Maskapai Bersiap Mengudara Lagi

Sejumlah maskapai penerbangan berancang-ancang membuka kembali rute yang ditutup sementara selama beberapa bulan karena lonjakan kasus Covid-19. Maskapai lainnya berencana menambah frekuensi penerbangan ke Bali seiring dengan pelonggaran PPKM dan pembukaan kembali pariwisata Pulau Dewata.

Anitana Widya Puspa

29 Sep 2021 - 22.13
A-
A+
Maskapai Bersiap Mengudara Lagi

Pesawat udara berada di kawasan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Jumat (8/3/2019)./Antara

Bisnis, JAKARTA – Maskapai penerbangan nasional bersiap menormalisasi bertahap operasinya, memanfaatkan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat dan pembukaan kembali pariwisata Bali mulai Oktober.

Airasia Indonesia, misalnya, akan kembali menerbangi dua rute setelah menghentikan layanan selama lebih dari dua bulan. Rute Jakarta–Kuala Lumpur akan dibuka lagi mulai 2 Oktober dengan frekuensi penerbangan dua kali dalam sepekan. Sementara itu, rute Jakarta–Bali bakal kembali diterbangi mulai 14 Oktober dengan frekuensi empat kali dalam sepekan.

Anak perusahaan Airasia Group milik Tony Fernandes itu sedang mempersiapkan seluruh kru dan pesawat untuk segera melayani kembali penerbangan berjadwal serta memastikan keselamatan dan keamanan terbang.

“Kami tidak sabar untuk menyambut seluruh penumpang setia Airasia kembali di penerbangan kami,” ujar Direktur Utama Airasia Indonesia Veranita Yosephine, Rabu (29/9/2021).

Saat pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM Darurat Jawa dan Bali, Airasia memutuskan menghentikan sementara layanan penerbangan berjadwalnya mulai 6 Juli hingga 6 Agustus 2021. Penghentian operasi itu kemudian kembali diperpanjang hingga 30 September 2021.

Keputusan itu, tutur Veranita, demi mendukung upaya pemerintah Indonesia mengendalikan situasi Covid-19 yang masih fluktuatif.

Kendati menghentikan operasi penerbangan berjadwal, Airasia tetap melayani penerbangan reguler, carter, dan kargo, untuk repatriasi, dengan menerapkan protokol kesehatan dan keselamatan yang ketat.

Sementara itu, maskapai pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. ingin menambah frekuensi penerbangan ke Bali sejalan dengan rencana pembukaan pariwisata di Pulau Dewata mulai bulan depan. Namun, keinginan itu belum matang karena perusahaan masih berkonsentrasi menambah frekuensi penerbangan ke Papua untuk melayani peserta Pekan Olahraga Nasional (PON) XX hingga medio Oktober.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, sepanjang pengamatannya, okupansi penerbangan menuju Pulau Dewata cukup tinggi. 

“Makanya, kami mau menambah frekuensi,” katanya.

Emiten berkode saham GIAA itu mencatat, sebelum PPKM Darurat, jumlah penumpang Garuda berkisar 12.000 per hari. Jumlah itu anjlok menjadi sekitar 2.000 penumpang per hari selama PPKM Darurat. Meskipun demikian, angka itu cukup mengesankan dibandingkan dengan tahun lalu, saat jumlah penumpang Garuda mencapai titik terendah sekitar 700 penumpang per hari.

Di sisi lain, PT Transnusa Aviation tidak terburu-buru memulai kembali aktivitas penerbangan sejak berhenti beroperasi sementara mulai awal September 2020. Maskapai yang banyak melayani wilayah Indonesia timur itu baru akan beroperasi lagi pada Februari 2022.

“Kami sedang mempersiapkan sertifikasi AOC [air operator certificate],”kata Direktur Utama Transnusa Bayu Sutanto.

Uji coba pembukaan pariwisata Bali menurut rencana akan dilakukan Oktober dengan destinasi rujukan mencakup Ubud, Sanur, dan Nusa Dua. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengatakan kondisi Bali sudah cukup kondusif. Namun, protokol kesehatan dan penggunaan aplikasi Peduli Lindungi akan terus digalakkan. 

