Manuver KRAS Fokus ke Baja Hilir

Sejak tahun lalu, KRAS telah membangun dua subholding. Selain Krakatau Baja Konstruksi juga PT Krakatau Sarana Infrastruktur yang menangani bisnis di luar baja seperti kawasan industri, pelabuhan, power plant, dan lain-lain.

Wike D. Herlinda

1 Apr 2022 - 19.00
A-
A+
Manuver KRAS Fokus ke Baja Hilir

Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Silmy Karim (tengah) meresmikan grand launching KRASmart Marketplace di Jakarta, Jumat (26/11/2021). /Krakatau Steel.\r\n

Bisnis, JAKARTA — Persaingan di industri baja hilir bakal makin memanas, seiring dengan rencana PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. untuk mulai fokus mengembangkan produk hilir melalui PT Krakatau Baja Konstruksi yang merupakan salah satu subholdingnya.

Strategi perusahaan baja berkode saham KRAS salah satunya bakal diwujudkan melalui pengembangan KRASHome, bangunan hunian berbahan dasar konstruksi baja modern yang dikerjasamakan dengan produsen baja ringan PT Tata Metal Lestari.

Dalam hal ini, Krakatau Steel sebagai penyuplai bahan baku Tata Metal juga ikut merancang produk tersebut melalui proses riset dan pengembangan.

Direktur Pengembangan Usaha Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan sebagai pelaku industri baja hulu dan antara, langkah ini terbilang sebuah terobosan, meski bisa dipandang sebagai munculnya pesaing baru oleh pelaku industri hilir.

Namun demikian, dia mengeklaim masuknya KRAS ke sektor baru ini bertujuan mengembangkan industri hilir. Selain itu juga sebagai edukasi pasar terhadap produk-produk baja hilir dengan kualitas premium.

"KRAS ini kan BUMN dan Tbk. Tidak mungkin kami akan bersaing. Terbukti waktu kami fokus di baja hulu dan antara, mereka [pelaku industri baja] berkembang semua bersama kami," kata Purwono, medio pekan. 

Sejak tahun lalu, KRAS telah membangun dua subholding. Selain Krakatau Baja Konstruksi juga PT Krakatau Sarana Infrastruktur yang menangani bisnis di luar baja seperti kawasan industri, pelabuhan,pembangkit listrik, dan lain-lain.

Sementara itu, entitas yang saat ini masih dalam pembentukan yakni subholding di sektor baja industri.
 
 Purwono menjelaskan di industri hilir khususnya baja ringan, banyak beredar produk berkualitas rendah tanpa Standar Nasional Indonesia (SNI). Dengan masuknya KRAS ke industri hilir, diharapkan menambah referensi produk berkualitas meski harganya di atas rata-rata.

"Bukan semata-mata untuk bisnis semata, tetapi utamanya mengedukasi pasar mengenai baja ringan yang sesuai SNI," ujarnya.  

Di sisi lain, KRAS juga membidik peluang pasar pengembangan ibu kota negara (IKN) Nusantara seiring perluasan fokus ke produk-produk hilir.

Menurut Purwono, dalam megaproyek tersebut, perseroan memang ditugaskan untuk memasok bahan baku baja untuk industri di bawahnya. Namun, ceruk pasar baru pada produk-produk hilir seperti baja ringan, tak disia-siakan.

"Salah satu pemicunya IKN. IKN ini kan Krakatau Steel termasuk BUMN yang ditugaskan. KS tidak ingin hanya sebagai supplier tapi ingin memberikan nilai tambah di IKN," katanya. 

Purwono melanjutkan pengembangan produk dengan menggandeng pelaku usaha baja hilir, seperti PT Tata Metal Lestari, juga dimaksudkan untuk meningkatkan utilitas kapasitas produksi industri. 

Rata-rata utilitas kapasitas produksi industri naja hilir sebesar 45 persen pada tahun lalu dinilai terlalu rendah untuk menggerakkan daya saing produk dalam negeri.

Utilitas yang rendah menimbulkan biaya produksi menjadi tinggi sehingga produsen harus membebankan kepada konsumen.

