Mendorong Ekonomi Hijau Dengan Konservasi Keanekaragaman Hayati

Upaya mempercepat ekonomi hijau di Indonesia bisa diwujudkan dengan cara memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan agar ekonomi lebih inklusif dan memeratakan kesejahteraan.

Yanita Petriella
19 Sep 2023 - 17.51
A-
A+
Mendorong Ekonomi Hijau Dengan Konservasi Keanekaragaman Hayati

Ilustrasi energi hijau. /istimewa

Bisnis, JAKARTA – Upaya mempercepat ekonomi hijau di Indonesia bisa diwujudkan dengan cara memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan agar ekonomi lebih inklusif dan memeratakan kesejahteraan.

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) Nani Hendiarti menuturkan  pohon merupakan solusi alami untuk menghilangkan karbon dioksida atau CO2 dari udara dan penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Dia mencontohkan kemitraan pemerintah dan swasta seperti dilakukan Kemenko Marves telah menandatangani nota kesepahaman dengan AstraZenca untuk menjalankan program AZ Forest dengan komitmen menanam 20 juta pohon di kawasan DAS Citarum.

Menurutnya, program ini memiliki dampak positif terhadap ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal dan pakar ekologi untuk melakukan reboisasi dalam skala besar dan mendukung keanekaragaman hayati dan mempertahankan mata pencaharian petani.

“Dengan adanya pohon, diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dan udara di DAS Citarum yang sebelumnya telah tercemar akibat emisi pabrik dan sampah yang menghambat jalur sungai. Pulihnya DAS Citarum akan menjadi kabar gembira dan poin positif sebagai keberhasilan Indonesia di mata dunia,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (19/9/2023).

Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia Se Whan Chon menambahkan sejak kemitraan dimulai tahun 2020, program AZ Forest telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 20.000 keluarga petani dan berhasil menanam 4 juta pohon hidup di 21.000 lahan pertanian untuk reboisasi dan keanekaragaman hayati.

Baca Juga: Komitmen Industri Kesehatan Transformasi Menuju Nol Emisi Karbon



Perusahaannya berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasi dan armadanya dengan sebesar 98 persen pada 2026 (dari data dasar tahun 2015) dan mengurangi separuh jejak rantai nilai di tahun 2030 (dari data dasar tahun 2019).

“Untuk mencapai nol bersih (net zero emission) berbasis ilmu pengetahuan pada tahun 2045, kami akan mengurangi emisi absolut GRK Lingkup tiga, yakni sebesar 90 persen dari tahun dasar, tahun 2019 dan menghilangkan emisi sisa atau tidak lebih dari 10 persen dari jejak GRK tahun 2019,” katanya.

Untuk mengurang emisi karbon, AstraZeneca memindahkan lokasi perkantoran di gedung yang telah ramah lingkungan atau green building. Selain itu juga menetapkan metode kerja hybrid untuk mengurangi polusi udara. Secara bertahap, AstraZeneca juga akan melakukan transisi ke armada kendaraan listrik persen melalui penggunaan sekitar 600 sepeda motor listrik produksi lokal dalam 2 tahun mendatang.

Sementara itu, Country Director Tony Blair Institute for Global Change Shuhaela Haqim memuji pemerintah Indonesia yang mengintegrasikan aspek keberlanjutan, termasuk dampak penilaian lingkungan hidup ke dalam proyek infrastruktur besar. 

“Terdapat keputusan dalam proyek-proyek yang berkontribusi untuk melindungi lingkungan. Ini berdampak ekonomi secara positif. Misalnya, kawasan hutan bakau yang berhasil terlindungi setelah jalur tol Bali Mandara diubah. Keputusan ini berperan penting untuk mengurangi dampak lingkungan pascapembangunan tol Bali,” tuturnya. 

 

Editor: Yanita Petriella

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar