Menepis Keraguan di Ujung Masa Diskon PPnBM Mobil 100%

Insentif diskon PPnBM dinilai efektif menggairahkan pasar mobil nasional. Pemberlakukan PPKM Darurat sedikit memberi tekanan, namun penjualan otomotif masih di atas 60.000 unit per bulan.

Fatkhul Maskur
20 Agt 2021 - 17.18
A-
A+
Menepis Keraguan di Ujung Masa Diskon PPnBM Mobil 100%

Pabrik Mobil Toyota. - Toyota

Bisnis, JAKARTA — Insentif diskon PPnBM dinilai efektif menggairahkan pasar mobil nasional. Pemberlakukan PPKM Darurat sedikit memberi tekanan, namun penjualan otomotif masih di atas 60.000 unit per bulan.

Kebijakan diskon pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor diterapkan mulai 1 Maret. Insentif diskon 100% diberikan pada periode pertama 3 bulan atau hingga Juni 2021. Pada tahap kedua Juni-Agustus 2021, diskon tarif 50%, dan tahap ketiga September-Desember 2021 berlaku diskon 25%.

Dalam perkembangannya, periode diskon PPnBM 100% diperpanjang hingga Agustus atau pada periode kedua. Adapun pada periode ketiga, diskon tarif PPnBM ditetapkan tidak berubah, yakni 25%.

Tidak semua mobil mendapatkan insentif ini. Insentif ini diberikan hanya kepada kendaraan roda empat atau mobil yang memiliki kriteria, yaitu kapasitas mesin di bawah 1.500 cc dengan kandungan lokal di atas 70 persen.

Dengan kata lain, kendaraan yang mendapat insentif dan diskon PPnBM itu diproduksi di Indonesia dan memiliki material dan suku cadang buatan industri dalam negeri. Insentif pembebasan dan diskon PPnBM berlaku untuk mobil berpenggerak 4x2, termasuk sedan.

Berdasarkan kriteria itu, ada 23 model yang mendapatkan insentif. 

 

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil telah menunjukkan peningkatan sejak sebulan sebelum insentif diberlakukan. Berbarengan dengan pembelakukan diskon PPnBM, kenaikan penjualan mobil berlanjut pada Maret dan April 2021. 

Akan tetapi, penjualan pada Mei menunjukkan penurunan, sebelum menunjukkan sedikit kenaikan pada Juni 2021. 

Pada Juli 2021, berbarengan diterapkannya PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat Jawa Bali, penjualan mobil mengalami melambat, meski angkanya masih di atas 60.000 unit.

 

Direktur Institute for Strategics Inisiative (ISI) Luky Djani mengatakan relaksasi PPnBM bisa meningkatkan volume penjualan mobil, penyerapan tenaga kerja lebih tinggi, peningkatan pendapatan rumah tangga dan pendapatan negara dan membantu percepatan pemulihan ekonomi nasional.

“Kebijakan ini telah menjadi game changer di tengah pandemi yang dihadapi Indonesia saat ini. Dengan multiplier effect yang tinggi maka sebaiknya kebijakan ini diperpanjang,” ujarnya dalam webinar bertajuk Evaluasi Dampak Program Relaksasi PPnBM DTP Kendaraan Bermotor, Kamis (19/8/2021).

Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Yohannes Nangoi mengatakan akan meminta pada pemerintah agar insentif pajak penjualan atas barang mewah atau PPnBM 100% dapat berlanjut hingga akhir tahun ini.

“Mungkin kami akan memberanikan diri menulis surat ke pemerintah agar PPnBM ini bisa diperpanjang sampai dengan akhir tahun,” ujar Nangoi pada acara yang sama.

Permintaan perpanjangan itu juga dikaitkan dengan target penjualan sepanjang tahun ini yang dikhawatirkan tidak tercapai. 

Gaikindo sepanjang tahun ini menargetkan total penjualan mencapai 750.000 unit, atau tumbuh sekitar 30 persen secara tahunan. Hingga Juli 2021, penjualan ritel sektor otomotif telah mencapai 451.872 unit. Artinya, industri perlu menjual 298 unit kendaraan selama bulan Agustus sampai dengan Desember.

“Jika kita bicara soal tahun 2021, harapan kami untuk mencapai penjualan 750.000 unit pun masih berat,” ujarnya.

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto, mengatakan bahwa jika PPnBM 100 persen tidak diperpanjang maka penjualan kendaraan roda empat atau lebih bisa terkoreksi karena harga jual bisa menjadi lebih mahal. 

Jika insentif tidak berlanjut, pendapatan pemerintah dari pajak pertambahan nilai (PPN), pajak kendaraan bermotor (PKB), dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) akan turun. 

“Ini dilematis, tidak diperpanjang [penjualan] bisa turun. Kalau turun dampaknya penerimaan pemerintah akan turun dari PPN, PKB, dan BBNKB. Lebih bagus ini dijalankan terus agar pendapatan meningkat,” kata Jongkie.

Ini adalah upaya pelaku industri menepis keraguan atas pencapaian target penjualan 2021. Di ujung periode kedua diskon PPnBM 100%, mereka meminta agar pemanis itu tak dikurangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.