"[Utilitas] Industri wajarnya 80 persen, syukur-syukur bisa 90 persen. Kalau di bawah 50 persen, skala keekonomiannya tidak tercapai, jualannya mahal, akhirnya masyarakat yang rugi," katanya.

GM Business Development Tata Metal Lestari Harsono Mintono menambahkan masuknya Krakatau Steel ke produk hilir bukan merupakan ancaman. Sebab, segmen pasarnya berbeda. 

Produk-produk hilir Krakatau Steel nantinya akan masuk ke segmen premium dan proyek-proyek pemerintah yang membutuhkan ketahanan tinggi. Sedangkan Tata Metal selama ini lebih banyak menggarap pasar rumah tinggal.

"Segmennya berbeda walaupun seakan-akan produknya sama," kata Harsono.


Sekadar catatan, baja merupakan salah satu dari 22 komoditas yang bakal diwajibkan menerapkan SNI oleh pemerintah. 

Kementerian Perindustrian saat ini tengah menggodok sebanyak 22 Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib sepanjang tahun ini. 

Berdasarkan statistik Badan Standardisasi Nasional (BSN), total ada 24 SNI wajib yang digodok kementerian dan lembaga terkait pada 2022, sebagian besar diusulkan dan dibahas oleh Kemenperin.

Dari jumlah tersebut, beberapa diantaranya telah digodok sejak 2020, antara lain garam konsumsi beriodium, baja lembaran lapis seng yang diberi lapisan cat berwarna, rangka atap baja ringan, dan pompa air sentrifugal untuk irigasi.

Kepala BSN Kukuh S Achmad menjelaskan total SNI wajib yang diberlakukan Kemenperin sejauh ini sebanyak 124. Dia menuturkan pemberlakuan SNI secara wajib dirumuskan dan ditetapkan oleh kementerian lembaga terkait.

BSN akan mengkompilasi seluruh rencana SNI yang akan diberlakukan secara wajib dari instansi teknis dan mempublikasikan rencana SNI yang akan diberlakukan secara wajib tersebut.

Sepanjang tahun ini, Kukuh mengatakan BSN menggodok total 500 jenis SNI dari total 9 sektor.

"Target SNI pertambahannya 500 tahun ini. Saya sudah tekankan kepada deputi, 500 SNI yang disusun benar-benar sesuai kebutuhan saat ini dan jangka waktu ke depan," katanya.

Sampai dengan Desember 2021, terdapat total 14.070 SNI dengan yang masih aktif berjumlah 11.469.  

Adapun, sepanjang tahun lalu, terdapat penambahan SNI sebanyak 553, dengan yang terbanyak di sektor pertanian dan teknologi pangan, menyusul kemudian kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, serta teknologi perekayasaan.

Selain memfasilitasi penyusunan SNI untuk industri kecil, menengah, dan besar, sejak tahun lalu BSN juga menggencarkan partisipasi usaha mikro dan kecil (UMK).

Menjembatani standardisasi di kalangan UMK, BSN mengintegrasikan persyaratan pemenuhan SNI ke dalam Online Single Submission (OSS) Perizinan Tunggal untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil.

Pelaku usaha mikro dan kecil yang mengajukan nomor induk berusaha (NIB) untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) risiko rendah dan produk berisiko rendah, secara otomatis mendapatkan hak untuk menggunakan tanda SNI Bina UMK.

Kukuh mengatakan sejak dioperasikannya OSS Perizinan Tunggal untuk Pelaku Usaha Mikro dan Kecil tersebut, telah tercatat sekitar 27.500 pelaku UMK yang mendapatkan hak untuk menggunakan tanda SNI Bina UMK secara gratis berdasarkan sekitar 1.100 SNI yang terkait dengan KBLI dan produk risiko rendah.

"Menurut kami ini masih kecil. Kami melihat justru sosialisasi msh perlu digalakkan. Kami berkolaborasi dengan kementerian lembaga yang mempunyai tugas dan fungsi membina UMK, agar jumlahnya terus meningkat," kata Kukuh. (Reni Lestari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.