Lirak-lirik Strategi Pendanaan Modal Ventura Pelat Merah

Guna memperkecil risiko, perusahaan-perusahaan modal ventura milik BUMN cenderung melakukan pendanaan di seri lanjutan. Walaupun dengan itu, keuntungan yang didapatkan tidak sebesar investasi di tahap awal.

Redaksi

27 Jan 2022 - 17.00
A-
A+
Lirak-lirik Strategi Pendanaan Modal Ventura Pelat Merah

Ilustrasi modal ventura/freepik

Bisnis, JAKARTA — Manuver perusahaan-perusahaan modal ventura pelat merah untuk jorjoran mengucurkan pendanaan ke startup teknologi finansial dinilai sudah tepat untuk meminimalisir risiko kerugian investasi. 

“Menurut saya, [tren memacu pendanaan ke tekfin] ini bukan karena tidak berani merambah ke sektor lain, tetapi untuk meminimalisir kerugian, termasuk mengantisipasi audit dari Badan Pemeriksa Keuangan,” ujar Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang, baru-baru ini. 

Menurutnya, guna memperkecil risiko, perusahaan-perusahaan modal ventura milik BUMN cenderung melakukan pendanaan di seri lanjutan. Walaupun dengan itu, keuntungan yang didapatkan tidak sebesar investasi di tahap awal.

"Hanya startup [perusahaan rintisan] yang terbukti bertahan dan berpotensi memperoleh keuntungan yang bisa menarik investor dari BUMN," ujarnya.

(BACA JUGA: Hegemoni Tekfin dalam Pendanaan Startup Berlanjut 2022)

Dia berpendapat Mandiri Capital Indonesia (MCI), entitas naungan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., sangat cocok mendanai startup tekfin. Hal itu karena MCI memiliki ekosistem dan pengalaman di perbankan yang kuat.

Adapun, lanjutnya, startup di sektor lain dapat didanai dan dikelola oleh modal ventura milik instansi pelat merah lainnya seperti MDI Ventures, yang merupakan entitas di bawah naungan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. 

(BACA JUGA: Berebut Pasar UMKM, Tekfin Makin Getol 'Melipir' ke Perbankan)

Senada dengan Dianta, peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut langkah MCI mengguyur pendanaan ke startup tekfin sudah tepat.

"Selain pendanaan, Mandiri bisa masuk dalam ekosistem dan berkolaborasi dengan salah satu startup tekfin jika memungkinkan," ujarnya.

Dia berpandangan sektor tekfin memiliki potensi yang menjanjikan ke depan. Selain itu, produk tekfin diprediksi terus berkembang.

"Ini langkah yang baik, tetapi jangan sampai hanya mengejar kepemilikan saham karena ikut ke ekosistem digital menjadi hal yang penting juga," kata Huda.

Menyitir riset bertajuk Fintech Report 2021: The Convergence of (Digital) Financial Services oleh DS Innovate, sepanjang kuartal I—III/2021, jumlah pendanaan ke sektor tekfin mencapai 105 transaksi dengan melibatkan 14 modal ventura dan 13 angel investor. 

East Ventures tercatat sebagai modal ventura swasta dengan pendanaan terbanyak ke sektor tekfin yaitu sejumlah 25 transaksi, diikuti oleh AC Ventures dengan 13 transaksi.

Adapun, modal ventura BUMN diwakili oleh MDI Ventures menduduki posisi keempat dengan total 10 transaksi selama 2021.

Dalam laporan yang sama, disebutkan ekosistem tekfin di Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun seiring dengan maraknya penetrasi internet dan ponsel pintar. 

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melaporkan 196 juta pengguna internet, berkontribusi 73,7 persen dari total populasi pada 2020.

Beberapa faktor seperti tidak memiliki akses ke layanan keuangan, masalah geografis, dan kurangnya persyaratan administrasi kemungkinan menjadi kontributor utama inklusi keuangan Indonesia. 

Apalagi, industri tersebut mulai tumbuh signifikan, terutama setelah Asosiasi Fintech Indonesia (Aftech) berdiri pada 2016. 

Hingga 2021, Aftech menaungi 335 perusahaan tekfin yang terdaftar sebagai anggota. Uang atau dompet digital dan peer-to-peer (P2P) lending adalah layanan tekfin yang banyak digunakan di kalangan konsumen Indonesia.

Menurut laporan State of Finance App Marketing 2021 dari AppsFlyer, Indonesia adalah pasar terbesar ketiga di antara 15 negara dengan aplikasi keuangan yang paling banyak diinstal. 

Aplikasi keuangan yang paling banyak diunduh di Indonesia berasal dari kategori pembayaran seluler, kartu kredit, dan pinjaman.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga mencatat penyaluran pinjaman secara daring menyentuh Rp221,56 triliun menjadi 64,8 juta orang Indonesia pada Juni 2021.

Menurut survei yang dilakukan DS Innovate terhadap 1500 responden pada Desember 2021, uang atau dompet digital menduduki posisi pertama sebagai layanan tekfin yang paling dikenal dan digunakan masyarakat dengan porsi pasar sebesar 80,2 persen.

Pangsa pasar layanan tekfin terbesar selanjutnya diikuti oleh bayar kemudian atau paylater (68,9 persen), P2P lending Pribadi (53,1 persen), investasi (44,7 persen), dan P2P lending bisnis (38,3 persen).

