Menakar Potensi Saham ISAT Menuju Rp8.000

Harga saham PT Indosat Tbk. (ISAT) berpotensi tembus Rp8.000 usai membukukan kinerja kuartal III/2021 yang ciamik.

Pandu Gumilar, Annisa Kurniasari Saumi & Rinaldi Mohammad Azka

7 Nov 2021 - 19.01
A-
A+
Menakar Potensi Saham ISAT Menuju Rp8.000

Karyawan melayani pelanggan di gerai Indosat Ooredoo, Jakarta, Rabu (16/9/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA —Peluang bagi saham PT Indosat Tbk. untuk meningkat lebih tinggi, bahkan ke level Rp8.000 dari posisi saat ini yang di kisaran Rp7.000, masih cukup terbuka. Kinerja keuangannya yang positif hingga 9 bulan tahun ini serta prospek positif tahun depan menjadi faktor pendukungnya.

Analis Henan Putihrai Steven Gunawan menyematkan status hold atau tahan kepada saham emiten berkode ISAT ini dengan target harga mencapai Rp8.000 per saham. Adapun, pada akhir pekan lalu, Jumat (5/11), saham ISAT ditutup di level Rp7.000. Artinya, ada potensi upside sebesar 14%.

Menurutnya, walaupun ISAT membukukan laba setelah pajak (PAT) Rp5,8 triliun pada kuartal III/2021, ISAT sebenarnya masih mengalami rugi bersih Rp367 miliar apabila laba setelah pajak dinormalisasi dengan mengecualikan transaksi jual beli menara.

Sebagaimana diketahui, ISAT mampu membukukan keuntungan bersih Rp6,2 triliun dari transaksi jual dan sewa-balik menara telekomunikasinya sejumlah 4.247 unit kepada PT EPID Menara AssetCo.

“Oleh karena itu, kami mempertahankan ISAT dengan peringkat hold dengan merevisi target naik menjadi Rp8.000 dari sebelumnya Rp6.550 karena kami memfaktorkan ekspektasi kinerjanya pada tahun depan sebagai basis valuasi kami,” katanya dalam riset yang dikutip Minggu (7/11).

Steven mengatakan bahwa target harga tersebut mengimplikasikan 3,6/3,3 kali dari EV/EBITDA 2021/2022. Adapun ISAT saat ini diperdagangkan pada 3,4/3,1 kali dari EV/EBITDA 2021/2022.

Selain itu, dia mengekspektasikan kinerja 2022 dan 2023 dapat bertumbuh lebih lanjut, seiring dengan selesainya proses merger dan sinerginya dengan Hutchison 3 Indonesia (H3I).

Menurutnya, laba operasional pada 2022 dan 2023 dapat bertumbuh sebesar 39,3%  dan 87,9% menjadi Rp5,3 triliun dan Rp9,9 triliun seiring dengan total pendapatan konsolidasi yang kami perkirakan menjadi Rp35,4 triliun serta Rp46,6 triliun.

“Total pendapatan segmen seluler kami perkirakan  menjadi Rp30,9 triliun dan Rp41,7 triliun dan pendapatan segmen data-seluler menjadi Rp29,6 triliun dan Rp40,2 triliun pada 2022 dan 2023,” ungkapnya.

Sementara itu, laba bersih diprediksikan berpotensi mencapai Rp1,3 triliun dan Rp3,8 triliun.

Adapun pada kuartaI III/2021, ISAT mencatatkan pendapatan sebesar Rp23,05 triliun dengan laba bersih senilai Rp5,80 triliun.

Manajemen ISAT menyatakan kinerja yang kuat berasal dari segmen selular dan segmen enterprise. Total pendapatan menjadi naik sebesar 12% year-on-year (YoY) menjadi sebesar Rp23,05 triliun.

EBITDA ISAT ikut meningkat menjadi sebesar Rp10,38 triliun atau naik sebesar 22,7% yang merupakan kombinasi dari pertumbuhan top line dan optimalisasi biaya yang terukur.

Hal itu termasuk optimalisasi dalam kontrak-kontrak pemeliharaan jaringan dan kampanye pemasaran yang lebih efisien. EBITDA margin mencapai 45,1% pada kuartal III/2021. Laba bersih tercatat sebesar Rp5,8 triliun.

Selain itu, pelanggan Indosat Ooredoo meningkat sebesar 3,2% menjadi 62,3 juta pelanggan pada kuartal III/ 2021 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Manajemen ISAT menyatakan hasil bagus itu berkat eksekusi yang konsisten dalam strategi penawaran yang sederhana, relevan, dan transparansi produk serta investasi pintar pada jaringan.

