Bisnis, JAKARTA — Pelaku pasar perlu bersiap untuk mengantisipasi terjadinya koreksi di pasar saham dan surat utang jelang pertemuan the Fed, yang kemungkinan besar bakal secara agresif kembali menaikkan suku bunga acuannya lantaran lonjakan inflasi yang sangat tinggi pada bulan lalu.
Kekhawatiran terhadap potensi tekanan di pasar modal dalam negeri kembali meningkat terutama setelah Amerika Serikat merilis data inflasi mereka yang mencapai 8,6 persen pada Mei 2022 lalu. Tingkat inflasi tersebut merupakan level tertinggi sejak Desember 1981.
Dengan kata lain, ini adalah rekor inflasi dalam 40 tahun terakhir. Rekor sebelumnya terjadi pada Maret 2022 lalu di level 8,5 persen. Bulan sebelumnya, atau April 2022, inflasi AS ini sempat turun ke 8,3 persen, tetapi rupanya tren penurunan tidak berlanjut.
Tingginya tingkat inflasi pada Maret 2022 lalu telah mendorong the Fed untuk menaikkan suku bunga secara agresif hingga 50 bps sekaligus dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) awal Mei 2022 lalu. Itu adalah tingkat kenaikan tertinggi sejak tahun 2000.