Menanti Taji Strategi TINS Keluar dari Jerat Kerugian

PT Timah Tbk. akan meningkatkan kontribusi tambang melalui laut pada tahun ini sebagai salah satu upaya untuk memulihkan kinerja keuangan perseroan setelah mencetak rugi bersih selama dua tahun berturut-turut.

Lorenzo Anugrah Mahardhika

14 Okt 2021 - 21.15
A-
A+
Menanti Taji Strategi TINS Keluar dari Jerat Kerugian

Suasana fasilitas pengolahan timah milik PT Timah Tbk. (TINS) di Mentok, Bangka, Indonesia, Selasa (19/11/2013)./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis, JAKARTA — Pulau Belitung memang tenar dengan Negeri Laskar Pelangi. Kemunculan novel karya Andrea Hirata pada 2005 lalu menjadi salah satu titik penting yang membawa Belitung ke panggung nasional.

Adaptasi film dari novel tersebut yang rilis pada 2008 silam juga mengenalkan masyarakat Indonesia tentang keindahan pada pulau tersebut. Pantai Tanjung Tinggi yang menjadi salah satu lokasi pengambilan gambar untuk film tersebut kini menjadi salah satu objek wisata yang terkenal baik bagi warga Indonesia mupun wisatawan mancanegara.

Namun, Pulau Belitung juga masih menyimpan banyak tempat-tempat wisata tersembunyi. Pada sebuah sudut di Pulau Belitung, tepatnya di Desa Selinsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung terdapat sebuah danau sedalam sekitar 20 meter. Danau tersebut merupakan rumah bagi sebuah dermaga dan tempat penangkaran ikan di sisi lainnya.

Di tengah hamparan rerumputan hijau yang menyejukkan mata, pepohonan yang rindang juga menghiasi beberapa sudut fasilitas tersebut. Sementara itu, pada sejumlah sisi lainnya terlihat pohon-pohon muda yang mulai bertumbuh dan nantinya dapat menjadi tempat yang tepat untuk berlindung dari matahari ataupun hujan.

Tidak jauh dari rindangnya pepohonan itu juga terlihat perkebunan yang terdiri dari beberapa buah-buahan seperti buah naga dan durian. Pada sudut lain di lahan tersebut, lenguhan sapi dari peternakan yang juga berada di tanah tersebut dapat terdengar.

Melihat asri dan hijaunya tanah seluas 17,7 hektare tersebut, tidak banyak yang menyangka bahwa lahan tersebut merupakan bekas tambang. PT Timah Tbk (TINS) sempat mengoperasikan tambang pada salah satu titik di lokasi tersebut yang kini telah menjadi Kampung Reklamasi Selinsing.

"Dulu ini bekas tambang, hamparan pasir putih dan tidak ada kehidupan. Sekarang, berkat kerja sama BUMDes dan PT Timah lahan ini punya potensi jadi tempat wisata," Kata Kepala Desa Selinsing Haryanto saat ditemui.

Salah satu fasilitas di Kampong Reklamasi Selinsing yang dikelola PT Timah Tbk merupakan dermaga pada danau buatan. Fasilitas tersebut berdiri diatas bekas tambang milik perusahaan yang beroperasi pada 2010 -2013 lalu./Istimewa

Direktur Operasi dan Produksi TINS Agung Pratama mengatakan proyek seluas 17,7 hektare ini berdiri di atas eks tambang timah milik perusahaan yang beroperasi pada periode 2010 – 2013 lalu.

Ia menjelaskan, pada tahun 2013 -2016 lahan ini dikelola bersama dengan Pemerintah Daerah Belitung Timur. Namun, karena pengelolaan tersebut dinilai kurang baik, PT Timah memutuskan untuk berkolaborasi dengan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kampong Reklamasi Selinsing.

Agung mengatakan, pihaknya sebenarnya memiliki rencana untuk melakukan komersialisasi kepada 2 Kampung Reklamasi yang sudah ada, di Selinsing dan Air Jangkang yang berada di Pangkal Pinang. Namun, hal ini harus ditunda untuk sementara karena pandemi virus corona yang masih terjadi.

“Sejauh ini masuk ke Kampung Reklamasi belum dipungut biaya. Memang pada tahun lalu kami sudah ada rencana (komersialisasi), tetapi harus ditahan dulu,” katanya.

Ia melanjutkan, dalam kegiatan penambangan yang dilakukan, TINS menerapkan kaidah Good Mining Practice, yaiktu melaksanakan kegiatan pasca tambang. Salah satu upaya langkah tersebut merupakan melakukan reklamasi darat dan laut.

“Kami selalu berupaya mendukung dan menerapkan regulasi yang sudah ditetapkan pemerintah, sehingga dapat berkontribusi terhadap penerimaan negara,” jelasnya.

Meningkatkan kontribusi terhadap penerimaan negara juga menjadi salah satu alasan TINS mengembangkan eksplorasi tambang laut.

Direktur Keuangan Timah Wibisono belum lama ini mengatakan perseroan akan meningkatkan kontribusi tambang melalui laut pada tahun ini sebagai salah satu upaya untuk memulihkan kinerja keuangan perseroan setelah mencetak rugi bersih selama dua tahun berturut-turut.

Menurutnya, tambang laut dinilai lebih dapat dikontrol dan tidak memiliki penambang ilegal dibandingkan dengan tambang darat sehingga mengurangi ketidakpastian ketersediaan pasokan bijih timah bagi perseroan.

