Mengenal Project S Tiktok yang Disebut Ancam UMKM Indonesia

Aplikasi buatan ByteDance, TikTok, dikabarkan tengah menyiapkan Project S yang bisa merugikan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia.

Jaffry Prabu Prakoso

13 Jul 2023 - 13.21
A-
A+
Mengenal Project S Tiktok yang Disebut Ancam UMKM Indonesia

Pelaku UMKM sedang menyelesaikan pembuatan tas yang menggunakan bahan dasar eceng gondok di Surabaya, Jawa Timur. /Bisnis-Eusebio .Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA – Aplikasi buatan ByteDance, TikTok, dikabarkan tengah menyiapkan Project S yang disebut bisa merugikan pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Indonesia.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenkopUKM) menyiapkan langkah untuk menghadapi agenda TikTok yang meluncurkan Project S.

KemenkopUKM mengatakan Project S akan berdampak besar dan merugikan UMKM di Indonesia.

Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut Project S digunakan TikTok untuk mengumpulkan data produk yang laris di suatu negara.

Baca juga: Kisah Lapis Bogor Sampai Arae, Buah Binaan BMRI untuk UMKM

Selanjutnya, produk tersebut akan diproduksi di China, negara asal TikTok, dan dipasarkan ke negara yang jadi sasaran.

"Di Inggris itu 67 persen algoritma TikTok bisa mengubah behavior konsumen di sana dari yang tidak mau belanja jadi belanja. Bisa mengarahkan produk yang mereka bawa dari Tiongkok. Mereka juga bisa sangat murah sekali," ucap Teten Masduki.

Lalu, apa sebenarnya Project S TikTok ini?

Project S adalah agenda TikTok untuk menjual produk sendiri. Agenda ini pertama kali diberitakan oleh Financial Times pada 21 Juni 2023. 

"Upaya untuk mulai menjual produknya [TikTok] sendiri dikenal secara internal sebagai 'Project S'," tulis berita Financial Times yang dikutip bisnis.com



Inggris menjadi sasaran pertama dari agenda Project S TikTok. Di Negeri Charles III itu, TikTok meluncurkan fitur Trendy Beat untuk menjual produk yang sedang populer. 

Beberapa produk yang dijual di Trendy Beat antara lain pembersih telinga, penyikat bulu hewan, dan pakaian. Dalam fitur itu, semua produk dikirim dari China dengan penjualnya tercatat sebagai perusahaan di Singapura yang belakangan diketahui dimiliki oleh ByteDance. 

Dari laporan Financial Times, barang-barang di Trendy Beat dijual oleh Seitu, yang merupakan perusahaan yang berafiliasi dengan perusahaan milik ByteDance, If Yooou. 

Seitu dipimpin oleh Lim Wilfred Halim yang juga menjadi Kepala Anti-Penipuan dan Keamanan E-Commerce Global TikTok di Singapura. 

Baca juga: Apa Kabar Merah Putih Fund-nya Erick Thohir?

Setelah ditelaah lebih jauh, TikTok mempromosikan produknya sendiri yang populer melalui fitur Trendy Beat tersebut. Cara itu serupa dengan yang dilakukan oleh Amazon. 

Untuk menyajikan produk yang dijual di Trendy Beat, TikTok melalui Project S akan mengumpulkan data produk yang viral di suatu negara. Nantinya, data tersebut diolah menjadi produk di China sebelum kemudian dipromosikan dengan gencar di Trendy Beat. 

Barang yang dijual oleh TikTok itu juga akan dipasarkan dengan harga yang murah sehingga bisa merebut pangsa pasar UMKM lokal. (Taufan Bara Mukti)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Jaffry Prabu Prakoso

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.