Menanggalkan Strategi Bakar Duit di Bisnis OTA

Selama ini startup OTA sangat tergantung kepada strategi bakar uang untuk menciptakan banyak promo dan diskon bagi pelanggan. Akibatnya, pelanggan tertarik karena adanya promo dan diskon, bukan solusi dan kemudahan layanan yang ditawarkan.

Redaksi

17 Des 2021 - 18.10
A-
A+
Menanggalkan Strategi Bakar Duit di Bisnis OTA

Aplikasi Pegipegi/istimewa

Bisnis, JAKARTA — Pelaku industri rintisan di bidang agen perjalanan daring dituntut untuk segera lepas dari strategi ‘bakar uang’ guna menambah daya tarik di mata investor pada 2022.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut perusahaan rintisan (startup) online travel agent (OTA) telah terbukti cukup mampu bertahan selama pandemi dan perlahan pulih pada 2021.

"Peningkatan transaksi terjadi karena lalu lintas udara yang mulai pulih dan penanganan pandemi yang baik," ujarnya,  baru-baru ini.

Menurutnya, tren positif tersebut harus dimanfaatkan startup OTA untuk menggalang dana dari investor pada tahun depan.

Edward mengatakan startup OTA tidak boleh hanya menargetkan pulih seperti sebelum pandemi, tetapi juga harus mampu lepas dari strategi bakar uang.

Selama ini, lanjutnya, startup OTA sangat tergantung kepada strategi bakar uang untuk menciptakan banyak promo dan diskon bagi pelanggan. Akibatnya, pelanggan tertarik karena adanya promo dan diskon, bukan solusi dan kemudahan layanan yang ditawarkan.

"Dengan kondisi pasar global yang terkoreksi pada akhir tahun, sudah tidak seharusnya strategi bakar uang dilakukan karena banyak investor lokal dan global lebih memperhatikan kondisi fundamental dan rasio keuangan yang sehat," ucapnya.

Menurut Edward, ketergantungan transaksi dari promo memang sulit dihindari, tetapi masih banyak strategi lain yang dapat diterapkan. Misalnya, dengan menguatkan kolaborasi dengan berbagai entitas dan sektor.

Dengan itu, pelanggan dapat memperoleh berbagai layanan dalam satu paket perjalanan wisata yang terjangkau.

Edward menyebut saat ini tren melantai di bursa sedang naik karena itu para investor lebih tertarik pada strategi bisnis yang mengutamakan keuntungan.

HAMBATAN

Di sisi lain, pelaku OTA menilai keberadaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 2021 turut menghambat mereka dalam mencapai target tahun depan.

Senior Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza menyebut perusahaannya optimistis momen liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) akan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia untuk liburan dan akan meningkatkan transaksi Pegipegi. 

"Selain itu, pada saat Nataru nanti, syarat PCR juga sudah tidak diperlukan jika ingin traveling, ditambah PPKM Level 3 [di tingkat nasional] juga dibatalkan," ujarnya.

Atas dasar itu, Pegipegi menargetkan adanya peningkatan yang signifikan terhadap permintaan pemesanan transportasi maupun akomodasi pada momen tersebut. 

Permintaan yang tinggi tersebut, kata Busyra, akan didukung dengan hadirkan promo. Dengan itu, Pegipegi menargetkan bisa mencapai recovery rate yang tinggi di atas 70 persen.

Terkait dengan capaian selama 2021, Busyra menngatakan secara pertumbuhan bisnis Pegipegi makin mampu menghasilkan keuntungan karena strategi pemasaran yang diklaim lebih efektif.

Busyra juga mengatakan Pegipegi pada 2021 berusaha mencapai recovery rate yang tinggi atau setara dengan 2019 atau sebelum adanya pandemi. 

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut pertumbuhan positif transaksi OTA pada tahun ini merupakan dampak dari rendahnya transaksi pada 2020 sebagai baseline

"Sama seperti pertumbuhan ekonomi pada umumnya. Terdengar positif tinggi hingga 7 persen, tetapi itu dari angka baseline 2020 rendah sekali," ujarnya.

Menurut Huda, target dan capaian startup OTA pada 2021 sedikit terselamatkan karena pembatalan PPKM Level 3 saat Nataru.

Namun, menurut Huda, saat angka positif Covid-19 kembali meningkat, startup OTA akan kembali kesulitan mengejar target transaksi tahunan. OTA juga masih dilihat sebagai sektor yang sangat tergantung pada kebijakan pemerintah terutama semenjak Covid-19 merebak.

Para investor saat ini masih berusaha menunggu respons OTA terhadap peningkatan penularan Covid-19 yang diprediksi terjadi pada awal tahun. Jika para startup tersebut mampu bertahan dengan strategi tertentu, investor tidak akan ragu kucurkan dana untuk jangka panjang.

Terkait dengan strategi bakar uang, menurut Huda,  perlu waktu lama bagi startup OTA untuk lepas dari ketergantungan terhadap promo dan diskon. Sayangnya, strategi tersebut juga memberatkan karena biaya operasional yang tinggi. 

Adapun, selama pandemi, startup OTA dituntut untuk lebih hemat dalam menggunakan dana untuk promo dan diskon. Namun, jika tanpa promo dan diskon jarang pelanggan yang bersedia. (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.