“Kami harapkan tambang laut dapat menambah kontribusinya menjadi 40% pada 2021, dibandingkan dengan tambang darat sekitar 60%,” ujar Wibisono.

Pada 2020 lalu, tambang laut menyumbang penerimaan perusahaan sebesar 28,65% sedangkan tambang darat 71,35%.

Di tengah rencana ekspansi tersebut, TINS juga menikmati “rejeki” lainnya berupa lonjakan harga timah. Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (14/10), harga timah pada London Metal Exchange (LME) sempat mencatat rekor tertinggi sepanjang masa di level US$36.830 per metrik ton.

Hal ini berarti menandakan harga timah telah melesat sekitar 90% pada tahun ini. Prestasi ini melampaui logam dasar lainnya seperti tembaga dan aluminium di pasar LME.

Terkait hal tersebut, Direktur Utama TINS Mochtar Riza Pahlevi Tabrani optimistis sentimen tersebut  akan berimbas positif bagi kinerja keuangan kuartal III/2021 dan kuartal IV/2021.

"Alhamdulillah kinerja membaik. Mudah-mudahan tahun ini bisa terus berkelanjutan," kata Riza di TINS Gallery, Pangkal Pinang, pekan ini

Riza belum dapat mengungkapkan pertumbuhan kinerja maupun laba TINS pada kuartal III/2021. Meski demikian, ia menuturkan, kenaikan harga timah tidak hanya berimbas positif bagi perusahaan.

Ia menjelaskan,penguatan harga timah juga akan meningkatkan kontribusi TINS kepada kas negara. Hal ini seiring dengan posisi TINS sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga tergabung pada Holding Industri Pertambangan Indonesia atau Mind ID.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan, Frankie Wijoyo Prasetio menjelaskan, pada semester I/2021 TINS mencatatkan penurunan pendapatan jika dibandingkan dengan kinerjanya pada periode yang sama tahun lalu. Di sisi lain, TINS mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang gemilang.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih TINS mencatat kenaikan 169% ke Rp270 miliar dari tahun sebelumnya masih minus Rp390 miliar. Salah satu sentimen utama tren ini menurut Frankie adalah kenaikan harga timah dunia seiring dengan pasokan yang terkendala.

“Hal ini yang membuat gross margin TINS di semester I naik menjadi 19% imana pada periode yang sama tahun lalu hanya sekitar 3%,” jelasnya saat dihubungi pada Kamis (14/10).

Frankie melanjutkan, sentimen kenaikan harga timah masih akan berperan dalam menopang kinerja TINS di sisa tahun ini. Untuk mendulang pendapatan khususnya laba bersih yang optimal, Frankie mengatakan TINS juga perlu untuk menggenjot produksi timahnya.

Sementara itu, rencana eksplorasi pertambangan timah lepas pantai juga dinilai akan berdampak positif bagi kinerja TINS. Ia mengatakan, nantinya TINS menargetkan produksi timah lepas pantai sebesar 70% dari total produksi.

“Terlebih lagi cadangan timah TINS lebih banyak berada di lepas pantai (offshore). Keuntungan lain dari pertambangan lepas pantai adalah tidak terlalu terganggu dengan cuaca khususnya hujan yang umum menjadi kendala pertambangan di darat,” jelas Frankie.

REKOMENDASI

Adapun, untuk rekomendasinya Frankie menyematkan rating beli (buy) untuk TINS. Menurutnya, dari segi harga, valuasi TINS masih cukup menarik mengingat dunia masih mengalami krisis komoditas. Hal tersebut mengakibatkan harga-harga komoditas dunia, termasuk timah, naik sepanjang tahun 2021.

“Kami proyeksikan harga TINS hingga akhir tahun dapat menyentuh level Rp2.000,” katanya.

Senada, Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas menyebutkan, pertumbuhan laba TINS pada paruh pertama tahun ini ditopang oleh peningkatan harga jual rata-rata atau average seliing price  (ASP) timah sebesar 69%.

Ia menjelaskan, tren ini juga diikuti efesiensi beban pokok penjualan yang dilakukan TINS. Hal tersebut membuat beban pokok terhadap penjualan perusahaan turun menjadi 81% dari 97%.

“TINS juga berhasil menekan beban keuangan sehingga labanya berhasil tumbuh,” jelas Sukarno.

Ke depannya, Sukarno meyakini kinerja TINS dapat tetap terjaga hingga akhir tahun. Hal ini seiring dengan langkah efisiensi biaya yang ditempuh perusahaan akan memaksimalkan penjualan dari sentimen kenaikan harga timah yang tengah terjadi.

Ia memaparkan, sejauh ini harga timah sudah menguat sekitar 16% dari penutupan semester I/2021.

Selain itu, Sukarno mengatakan rencana eksplorasi tambang laut perusahaan juga tepat dilakukan saat ini seiring dengan tren harga yang terus menguat.

“Meski penjualannya masih akan turun, tetapi dengan efisiensi biaya dan ekspansi pada tambang lautnya, kinerja TINS saya perkirakan akan meningkat sampai akhir tahun,” jelasnya.

Sementara, dari sisi valuasi saham Sukarno mengatakan harga TINS sudah cenderung menguat dalam jangka pendek. Prospek bisnis dan kinerja yang positif hingga akhir tahun membuat Sukarno merekomendasikan investor untuk membeli TINS dengan target harga Rp1.925.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Emanuel Berkah Caesario

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.