Medan Panas Kompetisi 3 Raksasa Operator Seluler RI hingga 2026

Dalam 5 tahun ke depan, industri telekomunikasi di Indonesia diproyeksi hanya akan didominasi oleh Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata. Lantas, seperti apa medan pertarungan ketiganya di tengah jorjoran investasi jaringan 5G hingga 2026?

Leo Dwi Jatmiko

19 Nov 2021 - 14.22
A-
A+
Medan Panas Kompetisi 3 Raksasa Operator Seluler RI hingga 2026

Sejumlah remaja menggunakan ponsel saat berkomunikasi di Medan, Sumatera Utara, Jumat (17/4/2020)./ANTARA FOTO-Septianda Perdana

Bisnis, JAKARTA — Industri telekomunikasi di Indonesia dalam 5 tahun ke depan diproyeksi hanya akan dihegemoni oleh dua jaringan saja, yaitu 4G dan 5G. Tiga raksasa operator seluler pun bakal bersaing makin sengit untuk mengembangkan berbagai layanan dari teknologi tersebut.

Direktur Eksekutif ICT institute Heru Sutadi mengatakan pada 2026, persaingan di industri telekomunikasi akan ramai dan fokus pada tiga pemain, yaitu PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Indosat Ooredoo Hutchinson Tbk. (Indosat) dan PT XL Axiata Tbk. (XL Axiata).

PT Smartfren Telecom Tbk. (Smartfren), di sisi lain, bakal berada dalam posisi terjepit dan mengharuskannya merger dengan salah satu pemain tiga besar tersebut. Bila tidak, kata Heru, perusahaan telco berkode saham FREN akan menghabiskan banyak uang hingga triliunan rupiah. 

“Pemain tiga besar ke depan akan  bersaing di tingkat jaringan 4G dan 5G, menawarkan layanan internet berkecepatan tinggi dengan bundling dengan beberapa aplikasi video streaming,” kata Heru, Jumat (19/11/2021).

Terkait dengan nasib jaringan 2G dan 3G, Heru berpendapat pada 2022 kedua jaringan tersebut akan makin agresif dipadamkan dan digantikan dengan 4G dan 5G. 

Khusus untuk 2G, dibutuh 1—2 tahun  lagi atau sekitar 2023—2024 sebelum benar-benar padam dari Indonesia.

Soal pemadaman 2G, menurut Heru, Indonesia terbilang terlambat. Beberapa negara sudah melakukan pemadaman sejak beberapa tahun lalu. 

“Regulator telekomunikasi negara lain sudah sejak beberapa tahun lalu men-shutdown 2G,” kata Heru. 

Sehubungan dengan persaingan layanan internet, Heru memprediksi operator akan memperluas pasar korporasi dengan mengeluarkan produk yang berkaitan dengan internet untuk segala atau internet of things (IoT). 

Dia menilai pendapatan dari layanan data sudah terlalu tajam dan jenuh. 

“Persaingan tajam sehingga harus ada strategi jualan produk dan layanan lain. Termasuk mengembangkan layanan  IoT, AI [artificial intelligence/kecerdasan buatan], big data analytic [analitik mahadata] yang lebih sering disebut Industri 4.0,” kata Heru. 

Sekadar informasi, dalam sembilan bulan pertama 2021, total pendapatan Indosat meningkat 12 persen year on year (YoY) menjadi Rp23 triliun. Pendapatan seluler naik 10,3 persen YoY menjadi Rp18,8 triliun.  

Emiten berkode saham ISAT juga mencatatkan pelanggan data 4G tumbuh menjadi 43 juta, meningkat 27 persen secara tahunan.

Pendapatan rerata per pengguna atau average revenue per user (ARPU) meningkat sebesar 7,9 persen YoY menjadi Rp34.200, terutama didorong oleh pertumbuhan  lalu lintas data, yang naik 39,2 persen YoY.

Sementara itu, XL Axiata mencatat total pendapatan sepanjang sembilan bulan 2021, senilai Rp19,8 triliun, dengan Rp18,3 triliun di antaranya merupakan pendapatan layanan. 

