Meneropong Kekuatan Pasar Konstruksi Nasional Hadapi Badai 2023

Nilai pasar konstruksi nasional pada tahun 2023 diprediksi bakal mengalami kenaikan dan lebih baik ketimbang saat pandemi melanda Tanah Air. Namun demikian, pertumbuhan pasar industri konstruksi di tahun depan diproyeksikan tidak begitu besar.

Yanita Petriella

3 Des 2022 - 01.35
A-
A+
Meneropong Kekuatan Pasar Konstruksi Nasional Hadapi Badai 2023

Ilustrasi kontruksi proyek. /istimewa

Bisnis, JAKARTA – Nilai pasar konstruksi nasional pada tahun 2023 diprediksi bakal mengalami kenaikan dan lebih baik ketimbang saat pandemi melanda Tanah Air. Namun demikian, pertumbuhan pasar industri konstruksi di tahun depan diproyeksikan tidak begitu besar. Pasalnya, industri konstruksi turut serta menghadapi hambatan ekonomi selama tahun depan sebagai dampak proyeksi pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia yang rendah. 

Ditambah lagi, inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan akan berdampak ada sektor konstruksi serta menahan pendapatan riil dan daya beli.

Sejumlah tantangan tersebut tentu berdampak pada perlambatan aktivitas konstruksi. Hal ini juga mendorong sejumlah proyek konstruksi termasuk pengembang properti dalam menjadwalkan ulang proyek mereka.  

National Research Manager BCI Central Cahyono Siswanto mengatakan pasar konstruksi Indonesia menunjukkan kondisi yang membaik pada 2021 dan 2022. Nilai konstruksi nasional pada tahun 2023 diharapkan memiliki kinerja yang lebih baik daripada tahun 2022 yaitu dengan total nilai konstruksi sebesar Rp332,95 triliun atau meningkat 5,77 persen dari tahun 2022 yang senilai Rp314,77 triliun. Nilai tersebut melanjutkan tren tahun 2022 yang sudah terlampaui nilai konstruksi tahun 2019 atau sebelum pandemi sebesar Rp278,58 triliun.

Berdasarkan nilai konstruksi nasional secara kuartalan dari tahun 2019 sampai tahun 2023 menunjukkan tren meningkat dengan adanya fluktuasi pada setiap kuartalnya. Sementara untuk proyeksi nilai konstruksi nasional pada kuartal I tahun 2023 sebesar Rp90,8 triliun. Kemudian, kuartal II tahun 2023 Rp71,02 triliun, kuartal III tahun 2023 Rp71,597 triliun, serta kuartal IV tahun 2023 Rp99,53 triliun.

Adapun konstruksi nasional terbagi dalam dua jenis yakni konstruksi gedung dan konstruksi sipil. Nilai konstruksi gedung diperkirakan meningkat pada tahun 2023 dengan nilai Rp175,28 triliun atau tumbuh 9,99 persen dibandingkan tahun 2022. Sementara nilai konstruksi sipil diperkirakan sedikit meningkat sebesar 1,44 persen pada tahun 2023 yang mencapai Rp157,66 triliun. 

Untuk konstruksi gedung, proyek pembangunan yang diperkirakan sebagai penggerak utama pada tahun 2023 ialah sektor perumahan dan industri. Proyek perumahan diproyeksi akan meraup nilai konstruksi sebesar Rp54,9 triliun. Lalu proyek industri senilai Rp43,9 triliun. 

Sementara untuk sektor lainnya, nilai konstruksi proyek perkantoran Rp20,06 triliun, retail Rp17,57 triliun, miscellaneous Rp11,95 triliun, kesehatan Rp12,29 triliun, pendidikan Rp8,47 triliun, dan hospitality Rp6,05 triliun. 

Beralih ke konstruksi sipil, proyek infrastruktur dan transportasi diperkirakan bakal menjadi penopang terbesar pada tahun 2023 dengan nilai Rp136,26 triliun. Proyek yang dimaksud sudah termasuk infrastruktur utama seperti jalan, jembatan, bendungan, pelabuhan, dan lainnya. Sedangkan untuk sektor lainnya yakni proyek utilitas, diprediksi pada tahun 2023 akan meraup nilai konstruksi sebesar Rp21,19 triliun.

