Memompa Pasokan Obat Terapi Covid-19

Demi memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19 yang melonjak, pemerintah dan industri farmasi berupaya keras memompa pasokan. Ketersediaan obat itu diyakini segera stabil.

Fatkhul Maskur
22 Jul 2021 - 14.05
A-
A+
Memompa Pasokan Obat Terapi Covid-19

Ivermectin, salah satu dari beberapa obat yang mendukung penanganan terapi Covid-19. /ANTARA

Bisnis, JAKARTA — Demi memenuhi kebutuhan obat terapi Covid-19 yang melonjak, pemerintah dan industri farmasi berupaya keras memompa pasokan. Ketersediaan obat itu diyakini segera stabil.

Gabungan Pengusaha Farmasi Indonesia (GPFI) menyatakan industri farmasi nasional telah meningkatkan kapasitas produksi beberapa obat terapi Covid-19. Hal tersebut merupakan respons terhadap lonjakan permintaan akibat meningkatnya jumlah kasus Covid-19 di dalam negeri.

Sekretaris Jenderal GPFI Andreas Bayu Aji mengatakan peningkatan permintaan obat terapi Covid-19 naik hampir lima kali lipat sejak awal Juni 2021. Alhasil, obat terapi Covid-19 seolah hilang dari pasaran selama beberapa waktu.

“Memang supply-nya tidak siap. GPFI sudah 1—2 minggu terakhir berupaya meningkatkan kapasitas produksi. Beberapa pabrik sudah sampai 3 shift [produksi 24 jam],” katanya di Jakarta, Rabu (21/7/2021).

Selain itu, pihaknya sudah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mengamankan jalur logistik bahan baku obat di titik pemeriksaan bea dan cukai. Hal ini penting lantaran 90 persen bahan baku obat masih bergantung pada impor.

Sejauh ini, Kementerian Kesehatan sudah menghubungi titik pemeriksaan Bea dan Cukai di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Dengan demikian, arus bahan baku farmasi nasional akan lebih lancar.

Di samping menggenjot kapasitas produksi, pengamanan pasokan juga dilakukan melalui impor produk jadi. Bahkan, Kementerian Kesehatan telah meminta beberapa prinsipal obat untuk menambah stok obatnya di Indonesia.

“Kami akan berupaya dalam 2—3 pekan ini kesediaan obat [terapi Covid-19] akan stabil,” ucapnya.

BERBURU OBAT

Meski obat-obat yang ada pabriknya di dalam negeri dinilai relatif masih terkontrol suplainya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berupaya memburu obat Covid-19 yang diproduksi sejumlah negara, yaitu China, India, Pakistan, hingga Swiss.

Pertama, obat Remdesivir diimpor dari India Pakistan dan China. Sejauh ini, Kemenlu RI sudah membuka akses ke India supaya obat yang mirip dengan Remdesivir itu bisa masuk ke Indonesia. Sebanyak 50.000 obat dari India akhir dibolehkan masuk setiap pekan.

Kedua, Acremta produksi Roche di Swiss. Ini obat yang jarang juga. Secara global sangat sulit mendapatkan obat ini. Menkes mengaku sudah bicara dengan CEO Roche dan memang diakui ada global supply yang ketat.

Ketiga, obat alternatif yang mirip dengan Actemra dari Amerika Serikat.  Kebetulan Amerika Serikat pada saat gelombang pertama dan kedua memiliki stok obat cukup banyak.

Keempat, obat Gamaras. Ini adalah merek dagang dari dari kategori obat yang dikenal dengan grup IVIG. Gamaras diproduksi di China. Indonesia juga membutuhkan cukup banyak obat Gamaras. Saat ini, Kemenkes sudah mendatangkan 30.000 vial.

Kebutuhan obat meningkat seiring dengan peningkatan kasus positif Covid-19. Selain vaksinasi, pemerintah membagikan 300.000 paket bantuan obat dengan sasaran warga Jawa dan Bali, mulai Kamis (15/7/2021).

Distribusi akan berlanjut ke tahap kedua berupa 300.000 paket obat dengan sasaran distribusi di luar Pulau Jawa. Distribusi obat gratis merupakan bagian dari upaya pemerintah melakukan satu komponen penting dari strategi 3T, yakni treatment atau penanganan.

Berdasarkan informasi dari Kementerian Kesehatan pada akun resmi Instagram @kemenkes_ri, tersedia 2 jenis paket obat yang disediakan secara gratis. 

Kedua paket yang disediakan tersebut ditujukan untuk dua kondisi pasien Covid-19 yang berbeda selama melakukan isoman, yakni kategori orang tanpa gejala (OTG) dan kategori bergejala ringan. 

Paket A (OTG) 

Paket A ditujukan bagi para pasien positif Covid-19 yang tidak memiliki gejala. Dalam paket tersebut berisi beberapa macam Multivitamin, diantaranya: 

- Vitamin C Dosis 1x1, jumlah 10
- Vitamin D Dosis 1x1, jumlah 10
- Vitamin E Dosis 1x1, jumlah 10
- Zinc Dosis 1x1, jumlah 10 

Paket B (Ringan) 

Paket B ditujukan bagi para pasien positif Covid-19 yang memiliki gejala ringan. Dalam paket tersebut berisi beberapa macam Multivitamin dan Obat-obatan, diantaranya: 

- Vitamin C Dosis 1x1, jumlah 10
- Vitamin D Dosis 1x1, jumlah 10
- Vitamin E Dosis 1x1, jumlah 10
- Zinc Dosis 1x1, jumlah 10 
- Azitromisin 500mg Dosis 1x1, jumlah 5 
- Oseltamivir 75mg Dosis 2x1, jumlah 14 
- Parasetamol tab 500mg Dosis: Jika perlu, jumlah 10

OBAT REKOMENDASI BPOM

Sejauh ini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah memberi izin penggunaan darurat (EUA) bagi 8 obat yang mendukung penanganan terapi Covid-19. 

Hal tersebut tercantum dalam salinan Surat Edaran Nomor: PW.01.10.3.34.07.21.07 TAHUN 2021 Tentang Pelaksanaan Distribusi Obat Dengan Persetujuan Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization).

Beberapa obat yang mendukung penanganan terapi Covid-19 yaitu Remdesivir, Favipiravir, Oseltamivir, Immunoglobulin, Ivermectin, Tocilizumab, Azithromycin, dan Dexametason (tunggal)

Sementara itu, pemerintah juga telah menaikkan anggaran kesehatan, mulai dari insentif untuk tenaga kesehatan (nakes) sampai obat untuk pasien untuk isolasi mandiri (isoman).

“Kita meningkatkan alokasinya Rp25,87 triliun dengan total Rp65,9 triliun," kata Menkeu Sri Mulyani Indrawati. Untuk biaya obat, pemerintah menganggarkan tambahan Rp400 miliar dari alokasi awal Rp770 miliar menjadi Rp1,17 triliun.

Tentu saja, peningkatan anggaran ini juga menjadi energi tambahan untuk memompa pasokan dengan mengatasi kelangkaan obat terapi Covid-19.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.