Pendapatan data EXCL terhadap pendapatan layanan (service revenue) meningkat menjadi sebesar 95 persen, dengan penetrasi smartphone mencapai 92 persen dari total pelanggan.

MENARA PEMANCAR

Di sisi lain, dalam 5 tahun ke depan, jaringan 5G diproyeksikan mendominasi bisnis menara pemancar atau base transceiver station (BTS) yang terdapat di Pulau Jawa atau kawasan padat lalu lintas data. 

Sebaliknya, jaringan 4G dalam 5 tahun ke depan bakal lebih banyak digunakan untuk menyalurkan internet di luar Jawa. 

Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Ian Yosef M. Edward berpendapat dalam 5 tahun ke depan ekosistem 5G di pulau Jawa sudah makin mantang. 

Lebar pita atau bandwidth 5G nasional diperkirakan sudah tersedia pada 2026. 

“Di Pulau Jawa dalam 5 tahun ke depan sudah digantikan 5G. Beberapa 4G dibangun mulai tahun depan untuk luar jawa, termasuk relokasi 4G dari Jawa dan perkotaan di Indonesia,” kata Ian. 

Teknologi 4G, kata Ian, akan sama seperti jaringan 3G saat ini yang tersebar di daerah-daerah Indonesia Timur, maupun di daerah terdepan, terluar dan tertinggal. 

Dia juga memperkirakan 5 tahun ke depan, Telkomsel masih menjadi pemimpin pasar untuk 5G, sementara ISAT dan EXCL menempati urutan kedua dan ketiga. 

Untuk mengoptimalkan 5G, sambungnya, beberapa operator seluler juga akan menjalin kerja sama baik infrastruktur aktif, maupun pasif. 

“Tantangannya adalah regulasi, seperti monitoring dan sanksi apabila tidak sesuai komitmen,” kata Ian.

Dari sisi korporasi, ISAT menegaskan program penggelaran 4G dan 5G akan menjadi fokus perseroan dalam 5 tahun ke depan. 

Melalui infrastruktur yang terbangun, perusahaan berharap dapat membantu pemerintah dalam mengakselerasi transformasi digital di Indonesia. 

Presiden Direktur dan CEO Indosat  Ahmad Al-Neama mengatakan untuk 5 Tahun ke depan perusahaan menjamin akan terus memberi kontribusi dalam perjalanan transformasi digital Indonesia. 

ISAT akan terus melakukan ekspansi  jaringan 4G, sejalan dengan upaya pemerintah dalam memeratakan jaringan 4G ke desa-desa yang belum mendapat akses 4G  pada 2022. 

Ahmad mengatakan hingga September 2021, Indosat telah menambah 124  BTS 4G di Sulawesi. Pembangunan di daerah-daerah baru akan terus digenjot, begitupun dengan penggelaran 5G. 

“Kami percaya ekspansi jaringan 4G dan penggelaran 5G akan membantu pemulihan perekonomian di Indonesia,” kata Ahmad. 

Pada akhir 2018, ISAT mengoperasikan 17.050 BTS 4G. Jumlah tersebut setengah dari total BTS 3G yang dioperasikan yaitu 35.453 BTS 3G. 

Setelah 11 kuartal strategi strategi turnaround dijalankan, merujuk laporan yang sama, jumlah BTS 4G yang dioperasikan Indosat pada kuartal III/2021 mencapai 70.109 BTS 4G, bertambah 53.059 BTS 4G atau naik 311 persen dibandingkan dengan akhir 2018. 

ISAT juga terus menggenjot pembangunan 5G dengan menambah site-site baru. Data internal perseroan menunjukkan pada Juli 2021 terjadi peningkatan pengguna 5G hingga 41 persen dibandingkan dengan Maret 2021.

Selain menggenjot penggelaran jaringan, kata Ahmad, ISAT juga akan terus memberikan produk yang sederhana, transparan dan relevan dengan masyarakat Indonesia. 

Kemudian perusahaan gabungan Indosat dan Tri indonesia, akan selalu memberikan manfaat bagi pelanggan, pemangku kepentingan dan Indonesia. 

“Gabungan keduanya akan melahirkan perusahaan kelas dunia yang dapat membantu Indonesia dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dalam transformasi digital,” kata Ahmad. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.