Adapun, average revenue per user (ARPU) meningkat menjadi Rp34,2 ribu dari sebelumnya sebesar Rp31,7 ribu pada kuartal III/2020. Peningkatan pengalaman jaringan secara menyeluruh serta perbaikan portfolio produk, telah menghasilkan pertumbuhan trafik data sebesar 39,2% YoY.

Sebelumnya, pada 16 September 2021, Ooredoo Group Ooredoo Group dan CK Hutchison mengumumkan penandatanganan perjanjianperjanjian transaksi definitif untuk pengajuan penggabungan bisnis telekomunikasi masing-masing di Indonesia, yaitu Indosat dan H3I. Perusahaan gabungan akan bernama PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk.

Penggabungan Indosat Ooredoo dan H3I akan menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan sebuah perusahaan telekomunikasi digital dan internet yang lebih besar dan lebih kuat secara komersial, serta dapat memberikan nilai tambah kepada seluruh pemegang saham, pelanggan, dan masyarakat Indonesia.

Manajemen ISAT mengaku perusahaan gabungan akan memiliki skala, kemampuan keuangan, dan keahlian untuk bersaing dengan lebih efektif.

Penggabungan aset dan produk dari Indosat Ooredoo dan H3I yang saling melengkapi akan mendorong inovasi dan pengembangan jaringan yang akan memungkinkan perusahaan memberikan layanan digital terbaik dan memperluas tawaran produknya bagi pelanggan di berbagai pelosok Indonesia.

Director & Chief Operating Officer ISAT Vikram Sinha mengungkapkan merger yang sudah disepakati induk usaha Ooredoo dan Hutchinson ini akan berdampak positif bagi industri dan pelanggan dengan membawa nilai yang luar biasa dan pengalaman digital yang tinggi.

Dia menyebut pendapatan tahunan dari entitas hasil merger akan mencapai US$3 miliar dengan nilai perusahaan mencapai US$6 miliar.

"Pada September 2021 saya sudah mengatakan merger tengah ada pada proses persetujuan yang tengah dikerjakan secara seksama dengan semua pihak, termasuk regulator," urainya dalam paparan publik akhir Oktober 2021 lalu.

Kedua belah pihak tengah menyelesaikan seluruh persyaratan untuk merampungkan proses merger tersebut. Merger akan dilakukan melalui emisi saham baru ISAT untuk pemegang saham Hutchison 3 Indonesia.

Hasilnya, pemerintah Indonesia akan tetap memegang 9,6% saham, PT Tiga Telekomunikasi Indonesia memegang 10,8%, dan pemegang saham publik berkisar 14%.

MENCARI PARTNER

Sementara itu, dalam perkembang lain, ISAT menyampaikan tengah mencari partner strategis dalam bidang layanan data center milik perseroan.

Corporate Secretary Indosat Billy Nikolas Simanjuntak dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan, pihaknya berharap partner strategis ini dapat memperkuat layanan data center yang diberikan perseroan ke pelanggannya.

"Hal ini diharapkan ke depannya akan meningkatkan kepuasan pelanggan perseroan," kata Billy, Kamis (4/11) pekan lalu.

Namun, perseroan menegaskan bahwa kini belum memiliki informasi lebih lanjut terkait dengan rencana kerja sama ini.

Sebagai informasi, seperti yang dilansir dari Bloomberg, ISAT dikabarkan tengah mempertimbangkan untuk melego bisnisnya di sektor tersebut.

Bloomberg melaporkan, ISAT dikabarkan akan melepas 75% sahamnya di bisnis data center kepada penawar yang berbasis di Hong Kong, yakni Big Data Exchange (BDx). Nilai saham tersebut diperkirakan mencapai US$200-250 juta. Indosat juga disebut berencana mempertahankan saham minoritas di bisnis data center.

Sebelumnya, Bloomberg juga menyebut perusahaan telekomunikasi ini berusaha untuk menjual aset yang bukan bagian dari bisnis inti mereka, seperti menara nirkabel dan pangkalan data.

Saat ini, Indosat memiliki tiga titik data center yang berada di Jakarta Pusat seluas 700 meter persegi di Techno Park Tangerang 2.200 meter persegi, dan di Jatiluhur 2.200 meter persegi.

Sebelumnya, ISAT juga sudah menjual 4.247 menara. Indosat Ooredoo saat ini memiliki 62,3 juta pelanggan dan mengoperasikan 70.109 BTS 4G yang mencakup hampir 90% total populasi penduduk di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.