Bisnis, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) berpotensi besar menjadi tulang punggung transisi energi Indonesia, sejalan dengan masih sangat banyaknya penggunaan energi fosil terutama batu bara untuk energi primer pembangkit listrik di Tanah Air.
Dengan persentase penggunaan batu bara sebagai energi primer pembangkit yang mencapai 45%, PLN memegang peranan sangat strategis untuk bisa mendorong transisi energi baru terbarukan (EBT) menuju nol emisi karbon (net zero emission/NZE).
Berkaca pada rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) PLN 2021—2030, sebanyak 20,9 gigawatt (GW) atau 52% dari rencana pengembangan pembangkit listrik perseroan yang mencapai 40,6 GW, berasal dari EBT.
Tak hanya itu, PLN juga tengah menyusun perencanaan baru yang akan berlaku sampai dengan 2040. PLN setidaknya mengincar penambahan porsi pembangkit listrik EBT mencapai 80 GW, dengan komposisi 60 GW berbasis EBT dan 20 GW berbasis gas.