Membangun Asa Pasar Modal Indonesia Menuju Nomor Satu di Asean

Bursa Efek Indonesia mencatatkan sejumlah pencapaian besar sepanjang tahun ini, antara lain rights issue terbesar dari BRI, rekor baru nilai IPO dan rights issue, pertumbuhan pesat jumlah investor, hingga peningkatan aktivitas transaksi harian.

Lorenzo Anugrah Mahardhika, Pandu Gumilar & Dionisio Damara

29 Sep 2021 - 19.36
A-
A+
Membangun Asa Pasar Modal Indonesia Menuju Nomor Satu di Asean

Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA — Pertumbuhan pasar modal Indonesia yang positif perlu ditopang dengan kebijakan yang optimal. Kolaborasi antar pemangku kepentingan dan regulasi yang jelas diyakini dapat membawa bursa Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan pasar modal Indonesia harus terus dikembangkan untuk semakin terlibat dalam pertumbuhan ekonomi negara.

“Pasar modal kita ini sangat besar dan tidak banyak negara yang memiliki posisi seperti kita. Aset pasar kita adalah aset yang mahal dan tidak sekedar diperdagangkan banyak pihak,” jelasnya dalam Seremoni Right Issue BRI, Rabu (29/9).

Ia melanjutkan, Kementerian BUMN dengan Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan terus berkolaborasi untuk mendorong perkembangan pasar modal dalam negeri. Menurutnya, dengan kerja sama yang optimal, bursa Indonesia dapat menjadi pasar modal nomor 1 di wilayah Asia Tenggara.

Erick mengatakan, saat ini banyak bursa di luar negeri yang pertumbuhannya melambat. Bahkan, ada beberapa pasar modal yang mencatatkan pertumbuhan negatif.

“Dengan market yang besar dan kebijakan-kebijakan yang benar, dampak pertumbuhan ekonomi ini akan dirasakan di Indonesia sendiri, bukan di negara lain,” katanya.

Seiring dengan hal tersebut, ia mengatakan Kementerian BUMN akan mendorong banyak perusahaan-perusahaan pelat merah untuk melantai di bursa atau go public. Kebijakan ini merupakan salah satu bentuk transparansi dan profesionalisme perusahaan-perusahaan milik negara.

“Kemunculan BUMN di lantai bursa domestik diharapkan dapat menopang pertumbuhan pasar modal Indonesia,” pungkasnya.

Sementara itu, terkait suksesnya rights issue PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. atau BBRI, Erick mengatakan bahwa hal itu membuktikan bahwa Indonesia memiliki pasar yang sangat besar dan memiliki potensi luar biasa untuk berkembang di masa mendatang.

Rights issue tersebut berhasil mendulang dana hingga Rp95,9 triliun bagi BRI dan menjadikannya sebagai rights issue terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia. Rights issue itu juga menjadi yang terbesar di Asean serta nomor 3 di Asia, bahkan masuk dalam 7 besar dunia sejak 2009.

Di samping itu, rights issue BRI ini juga terjadi dalam rangka pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro. Melalui rights issue tersebut, PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PMN kini masuk dalam ekosistem BRI.

Adanya tambahan modal jumbo dari inbreng aset pemerintah pada Pegadaian dan PMN, serta suntikan modal investor publik saat rights issue menjadikan BRI kini memiliki modal yang lebih tinggi untuk mengembangkan ekosistem pembiayaan ultra mikro.

Seiring dengan itu, peluang bagi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia untuk tumbuh dan berkembang, serta suatu saat mengakses pasar modal pun menjadi makin terbuka.

Petugas melayani nasabah di Kantor Pusat Pegadaian, Jakarta, Senin (20/4/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan bahwa suksesnya right issue yang dilakukan BRI di tengah kondisi pandemi membuktikan tingginya kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi dan pasar modal Indonesia.

Dirinya pun berharap dana jumbo yang dikantongi dari hasil rights issue ini dapat benar-benar bermanfaat bagi pengembangan ekonomi UMKM ke depan.

"Semoga dana yang dihimpun bisa mengembangkan ultra mikro dan mengakselerasi ekonomi Indonesia secara keseluruhan," ungkapnya.

Menurutnya setelah aksi korporasi tersebut, kepercayaan investor terhadap pasar modal akan semakin bertambah. Selain itu juga ikut menarik investor untuk masuk.

“Antusiasme yang sangat tinggi dari para investor baik asing maupun lokal [saat rights issue BRI] merupakan bukti bahwa dunia luar masih percaya akan prospek ekonomi Indonesia saat ini dan di masa depan,” katanya menegaskan.

