disetujui maupun percepatan monetisasi lapangan yang belum dikembangkan, serta pengembangan lapangan migas nonkonvensional.

Sementara itu, strategi lainnya adalah percepatan penerapan produksi penerapan enhanced oil recovery (EOR).

Arifin meminta supaya kontraktor kontrak kerja sama untuk menjalin kerja sama strategis dengan pihak yang memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengembangan dan penerapan EOR.

Kegiatan eksplorasi juga dinilai menjadi penentu terwujudnya target produksi pada 2030. Oleh karena itu, Arifin mengatakan bahwa perlu adanya peningkatan dan percepatan eksplorasi, pemerintah akan mendorong peningkatan akuisisi dan kualitas data migas secara terintegrasi.

"Saya juga meminta agar SKK Migas terus melanjutkan perbaikan tata kelola hulu migas agar lebih efisien dan efektif agar dapat mencapai target yang maksimal," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.