Mendongkrak Daya Ungkit Lifting Migas yang Kian Melemah

Sepanjang 2021, menjadi capaian lifting migas terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tertundanya sejumlah proyek hulu migas pada tahun lalu berdampak terhadap capaian lifting yang kembali turun, apalagi tidak ada sumber cadangan baru yang signifikan.

Muhammad Ridwan

17 Jan 2022 - 19.30
A-
A+
Mendongkrak Daya Ungkit Lifting Migas yang Kian Melemah

Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Regional Sumatera Zona 4 mengecek saluran pipa minyak yang menuju tangki pengumpul produksi minyak (tank farm) di stasiun pengumpulan Prabumuih Barat, Prabumulih, Sumatera Selatan, Sabtu (1/1/2022). Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi produksi minyak nasional hingga 29 Desember 2021 hanya mencapai 648.000 barrel oil per day (bopd) sedangkan target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar 703.000 bopd. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi

Bisnis, JAKARTA — Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi yang dalam 5 tahun terakhir terus mengalami penurunan. Perlu adanya strategi yang lebih jitu agar daya ungkit lifting migas yang kian melemah kembali bertenaga.

Sepanjang 2021, menjadi capaian lifting migas terendah dalam beberapa tahun terakhir. Tertundanya sejumlah proyek hulu migas pada tahun lalu berdampak terhadap capaian lifting yang kembali turun, apalagi tidak ada sumber cadangan baru yang signifikan.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi lifting migas pada 2021 tercatat sebesar 1.642 juta barel setara minyak per hari (boepd) atau hanya mencapai 96% dari target yang ditetapkan dalam APBN 2021 sebesar 1.712 boepd.

Realisasi itu terdiri atas lifting minyak sebesar 660.000 barel per hari (bopd) atau 93,7% dari target 705.000 bopd dan lifting gas 5.501 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd) atau 97,6% dari target 5.638 MMscfd.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan sepanjang tahun lalu produksi migas masih mengalami sejumlah tekanan yang disebabkan oleh sejumlah faktor, antaranya adalah pandemi Covid-19 dan keterlambatan penyelesaian proyek.

“Ada beberapa proyek yang terpaksa mundur. Tangguh dan JTB [Jambaran Tiung Biru] yang membuat terganggunya capaian tersebut dan kemudian dampak dari pandemi pada 2020, serta hal yang lain,” ujarnya dalam paparan yang digelar pada Senin (17/1/2022).

Kendati demikian, SKK Migas menyatakan capaian realisasi lifting migas 2021 masih sejalan dengan target peningkatan produksi minyak 1 juta bph dan 12 miliar standar kaki kubik per hari.

Menurut Dwi, dalam program jangka panjang atau long term plan (LTP) untuk mencapai target peningkatan produksi tersebut, pada tahun lalu seharusnya level produksi minyak berada pada level 676.000 bopd, sedangkan realisasinya berada pada level 660.000 bopd.

Sementara itu, dari sisi gas bumi telah melampaui target produksi jangka panjang yakni 5.309 MMscfd, sedangkan realisasinya adalah 5.501 MMscfd.

Adapun, target lifting minyak dalam LTP untuk tahun ini ditargetkan mencapai 683.000 bopd dan lifting gas bumi sebesar 5.503 MMscfd.

“Kelihatan dari gambaran ini apakah posisi sekarang masih on the track dari program 1 juta barel per hari, kita masih di situ. Di gas kita masih lebih baik karena targetnya 5.300 tapi realisasi 2021 adalah 5.500,” ujarnya.

Sementara itu, Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan pada awal 2021 tingkat lifting yang ada telah mengalami penurunan sekitar 20.000 bph karena adanya tekanan sepanjang 2020 yang menyebabkan keterlambatan dalam eksekusi kegiatan.

Di samping itu, Julius mengungkapkan pada tahun lalu juga terjadi kegagalan operasional atau unplanned shutdown yang cukup besar sehingga mempengaruhi capaian produksi. “Di Tangguh dan di ConocoPhillips Grissik, meski keduanya gas tapi mempengaruhi ke produksi kondensat,” ungkapnya.

