Memetakan Pola Investasi BUMN ke Startup ala Merah Putih Fund

Melalui Merah Putih Fund, startup dengan valuasi di atas US$100 juta atau centaur yang memperoleh pendanaan bakal masuk ke ekosistem BUMN dan berpeluang lebih cepat untuk tumbuh menjadi unikorn.

Redaksi

6 Des 2021 - 14.49
A-
A+
Memetakan Pola Investasi BUMN ke Startup ala Merah Putih Fund

Ilustrasi pendanaan startup/freepik

Bisnis, JAKARTA — Ambisi pemerintah menjadikan Indonesia sebagai sarang unikorn melalui pembentukan Merah Putih Fund segera diejawantahkan medio bulan ini. Sebagai pemanasan, program modal ventura yang disokong 5 BUMN itu diproyeksi menyalurkan pendanaan ke 7 startup dalam setahun ke depan.

CEO PT Metra Digital Investama (MDI Ventures)—anak usaha Telkom Group— Donald Wihardja mengungkapkan bidikan tersebut bisa berkurang atau justru bertambah.

Menurutnya, Merah Putih Fund kemungkinan menangani dana kelolaan senilai ratusan juta dolar AS yang akan disalurkan ke perusahaan rintisan (startup) lokal berkualitas dengan rekam jejak yang baik.

(BACA JUGA: Pendanaan Startup Kuartal IV/2021 Kembali Dihegemoni Tekfin)

“Apakah kami mengejar kuantitas atau kualitas? Jawabannya kualitas. Kira-kira sekitar 7 startup [yang akan didanai Merah Putih Fund pada tahun pertama], tetapi kita lihat saja nanti,” kata Donald kepada Bisnis, akhir pekan lalu.

Dia mengelaborasi para pemangku kepentingan juga sedang mengkaji kemunkinan Merah Putih Fund untuk dikolaborasikan dengan perusahaan modal ventura swasta.

(BACA JUGA: Merah Putih Fund, Gimik Pemerintah demi Ambisi Jorjoran Unikorn?)

Dengan demikian, dia optimistis Merah Putih Fund bakal efektif membantu startup lokal naik kasta ke level unikorn dan terlibat lebih banyak di dalam ekosistem perusahaan pelat merah. Ujungnya, misi transformasi digital BUMN pun bisa direalisasikan lebih cepat.

“Kami bertemu dengan perusahaan BUMN, kemudian kami serap kebutuhan mereka [terhadap] perusahaan rintisan seperti apa. Lalu, kami cari [startup yang sesuai] dan setelah itu [dibentuk] perjanjian kerja sama,” tuturnya.

Ilustrasi startup lokal/Istimewa

Sekadar informasi, pembentukan Merah Putih Fund melibatkan perusahaan modal ventura milik 5 BUMN dan afiliasinya, yaitu PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.

Melalui Merah Putih Fund, startup dengan valuasi di atas US$100 juta atau centaur yang memperoleh pendanaan bakal masuk ke ekosistem BUMN dan berpeluang lebih cepat untuk tumbuh menjadi unikorn.

Startup dengan valuasi di atas US$100 juta mungkin ada sekitar 40 [entitas]. Itu semua akan kami kenalkan dengan BUMN. Kami sudah kenal luar-dalam puluhan startup itu,” kata Donald.

Sementara itu, Ketua Umum Indonesian Digital Empowering Community (Idiec) M. Tesar Sandikapura berpendapat Merah Putih Fund perlu mengerucutkan pendanaan pada sektor tertentu, agar modal yang dimiliki dapat disalurkan dengan jumlah besar dan tepat sasaran. 

Dalam konteks tersebut, dia menilai tantangan terberat pendanaan startup via Merah Putih Fund nantinya adalah menentukan skala prioritas pendanaan. 

Meskipun Merah Putih Fund memiliki modal yang besar, pendanaan tetap harus mengerucut pada satu atau dua sektor saja agar dana yang diberikan maksimal. 

Dengan mengakomodasi kebutuhan banyak perusahaan BUMN, porsi pendanaan justru akan makin kecil dan tidak fokus. 

“Merah Putih Fund harus jelas mau buat startup unikorn seperti apa? Harus jelas tujuannya apa,” kata Tesar. 

Dia juga berpendapat seharusnya pendanaan sejalan dengan rencana nasional dalam membangun ekosistem digital.

Jika pemerintah berencana membangun sektor finansial, Merah Putih Fund diharapkan berperan sebagai eksekutor dengan menyalurkan pendanaan ke sektor yang menjadi tujuan. 

Cara lainnya, kata Tesar, Merah Putih Fund membaca peluang pertumbuhan digital di sektor tertentu, yang kemudian menjadi masukan bagi BUMN di sektor tersebut untuk bertransformasi digital.

“Misalnya potensi logistik untuk tumbuh besar, Merah Putih Fund mendorong PT Pos Indoensia untuk bertransformasi ke digital dan bekerja sama dengan perusahaan yang didanai,” kata Tesar. 

KERJA SAMA

Dari perspektif pemodal ventura swasta, Co-Founder & Managing Partner Ideosource Gayo Capital sekaligus Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut iktikad kerja sama antara Merah Putih Fund dan pelaku swasta belum terlihat.

Meski demikian, dia berpandangan peluang kolaborasi cukup terbuka. “Bisa saja berpotensi kerja sama sesuai dengan fokus bidang investasinya masing-masing.”

Edward menuturkan beberapa perusahaan modal ventura swasta lokal fokus pada bidang tertentu seperti logistik, teknologi, pertanian, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan tersebut berpotensi digandeng untuk memperkaya ekosistem Merah Putih Fund.

“Itu semua masih dalam pembahasan. Jadi ekosistem startup dan portofolio akan lebih banyak mendapat benefit karena lebih banyak komunitas investor yang membantu, baik swasta maupun BUMN,” kata Edward.

Sementara itu, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang berpendapat program Merah Putih Fund akan menguntungkan semua lini dalam ekosistem startup nasional.

“[Program ini] justru akan menyehatkan persaingan di industri modal ventura, yang selama ini lebih didominasi pemain swasta,” tuturnya.

Merah Putih Fund, lanjutnya, akan memicu perusahaan modal ventura swasta lebih giat dan inovatif untuk dapat berkompetisi melawan entitas BUMN, begitu juga sebaliknya.

Menurutnya, perusahaan modal ventura swasta selama ini lebih unggul lantaran target utamanya adalah keuntungan investasi dalam jangka panjang. Selain itu, mereka cenderung lebih berani mengambil risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemodal ventura BUMN.

Sebaliknya, perusahaan modal ventura milik BUMN lebih terikat dengan regulasi-regulasi tertentu, seperti UU No. 19/2003 tentang BUMN. Mereka juga dituntut untuk mendapatkan keuntungan dalam waktu yang lebih pendek.

Dianta tidak sepakat jika program Merah Putih Fund dianggap sebagai gimik semata. Penyebabnya, keuntungan paling banyak dengan adanya program tersebut justru berada di tangan para startup.

“[Hal yang] penting dilakukan saat ini adalah pengawalan program. BUMN juga harus memastikan agar program berjalan dan bisa bersaing dan mewarnai kompetisi dengan modak ventura non-BUMN,” ucapnya.

Eksosistem startup dan para investor, sebutnya, juga akan memiliki nilai tawar yang lebih tinggi karena jumlah dan variasi calon investor meningkat.

Setala, peneliti ekonomi digital Universitas Indonesia Panca Hadi Putra juga menilai program Merah Putih Fund secara umum akan menambah ketersediaan dana investasi di pasar.

“Namun, untuk jangka pendek, dampaknya terhadap perusahaan modal ventura non-BUMN tidak akan signifikan,” ujarnya. (Leo Dwi Jatmiko/Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.