Menangkap Momentum Krisis Energi di Inggris

Posisi Indonesia sebagai negara yang cukup netral, tentunya bisa menjadi alternatif pemasok gas ke Eropa, kendati masih cukup menantang. Harga gas yang cukup mahal karena biaya produksi di dalam negeri yang sudah termasuk cukup tinggi, menjadi salah satu tantangan Indonesia untuk bisa memasok gas ke

Muhammad Ridwan

1 Okt 2021 - 23.59
A-
A+
Menangkap Momentum Krisis Energi di Inggris

Petugas memeriksa jaringan pipa gas alam cair saat proses penyaluran ke kapal LNG Aquarius di kilang PT Donggi Senoro LNG (DSLNG) Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah, Sabtu (22/10). Kilang LNG Donggi Senoro dengan nilai investasi US$2,8 miliar tersebut telah berhasil memasuki tahap operasional sejak Juni 2015 dan menjadi proyek pertama di Indonesia yang menggunakan skema bisnis hilir dengan memisahkan produksi gas di hulu dan pengolahan LNG di hilir. JIBI/Bisnis/Dwi Prasetya

Bisnis, JAKARTA — Indonesia dinilai berpeluang menjadi pemasok gas untuk Inggris di tengah terganggunya pasokan gas dari Rusia dan Amerika Serikat. Krisis energi yang terjadi di negara itu dapat menjadi peluang pasar baru bagi komoditas gas dari Tanah Air.

Direktur Eksekutif Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan tensi antara Eropa, Amerika Serikat, dan Rusia ditenggarai sebagai salah satu penyebab krisis di Inggris.

Posisi Indonesia sebagai negara yang cukup netral, tentunya bisa menjadi alternatif pemasok gas ke Eropa, kendati masih cukup menantang. Harga gas yang cukup mahal karena biaya produksi di dalam negeri yang sudah termasuk cukup tinggi, menjadi salah satu tantangan Indonesia untuk bisa memasok gas ke Inggris.

"Sering kali dalam berbisnis, kita sebagai buyer selalu mencari alternatif, untuk menghindari kejadian seperti saat ini walaupun dengan harga yang lebih mahal. Sehingga masih bisa menjadi peluang menurut saya," katanya kepada Bisnis, Jumat (1/10/2021).

Dikutip dari TheGuardian pada Jumat (1/10/2021), krisis energi di Inggris disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya karena bangkitnya aktivitas di China pascaCovid-19.

Mulai pulihnya kegiatan ekonomi China dari pandemi telah menggerakkan harga komoditas energi di pasar global bersamaan dengan peningkatan permintaan dari negara-negara di Asia dan Eropa yang mengalami musim dingin.

Harga gas di Inggris telah mencapai lebih dari empat kali lipat dari tahun lalu ke level tertinggi. Pada bulan lalu saja, harga gas di Inggris telah naik 70%.

Pakar pasar di S&P Global Platts mengatakan awal tahun ini permintaan gas China kemungkinan akan meningkat menjadi 360 miliar meter kubik (Bcm), naik 8,4% dari perkiraan 332 Bcm pada 2020.

Untuk memenuhi rekor permintaan gasnya, impor gas China melalui kapal tanker diperkirakan melonjak hampir seperlima yang menyebabkan lebih sedikit pengiriman ke Eropa dari negara-negara seperti Qatar.

Menyusul kondisi tersebut, pengiriman gas telah beralih dari Eropa ke China, sementara aliran pipa gas ke Eropa dari Rusia gagal menutupi kekurangan tersebut.

Perusahaan gas Rusia, Gazprom, bahkan menolak untuk meningkatkan ekspornya ke Eropa meskipun harga mencapai rekor tertinggi di seluruh benua. Hal tersebut telah menyebabkan harga gas di Inggris kian meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti*

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.