Bisnis, JAKARTA – Hingga saat ini, Indonesia masih dihantui persoalan produtivitas beras dan ketahanan pangan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) sempat melontarkan janji melakukan swasembada beras saat menjabat di periode pertamanya tahun 2014 – 2019. Kala itu, telah menargetkan Indonesia bisa swasembada pangan khususnya untuk 3 jenis produk pertanian meliputi padi, jagung, dan kedelai (pajale) dalam 3 tahun.
Dari ketiga makanan pokok tersebut, swasembada beras dinilai jadi yang paling mudah, sementara kedelai adalah yang tersulit dari sisi besarnya ketergantungan impor. Namun hingga menjelang berakhirnya periode keduanya, swasembada ketiga komoditas tersebut masih jauh panggang dari api. Untuk mendukung tercapainya swasembada pangan, Jokowi menargetkan pembangunan 61 bendungan hingga 2024 untuk memaksimalkan penyediaan irigasi lahan pertanian.
Berdasarkan data BPS, sepanjang 2022, luas panen padi mencapai sekitar 10,45 juta hektare atau mengalami kenaikan sebanyak 0,39 persen dibandingkan tahun 2021. Sementara itu, produksi padi di tahun 2022 mencapai sebesar 54,75 juta ton Gabah Kering Giling (GKG). Jika dikonversikan menjadi beras, produksi beras tahun 2022 mencapai sekitar 31,54 juta ton, atau naik sebesar 0,59 persen dibandingkan dengan produksi beras tahun 2021.
Merujuk data BPS, produksi pada sembilan bulan pertama tahun ini diproyeksikan 25,64 juta ton GKG (gabah kering giling). Pada periode yang sama konsumsi beras nasional diproyeksikan meningkat, yakni mencapai 22,89 juta ton. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan konsumsi beras selama sembilan bulan pertama 2022 yang mencapai 22,62 juta ton. Sepanjang 2022, konsumsi beras di Indonesia sebanyak 30,2 juta ton. Jumlah itu meningkat 0,5 persen dibandingkan pada tahun lalu yang sebanyak 30,04 juta ton.