Bisnis, JAKARTA — Sangat krusialnya peranan logam tanah jarang sebagai bahan baku industri masa depan sejalan dengan upaya mengejar target nol emisi kabon (net zero emission/NZE), membuat kebutuhan serta permintaan terhadap mineral kritis itu kian melonjak.
Banyak negara kini mulai memburu logam tanah jarang (LTJ) yang memang banyak digunakan untuk mendorong kemajuan industri dan antisipasi perkembangan teknologi energi bersih, mulai dari telepon pintar, alat elektronik, superkonduktor, kendaraan listrik hingga peralatan militer dan nuklir.
Di sejumlah negara, mineral kritis tersebut masuk dalam klasifikasi komoditas bukan dagang biasa. Pemerintah China beberapa tahun lalu bahkan pernah melarang ekspor LTJ, yang kemudian menimbulkan konflik dengan Amerika Serikat.
Baca juga: Pro Kontra Izin Ekspor Pasir Laut Setelah 20 Tahun Disetop