Bisnis, JAKARTA – Kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi salah satu pilihan utama respnden dalam membeli rumah primer. Adapun berdasarkan Survei Harga Properti Residensial (SHPR) pada kuartal II tahun 2023, jenis pembiayaan yang menjadi pilihan utama responden dalam melakukan pembelian rumah primer adalah KPR dengan pangsa sebesar 76,02 persen dari total pembiayaan, diikuti oleh tunai bertahap sebesar 17,25 persen, dan secara tunai sebesar 6,73 persen.
Pada kuartal II tahun 2023, pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA secara tahunan tercatat sebesar 10,54 persen (Year-on-Year/YoY) meningkat dari 7,25 persen (YoY) pada kuartal sebelumnya. Secara kuartal, penyaluran KPR dan KPA juga meningkat sebesar 2,44 persen (Quarter-to-Quarter/QtQ), lebih tinggi dibandingkan kuartal I tahun 2023 yang tumbuh 1,68 persen (QtQ). Sementara itu, pencairan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) pada kuartal II tahun 2023 tercatat sebesar Rp5,964 triliun, atau menurun sebesar 0,27 persen (YoY).
Namun demikian, masih banyak konsumen yang sulit mendapatkan pembiayaan KPR. Hal ini karena tidak lolos dalam BI checking. Terkait kredit macet tersebut, belum diketahui apakah berasal dari perbankan resmi, pinjaman online, atau paylater.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi Otoritas Jasa Keuangan menyampaikan bahwa buy now pay later (BNPL) sudah terhubung dengan sistem layanan informasi keuangan (SLIK). Jika terdapat tunggakan, maka akan mempengaruhi credit score masyarakat.