Mau Ekspor via E-commerce? Pemerintah Siapkan Aturan Mainnya

Kementerian Perdagangan memberi sinyal aturan teknis baru bisnis e-commerce yang menyangkut transaksi lintas batas akan disertarakan dengan sistem perdagangan konvensional. Lantas, sudahkah pemain dagang-el lokal tertarik untuk ekspansi ke pasar ekspor?

Iim Fathimah Timorria

3 Nov 2021 - 13.33
A-
A+
Mau Ekspor via E-commerce? Pemerintah Siapkan Aturan Mainnya

ilustrasi jual barang preloved lewat e-commerce/Freepik

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah memberi sinyal bahwa bisnis dagang-el bakal diatur selayaknya perdagangan konvensional di dalam aturan teknis baru terkait dengan perdagangan melalui sistem elektronik atau PMSE.

Terkait dengan hal itu, pelaku usaha yang telah mengadopsi platform digital pun diharapkan melihat perkembangan regulasi agar tak menghadapi kendala.

Rencana tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag I Gusti Ketut Astawa dalam forum bisnis di sela Trade Expo Indonesia-Digital Edition 2021, Rabu (3/11/2021).

“Untuk ekspor [melalui PMSE], pelaku usaha dapat memanfaatkan lokapasar yang sudah mempunyai izin cross border. Tidak lupa, dalam melakukan penetrasi pasar ekspor sebaiknya pelaku usaha memperhatikan regulasi dan persyaratan di negara tujuan ekspor,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan mengatakan otoritas perdagangan akan terus mendorong pemasaran produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia melalui platform digital.

"Posisi ekonomi digital di Indonesia cukup tinggi, tetapi per kapitanya masih di bawah Malaysia, Singapura, dan Thailand. Unikorn Indonesia juga [belum] merambah Asean," kata Oke.

Ilustrasi perlindungan data pribadi saat belanja di toko online atau e-commerce/Freepik

Kemendag mencatat peran ekonomi digital terhadap ekonomi Indonesia pada 2020 tercatat mencapai 4 persen. Kontribusi tersebut diharapkan meningkat menjadi 18 persen pada 2030.

Untuk itu, kata Oke, pemain dagang-el Indonesia harus menyiapkan perkembangan teknologi gelombang baru atau second wave ekonomi digital guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Misalnya, dengan memperkuat jaringan internet cepat 5G serta transmisi data melalui jaringan internet tanpa bantuan manusia atau perangkat komputer.

“Indonesia harus mempunyai sistem penyimpan data transaksi yang jauh lebih aman dan transparan. Kecerdasan buatan juga harus dapat diterapkan pada suatu sistem yang dapat diatur secara ilmiah. Selain itu, kita juga perlu memiliki metode penyampaian berbagai layanan melalui internet,” jelasnya.

Berdasarkan data J.P Morgan, pada 2020, nilai dagang-el Indonesia meningkat dengan cepat, dengan perkiraan pertumbuhan tahunan 2021 mencapai Rp337 triliun.

Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan China (11,2 persen) dan Amerika Serikat (10,5 persen).

Penjualan melalui dagang-el, lanjut Oke, memiliki berbagai macam potensi yang dapat terus dikembangkan.

Contohnya, memotong rantai distribusi yang membuat harga tinggi, menjadi sarana promosi dan berdagang bagi UKM dan pedagang, memberikan kemudahan transaksi bagi konsumen, serta menjadi solusi mengatasi dampak ekonomi di masa pandemi Covid-19.

FOKUS LOKAL

Ketua Umum Indonesian E-commerce Association (idEA) Bima Laga menilai kemampuan dan kesiapan pemain dagang-el sejatinya cukup untuk merambah pasar ekspor, tetapi penguatan pasar lokal dianggap jaiuh lebih penting.

"Seperti yang saat ini dilakukan idEA bersama seluruh member dan Kementerian Perdagangan lewat Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia," ujarnya saat dihubungi.

Menurut Bima, salah satu fokus industri dagang-el saat ini adalah terus mendorong industri dalam negeri, termasuk UMKM, untuk dapat meningkatkan kualitas dan kapasitas mereka sehingga dapat bersaing dengan pengusaha-pengusaha dari negara lain.

Bima mengatakan, dengan terlebih dahulu memperkuat pasar dalam negeri serta meningkatkan kualitas dan kapasitas, maka pemasaran produk lokal akan lebih menguasai.

Dengan demikian, pelaku usaha tidak perlu lagi khawatir jika ada produk negara lain masuk ke Indonesia.

Dengan tidak melakukan ekspansi ke luar negeri, Bima tak menampik industri dagang-el Indonesia memang akan terkesan terlambat dibandingkan dengan kompetitor dari negara tetangga.

Namun, hal itu bukan menjadi persoalan karena pasar digital dan konvensional Indonesia sangat besar.

Co-Founder & Managing Partner Ideosource Venture Capital dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani sepakat pemain dagang-el lokal dalam waktu dekat belum akan merambah ekspor dalam waktu dekat.

“Berbeda dengan Shopee [perusahaan dagang-el berbasis di Singapura] yang sejak awal memang didesain sebagai platform dagang-el bercakupan regional. Perusahaan dagang-el Indonesia tidak seperti itu. Mereka belum melihat pangsa pasar regional," ujarnya.