Baca Juga: Prospek Sektor Konstruksi 2023 Tetap Cerah dan Menarik

Cahyono menuturkan terdapat tiga penggerak pasar konstruksi di Indonesia pada tahun 2023, yaitu residensial, industrial, dan infrastruktural. Untuk sektor residensial, rumah tapak bakal mendominasi kenaikan dan diikuti oleh apartemen yang mulai tumbuh dengan banyaknya kolaborasi bersama pengembang luar negeri.

Kemudian untuk sektor industrial diprediksi bakal tumbuh pesat karena sejalan dengan banyak masuknya investor asing. Selain itu, juga didukung oleh adanya pembukaan lahan-lahan industri baru yang cukup menarik investor untuk membangun pabrik di sana.
   
“Itu pengembangan lahan industri kan masih berlanjut terus. Misalnya seperti Green Batang City yang menarik banyak investor membangun pabrik di situ,” ujarnya, Kamis (1/12/2022).

Menurutnya, sektor industri memuat banyak rencana investor untuk mengembangkan pembangunan yang cukup besar. Ditambah lagi, adanya keinginan Foreign Direct Investment (FDI) yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Selain itu, pemerintah juga memiliki tujuan untuk membangun industri kawasan baru sehingga menarik investasi asing dengan membuat pertumbuhan baru. Hal inilah yang membuat para developer pun berlomba membangun kawasan industri. 

“Batang dan ibu kota baru Nusantara membuat pusat baru sebagai destinasi wisata dan ekonomi sehingga positif bagi ekonomi, kata Cahyono. 

Penggerak sektor konstruksi ketiga yakni infrastruktur. Untuk sektor infrastruktur memang sangat berkaitan erat dengan kebijakan pemerintah yang menaruh perhatian dalam sektor ini sehingga banyak proyek yang dikembangkan. Contoh nyatanya adalah pembangunan berbagai jalan tol di seluruh Indonesia. Menurutnya, prospek pasar ini diharapkan dapat memberikan gambaran optimis konstruksi Indonesia satu tahun ke depan sehingga dapat memberikan business confidence bagi pelaku konstruksi Indonesia.

Lead Advisor Southeast Asia Region Economic Research Institute for Asean and East Asia (ERIA) Lili Yan Ing menuturkan prospek perekonomian global pada tahun 2023 diprediksi akan mengalami resesi dan instabilitas keuangan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju dengan keuangan terkuat seperti Eropa, China, hingga Amerika Serikat. 

Namun, akan ada beberapa negara yang diperkirakan akan lolos dari resesi karena negara-negara tersebut mulai pulih dan tekanan inflasi mulai mereda. Mayoritas negara yang disinyalir lolos dari resesi ini berada di kawasan Asean salah satunya Indonesia.

Beliau juga memberikan beberapa rekomendasi kebijakan seperti menjaga stabilitas ekonomi makro, meningkatkan daya saing di sektor manufaktur dengan meningkatkan infrastruktur lunak dan keras, menyederhanakan prosedur ekspor, impor, dan investasi. 

Lili menyarankan pemerintah perlu memformulasikan kebijakan yang hati-hati untuk merespon ketidakpastian karena gejolak ekonomi global.

Adapun kebijakan tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi makro, meningkatkan daya saing di sektor manufaktur, meningkatkan proyek infrastruktur, dan  menyederhanakan prosedur ekspor, impor dan investasi dan lainnya.

Memang dalam menghadapi tantangan di tahun depan, sangat diperlukan investasi sektor publik sebagai driver untuk kegiatan konstruksi termasuk proyek infrastruktur. Saat ini sendiri pemerintah tengah membangun dan mengembangkan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Ibu kota ini memliki potensi potensi investasi jangka menengah dan panjang untuk bisnis dan industri. 

“Zona industri baru dengan insentif yang menguntungkan tetap ada secara signifikan untuk mempercepat proyek industri ringan dan  pabrik teknik besar, sebagai bagian penting dari regional pertumbuhan ekonomi dan mengatasi ketimpangan,” tutur Lili.

General Manager Sales Marketing Jababeka Industrial Estate Rudy Subrata menuturkan kawasan industri Jababeka yang terbesar di Asia Tenggara terus melakukan berbagai inovasi dalam penyediaan fasilitas dan layanan bagi multi industri . 

“Kami juga punya mengenai Jababeka e-commerce digital hub yang memiliki klaster halal industrial park, science & high-tech park, start-up, dan bio medicaltech park. Berbagai inovasi dilakukan untuk menarik investor berinvestasi di kawasan industri Jababeka,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.