Julius menambahkan, faktor lain yang turut mempengaruhi capaian lifting tahun lalu adalah karena kegiatan operasional yang tidak mencapai target seperti kegiatan pengeboran sumur pengembangan yang hanya mencapai 480 sumur atau 80% dari target tahun lalu sebanyak 616 sumur.

Selain itu, terlambatnya pengoperasian proyek hulu migas yang seharusnya ditargetkan selesai pada tahun lalu menjadi faktor penekan capaian lifting migas 2021.

“Ada beberapa proyek delay yang produksi minyak cukup besar, misalnya di Bukit Tua fase B. Ini terjadi karena outbreak Covid-19 itu mempengaruhi,” jelasnya.

EMPAT STRATEGI

Deputi Perencanaan SKK Migas Benny Lubiantara menjelaskan untuk mencapai target produksi minyak 1 juta bph dan 12 miliar standar kaki kubik per hari, pihaknya telah menyiapkan empat strategi.

Strategi pertama, SKK Migas telah memasukkan potensi dari lapangan migas nonkonvensional yang sebelumnya tidak masuk dalam LTP karena belum adanya aturan yang lebih jelas.

Kedua, dengan mengoptimalkan akses existing melalui program pengeboran sumur pada tahun ini yang ditargetkan mencapai sekitar 790 sumur.

Strategi ketiga, yakni melalui transformasi sumber daya menjadi produksi dengan target tahun ini mencapai 219%.

Terakhir, melalui pemanfaatan enhanced oil recovery yang akan menjadi salah satu kontributor peningkatan produksi lapangan-lapangan existing.

“Kalau kita lihat dari volume kontribusi terbesar dari chemical EOR yang ada di Rokan. Tantangannya adalah di keekonomian, salah satunya harga chemical itu sendiri. Jadi untuk bisa dieksekusi secara ekonomis, juga perlu harga minyak moderat, juga perlu harga chemical yang kompetitif,” ungkapnya.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif tidak menampik bahwa tren lifting Indonesia terus mengalami penurunan, mengingat mayoritas lapangan migas di dalam negeri telah berumur tua.

Lifting migas tren menurun karena tidak ada sumber-sumber baru. Adanya sumbe-sumber lama dan diupayakan juga butuh biaya besar,” katanya, Rabu (12/1/2022).

Kendati demikian, imbuhnya, pemerintah tengah memperbaiki sejumlah aturan fiskal untuk bisa lebih menarik bagi investor mihas baru maupun existing.

Dia menjelaskan bahwa pemerintah akan lebih flesibel agar memberikan kesempatan bagi para kontraktor untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada sebelum mengelola sumber-sumber yang baru.

Kemudian, pemerintah juga akan memberikan fleksibilitas kontrak migas, perbaikan syarat dan ketentuan kontrak pada lelang blok migas baru dan existing, perbaikan pengelolaan dan akses data hulu migas, serta penyederhanaan perizinan untuk upaya meningkatkan investasi migas.



Pekerja PT Pertamina Hulu Rokan melakukan perawatan sumur di Rig ATS 2517 di Duri Steam Flood (DSF) Field Duri, Blok Rokan, Bengkalis, Riau, Rabu (22/12/2021). PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) sebagai bagian dari Subholding Upstream Pertamina menargetkan produksi minyak Blok Rokan meningkat dari 160.000 barel per hari (bph) di tahun 2021 menjadi 300.000 barel per hari (bph) pada tahun 2025. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi



Untuk tahun ini, target lifting minyak bumi sebanyak 703.000 bopd, sedikit lebih rendah dari target tahun lalu. Sementara itu, target lifting gas ditetapkan sebanyak 1,03 juta boepd.

Direktur  Eksekutif  Asosiasi   Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe  Rizal mengatakan  pihaknya berharap agar investasi pada tahun ini bisa lebih mudah guna meningkatkan produksi.

Namun, untuk investasi ke lapangan-lapangan baru maupun kegiatan eksplorasi dinilai masih cukup sulit dilakukan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.