Menurut Edward, banyak aspek yang harus dipersiapkan jika perusahaan dagang-el Indonesia ingin memperluas pasar di luar negeri. Misalnya, membentuk pola organisasi yang bisa menjalankan bisnist di negara lain.

Kemudian, memahami  kultur, medan lapangan, serta masukan dari sisi pangsa pasar dan pelanggan di negara yang di sasar.

Bagi Edward, semua proses tersebut membutuhkan tim lokal yang sangat kuat. Untuk itu, diperlukan dana investasi yang tidak sedikit.

"Rencana ekspansi bisa juga dilihat dari perspektif pangsa pasar ekspor sebetulnya, yang notabene juga bisa membantu para produsen Indonesia," ungkapnya.

Pengguna Tokopedia bertransaksi melalui gawai di Jakarta, Senin (4/5/2020)./ANTARA FOTO-Puspa Perwitasari 

Dari sisi perusahaan dagang-el, PT Tokopedia memilih untuk tetap fokus merambah pasar lokal di tengah upaya Shopee sebagai salah satu pesaing utama yang agresif merambah pasar di luar negeri. 

External Communications Senior Lead Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya menyebut perusahaan masih fokus dengan pasar yang ada di Indonesia daripada ekspansi ke pasar luar negeri. Hal itu diklaim sebagai upaya Tokopedia dalam menggerakkan perekonomian dalam negeri.

"Hal ini ingin kami capai dengan terus memberikan dukungan untuk para pelaku usaha di Indonesia khususnya UMKM lokal agar dapat mengembangkan usahanya, walaupun di tengah pandemi," ujarnya. 

Perluasan pasar ke ke luar negeri menjadi kurang relevan bagi Tokopedia karena menurut sejumlah data pasar lokal masih sangat menjanjikan untuk dirambah. 

Terlebih, saat ini perusahaan tengah fokus menghubungkan wilayah-wilayah yang selama ini sulit terjangkau akses dagang-el. 

Menurut Ekhel upaya itu dapat dibuktikan melalui inisiatif Hyperlocal yang memungkinkan masyarakat dari seluruh penjuru Indonesia memiliki kesempatan sama dalam menemukan berbagai produk kebutuhan dengan mudah hingga menciptakan peluang usaha, termasuk di tengah pandemi.

Pilihan untuk tetap fokus di pasar lokal didukung sejumlah data yang menunjukkan trens positif dari para mitra.

Ekhel mengatakan, menurut riset yang dilakukan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) pada 2020, 7 dari 10 pelaku usaha di Tokopedia mengalami kenaikan volume penjualan dengan median sebesar 133 persen. 

Riset tersebut juga mengungkapkan tiga provinsi dengan peningkatan penjualan pelaku usaha tertinggi di Tokopedia, yaitu NTB (144,6 persen), Sulawesi Tengah (73,4 persen) dan Sulawesi Selatan (73,3 persen).

Sementara itu, tiga provinsi dengan peningkatan jumlah pelaku usaha tertinggi di Tokopedia selama pandemi adalah Bali (66,2 persen), Yogyakarta (42,2 persen) dan DKI Jakarta (28,3 persen). 

Alih-alih ekspansi ke luar negeri, ke depan pihak Tokopedia akan fokus mengedepankan kolaborasi dengan para mitra strategis di tingkat lokal demi membantu mendorong pemulihan ekonomi Indonesia yang saat ini terdampak pandemi.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut ekspansi perusahaan dagang-el Indonesia ke luar negeri merupakan sebuah langkah yang tepat untung memperbesar jangkauan pasar.

"Ekspansi ke India merupakan hal yang mudah bagi Shopee tentu saja. Saya harap sih Tokopedia, Bukalapak, dan perusahaan dagang-el lokal lainnya dapat melakukan hal yang serupa," ujarnya.

Menurut Huda, seharusnya perusahaan dagang-el lokal dapat bersaing dengan Shopee di pasar Asean. Hal itu karena cakupan pasar dan kemampuan pemain Indonesia telah terbukti mampu bersaing di pasar lokal walaupun dengan persaingan yang ketat.

Bagi Huda, ekspansi ecommerce lokal akan berdampak psositif bagi para mitra dan pelaku usaha di Indonesia. Para pelaku usaha di Indonesia diharapkan mampu menjual produknya ke luar negeri dengan adanya ekspansi pasar tersebut.

Huda tak memungkiri tidak mudah bagi pelaku dagang-el dan produsen barang dalam negeri untuk ekspansi ke luar negeri. Hal itu terkait dengan daya saing di pasar luar negeri.

Menurutnya, produsen lokal masih kalah bersaing dengan produk dari negara lain. Oleh karena itu, dagang-el lokal juga belum terlalu kuat.

"Masih ada masalah terkait SDM, proses ekspor oleh UMKM belum mudah karena membutuhkan eksportir. Ini yang jadi masalah juga. Tidak semudah mengirim barang ke daerah domestik," ungkapnya.

Bagaimanapun, lanjut Huda, produk lokal memiliki keunggulannya sendiri yaitu keunikannya, terutama barang kerajinan tangan dan makanan.

Menurutnya, Indonesia kaya akan kerajinan tangan dan kulinernya, dua hal tersebut merupakan sektor kreatif terbesar nasional, yang seharusnya bisa diandalkan untuk ekspor via perdagangan melalui sistem elektronik (PMSE). (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.