Manuver Agresif Pertamina NRE Memacu Transisi Energi

Masih cukup menantangnya upaya percepatan transisi energi di tengah kondisi global yang dihadapkan pada trilema energi, berpotensi menghambat pengembangan dan pemanfaatan energi bersih di Tanah Air.

Media Digital

1 Mei 2024 - 12.48
A-
A+
Manuver Agresif Pertamina NRE Memacu Transisi Energi

Manuver Agresif Pertamina NRE Memacu Transisi Energi

Bisnis, Masih cukup menantangnya upaya percepatan transisi energi di tengah kondisi global yang dihadapkan pada trilema energi, berpotensi menghambat pengembangan dan pemanfaatan energi bersih di Tanah Air.

Hal itu dikarenakan ada tiga faktor penting dalam pengelolaan energi yang secara bersamaan harus diperhatikan, yakni energy security (ketahanan energi), energy affordability (keterjangkauan biaya energi), dan environmental sustainability (keberlanjutan lingkungan).

Jika salah strategi dalam merespons trilema energi tersebut, bukan tidak mungkin upaya transisi energi menjadi sia-sia. Seperti halnya yang terjadi di Eropa, krisis geopolitik telah membuat ketahanan energi mereka terganggu sehingga harus mengimpor baru bara, padahal sebelumnya Eropa menjadi salah satu pemimpin untuk perubahan menuju environmental sustainability.

Namun, kondisi tersebut juga tidak lantas kemudian menjadi acuan bagi PT Pertamina (Persero) untuk memperlambat pengembangan energi terbarukan di dalam negeri. Perseroan melalui subholding yang fokus menggarap bisnis energi bersih perusahaan migas pelat merah itu, yakni Pertamina New Renewable Energy (Pertamina NRE) bahkan kian agresif melakukan transisi. 

Sejumlah program telah dijalankan dan disiapkan untuk terus menggenjot pengembangan energi terbarukan. Terlebih, Pertamina NRE memiliki peran strategis dalam upaya pencapaian aspirasi Pertamina untuk mewujudkan nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060, yaitu melalui pembangunan bisnis energi hijau dan bisnis baru. 

John Anis, Direktur Utama Pertamina NRE, mengungkapkan bahwa kontribusi Pertamina tidak saja sebagai badan usaha, tetapi juga membantu program-program pemerintah, terutama dalam konteks sustainable development.

Dalam konteks global, jelasnya, ada trilema energi yang terjadi di semua perusahaan di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia saja. Negara sekuat Jerman saja, imbuhnya, juga bisa sengsara karena ketahanan energi yang terganggu akibat konflik Ukraina-Rusia.

“Inilah yang membuat ketika pada zaman Covid, gencarnya energi baru terbarukan untuk diakselerasi tetapi at the end of the day juga harus dipikirkan bahwa transisi itu ga bisa hanya dalam satu hari. Harus dibangun dengan waktu yang cukup panjang, dan harus ada solusi untuk energy security karena bagaimana pun juga kita memerlukan energi,” kata John acara Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024 yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, Selasa (30/4/2024).

Kendati demikian, dia menekankan bahwa Pertamina NRE telah berkomitmen menyediakan energi hijau Tanah Air sekaligus menjadi pemimpin dalam membantu pemerintah untuk transisi energi baru terbarukan dan rendah emisi. Bukan hanya tersedia dan murah, tetapi juga bertanggung jawab dalam hal ini environment.

“Target kami yang energi bersih itu bisa meningkat dari 9,2% pada 2019 menjadi 17,7% pada 2030. Ini pastinya juga meningkatkan capital yang harus dikejar, terutama green capital dan juga mungkin beberapa insentif,” tuturnya.

Sebagai gambaran, pada 2029 nanti Pertamina NRE menargetkan kapasitas terpasang sebesar 3,8 gigawatt (GW) gas to power, 1,4 GW kapasitas geothermal, 1,3 GW energi terbarukan, dan lain sebagainya dalam portofolio hijau perusahaan.

Kendati demikian, John tidak memungkiri bahwa masalah keekonomian masih menjadi kendala dalam upaya memacu transisi energi, selain persoalan teknologi. “Tantangan bagaimana akses ke financing cukup kompetitif. Teknologi juga penting, funding di early stage harus di-manage dengan baik, dan capacity building harus disusun dengan baik. Bagaimana SDM kita juga nanti menjadi yang mumpuni,” kata John.

Adapun, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyiapkan peta jalan (road map) transisi energi menuju NZE pada 2060 atau lebih cepat dari itu. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agus Cahyono Adi menjabarkan sejumlah strategi yang digunakan untuk mencapai NZE tersebut, antara lain, elektrifikasi dengan memasifkan penggunaan kendaraan dan kompor berbasis tenaga listrik.

Selanjutnya, pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT), secara berkala melakukan moratorium atau suntik mati terhadap pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), serta mengembangkan fasilitas penangkapan karbon (carbon capture stotage/CCS dan carbon capture, utilization, and storage/CCUS).

“Kemudian sumber energi baru, ini tantangan bagaimana kita mengawinkan renewable energy yang mempunyai sebagian besar kekurangan variabel,” kata Agus dalam Bisnis Indonesia BUMN Forum 2024 yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia, Selasa (30/4/2024).

Selain poin di atas, imbuhnya, strategi untuk mencapai NZE adalah dengan penghematan energi atau penerapan efisiensi energi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Media Digital

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.