Hal senada diungkapkan pula oleh Edhi Pranasidhi, pengamat pasar modal sekaligus Founder Indonesia Superstocks Community. Dirinya meyakini suksesnya rights issue BRI bakal menarik minat lebih banyak investor asing untuk masuk ke pasar modal Indonesia.

Alasannya, suksesnya rights issue skala jumbo BRI memberikan sinyal tingginya minat investor global terhadap Indonesia, mengingat peserta rights issue BRI tidak saja berasal dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri.

“Investor yang melakukan subscribe saat rights issue BRI bukan hanya dari dalam negeri, tapi juga pialang asing. Sehingga ini menandakan iklim yang lebih positif di pasar modal Indonesia untuk menarik minat pemodal asing masuk,” tulis Edhi dalam siaran pers.

Edhi mengatakan bahwa koreksi kinerja pasar modal di Amerika Serikat awal pekan ini, tepatnya pada Selasa (28/9) lalu dapat menimbulkan potensi masuknya aliran dana asing ke pasar modal Indonesia, apalagi setelah kabar suksesnya rights issue BRI ini.

“Wall Street jatuh karena harga bonds 10 tahun turun, maka aset berisiko tinggi seperti saham jadinya tidak begitu menarik,” ujarnya.

Di sisi lain, lanjutnya, kenaikan yield bonds mengindikasikan investor menjual bonds untuk mengantisipasi berkurangnya likuiditas USD akibat the Fed yang berpotensi memulai tapering pada November 2021.

“Ke mana larinya hasil uang penjualan bonds di AS? Pasti para investor di AS nggak akan mau uangnya diam karena akan tergerus inflasi. Mereka akan mencari return yang lebih besar ke emerging market,” ujarnya.

Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan menambahkan saat ini investor institusi memiliki rencana aksi beli yang cukup besar. Bank BRI sebagai perbankan pelat merah dengan performa dan cukup baik dan pengelolaan risiko terjaga pun dipastikan masuk ke radar investor institusi tersebut.

"Sentimen saham Bank BUMN khususnya BBRI ke depan akan positif seiring dengan peningkatan aksi beli investor institusi di kuartal IV/2021,” katanya.

PERTUMBUHAN INVESTOR

Selain itu, besarnya potensi pasar modal Indonesia juga ditopang oleh pertumbuhan investor domestik yang sangat pesat tahun ini. Sepanjang periode pandemi, jumlah investor di pasar modal Indonesia bertambah 2,3 juta single investor identification (SID) menjadi 6,1 juta.

“Setelah dicek lebih dalam, [pertumbuhan] itu adalah kelompok milenial, Gen X dan Y,” ujar Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen, Tirta Segara.

Seiring dengan itu, aktivitas transaksi harian di BEI pun meningkat signifikan. Rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) saat ini berkisar pada Rp13 triliun, jauh lebih tinggi dari target awal BEI yakni hanya Rp8,5 triliun. Tahun depan, RNTH ditargetkan Rp13,5 triliun.

Tingginya jumlah investor ini berpotensi terus bertumbuh di masa mendatang dan makin meramaikan aktivitas transaksi di pasar modal. Seiring dengan itu, minat perusahaan untuk menjajaki peluang penggalangan dana di pasar modal pun akan turut meningkat.

Sepanjang tahun ini hingga 16 September 2021, tercatat sudah ada 38 emiten baru di BEI dengan nilai penggalangan dana sebesar Rp32,14 triliun. Ini adalah nilai initial public offering (IPO) tahunan terbesar dalam sejarah pasar modal Indonesia, padahal tahun ini belum berakhir.

Adapun, pencapaian terbesar sebelumnya adalah pada 2010, yakni Rp29,67 triliun dari 23 emiten baru. Mengingat masih ada satu kuartal tersisa tahun ini serta terdapat 26 perusahaan lagi dalam pipeline IPO bursa, sudah pasti rekor nilai IPO tahun ini bakal lebih tinggi lagi.

Sementara itu, dari sisi rights issue, total nilai emisi saham baru hingga 14 September 2021, termasuk hasil dari BRI, sudah mencapai Rp149,27 triliun. Inipun adalah capaian rights issue terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia.  

Padahal, masih ada 43 emiten lagi dalam pipeline BEI yang bakal melakukan rights issue pada sisa tahun ini, dengan estimasi target dana senilai Rp23,24 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.