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan jadwal penerbangan reguler ke Bali oleh maskapai saat ini masih dapat dioptimalkan tanpa harus memberikan penerbangan tambahan atau extra flight.

TAK ADA PEMBICARAAN

Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati menuturkan rencana pembukaan kembali pariwisata Bali masih memerlukan dukungan dan keterlibatan lintas sektor agar pandemi Covid-19 tetap terkendali.

Kemenhub pada prinsipnya siap mendukung konektivitas pariwisata di semua moda transportasi, tetapi harus mempertimbangkan kenyataan tentang permintaan yang belum pulih saat ini.

“Mengenai penerbangan, kami akan melakukan kajian untuk tiap permintaan tambahan penerbangan atau extra flight. Jika flight reguler masih  bisa dioptimalkan, kami tidak begitu saja memberikan tambahan ekstra,” jelasnya.

Pemerintah, lanjutnya, saat ini masih fokus mencegah varian baru virus corona masuk ke Indonesia sehingga jumlah bandara yang melayani penerbangan internasional masih dibatasi, tidak termasuk Bandara Ngurah Rai Denpasar. Hingga kini, hanya Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng dan Bandara Sam Ratulangi Manado yang diizinkan melayani penerbangan internasional.

“Bagaimana perkembangan pembukaan bandara internasional secara bertahap ke depan, tentu harus lewat kajian mengenai situasi pandemi,” imbuh Adita.

Senada, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Novie Riyanto menyampaikan, hingga kini, di Kemenhub belum ada pembahasan secara detail tentang rencana pembukaan pariwisata di Bali. Kemenhub juga belum mendapatkan gambaran spesifik, baik soal kebutuhan penerbangan maupun persiapan bandara.

Padahal, Airasia Indonesia dan Kemenparekraf telah menandatangai nota kesepahaman untuk menjalin sinergi dan kolaborasi dalam rangka mengantisipasi pemulihan pariwisata nasional. Nota kesepahaman ini mencakup sejumlah poin kolaborasi, di antaranya peningkatan brand equity, pelaksanaan aktivitas promosi, serta pertukaran data dan informasi, untuk mendukung penyusunan dan pelaksanaan strategi pengembangan pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. 

Sebelum pandemi, Airasia Indonesia tercatat sebagai salah satu maskapai penyumbang utama penumpang internasional. Pada 2019, maskapai bertarif murah itu mengangkut sekitar 25% dari total kedatangan penumpang internasional di Indonesia, belum termasuk maskapai lainnya di dalam jaringan Airasia Group. 

Menanggapi rencana Airasia, pemerhati penerbangan Alvin Lie berpendapat pembukaan kembali rute menuju Bali dan Kuala Lumpur oleh maskapai berkode penerbangan QZ itu sebagai hal lumrah karena selama ini target pasar maskapai tersebut adalah pariwisata. 

Namun menurutnya, kebijakan membuka kembali pariwisata Bali belum tentu dapat meningkatkan jumlah penumpang Airasia. Alasannya, pendapatan perusahaan  dan karyawan selama masa pemulihan pandemi ikut berkurang. Belum lagi persyaratan perjalanan yang makin ketat, yakni wajib vaksinasi dan tes PCR bagi calon penumpang. 

“Statistik resmi pemerintah mencatat masyarakat yang sudah vaksinasi satu kali kisarannya 30%, sedangkan yang telah vaksin dua kali baru 20%. Berarti yang harus tes PCR untuk naik pesawat tinggal 30%,” ujarnya.

Alvin juga tak yakin penerbangan internasional akan kembali bergerak karena persyaratannya lebih ketat dengan mewajibkan karantina. Pada umumnya, orang masih menghindari penerbangan internasional ke negara yang ketat menerapkan karantina.

“Maskapai juga perlu mempersiapkan diri menghadapi pasar yang sempit, perilaku konsumen yang berhati-hati secara psikologis dan keuangan [yang terbatas] untuk belanja, bepergian, apalagi pariwisata,” imbuhnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Sri Mas Sari

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.