Presiden Direktur Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Bisnis/Arief Hermawan P

STRATEGI PENDANAAN

Terpisah, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro tidak menampik perusahaan memang fokus pada pendanaan ke sektor tekfin. Perusahaan senantiasa mencari startup baru yang sesuai untuk didanai serta melakukan pendanaan lanjutan terhadap startup portofolio MCI.

"Jadi kami tidak hanya fokus ke investasi baru, tetapi juga mendungkung dan memberi pendanaan lanjutan ke startup yang sudah kami suntik dana sebelumnya," ujarnya.

Eddi mengatakan MCI akan melakukan pendanaan baru terhadap 2—4 startup dan partisipasi pendanaan lanjutan ke 3—4 startup pada 2022.

Untuk langkah pendanaan tersebut, terangnya, MCI menyediakan dana di atas Rp100 miliar. "Saya lupa angka persisnya untuk total itu semua, tetapi di atas Rp100 miliar," ujarnya.

Adapun, sektor yang disasar oleh MCI adalah para perusahaan rintisan di bidang tekfin dan fintech enabler. Bagaimanapun, Eddi enggan mengungkapkan nama entitas startup tekfin yang akan menjadi sasaran pendanaan MCI berikutnya. 

Sepanjang 2021, MCI mencatatkan partisipasi dalam 7 putaran pendanaan ke startup tekfin, fintech enabler, insurtech, dan open finance.

Selain itu, MCI terlibat dalam beberapa pendanaan baru, salah satunya ke PT Bukalapak.com Tbk. (pendanaan pra-IPO) dan Ayoconnect (pendanaan pra-Seri B bersama Patamar Capital dan Habibie Foundation, dengan jumlah total sekitar Rp143 miliar).

Selain itu, MCI pada 2021 tercatat melakukan pendanaan lanjutan ke startup Amartha (yang dipimpin oleh Women’s World Banking dan MDI Ventures, dengan jumlah total lebih dari Rp510 miliar); iSeller (pendanaan Pra-Seri B dengan total suntikan dana senilai Rp120 miliar); Crowde (pendanaan Seri B yang dipimpin oleh Monks Hill, dengan jumlah yang tidak diungkapkan); dan PrivyID (pendanaan Seri B yang dipimpin oleh GGV Capital, dengan jumlah hingga lebih dari Rp251 miliar). 

SIAPKAN DANA

Lain sisi, MDI Ventures juga menyatakan telah menyiapkan dana segar untuk melakukan pendanaan ke sejumlah startup pada 2022.

CEO PT Metra Digital Investama (MDI Ventures) Donald Wihardja menyebut, pada 2022 MDI mengelola 5 program pendanaan dan ditambah dengan Merah Putih Fund. 

Menurutnya, MDI pada 2022 juga akan menargetkan 15 pendanaan ke startup. Selain melakukan pendanaan baru, MDI juga akan melakukan pendanaan lanjutan ke sejumlah startup portofolionya.

Donald mengatakan MDI akan fokus mendanai startup di sektor healthtech, makanan, agritech, tekfin, serta logisitik. "Selain itu kami juga ada sektor baru yang kami targetkan, yaitu edtech dan enterprise solution," ujarnya.

Dia menjelaskan MDI menyediakan dana di atas $100 juta untuk disalurkan ke 15 startup pada 2022. Dana tersebut juga digunakan untuk melakukan pendanaan lanjutan ke startup portofolio MDI.

"Kami siapkan terus, agar bisa langsung menyalurkan dana bila nanti ada startup yang memadai dan memiliki peluang bagus ke depan," katanya.

Selama 2021 MDI juga telah melakukan lebih dari 20 transaksi pendanaan terhadap 10 startup dengan nilai total berapa di kisaran Rp1,5 triliun.

Dikutip dari laman resminya, sejak 2020 MDI memilih untuk fokus pada 5 sektor startup. Kelima sektor tersebut adalah healthtech, tekfin, logistik, ritel, dan foodtech. 

Pada 2021, sebanyak 3 startup yang sebelumya disuntik dana oleh MDI meraih status unikorn dan 1 startup berhasil menjadi perusahaan publik. Startup yang memperoleh status unikorn adalah Kredivo, Nium, dan MPL.

Adapun, startup yang berhasil IPO pada 2021 adalah PT Global Sukses Solusi TbkTbk (Run System). Perusahaan tersebut merupakan firma yang menyediakan layanan IT.

Dalam menjalankan investasi dan pendanaan, MDI membaginya dalam beberapa program atau kelompok pendanaan. Pertama adal Arise, yang akan melakukan pendanaan terhadap startup di taham awal (preseed hingga seed dan seri A).

Selanjutnya adalah Centauri, untuk pendanaan pada startup di seri A—B. Lalu, ada MDI yang akan menjalankan pendanaan untuk seri C ke atas.

Saat ini, MDI juga membantu pengelolaan program inkubator dan akselerator startup bernama Indigo. 

Selain itu, pada 2021 ini MDI resmi digandeng kementerian BUMN untuk terlibat dalam program Merah Putuh Fund, yaitu pendanaan untuk startup di tahap lanjut dengan tujuan menciptakan unikorn dari kalangan perintis lokal. (Thovan Sugandi/Wike D. Herlinda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.