Mengetuk Prancis, Kanada, dan Banyak Negara dengan Batok Kelapa

Walaupun sudah tidak muda lagi, Fathurrahman meyakini pentingnya beradaptasi di masa yang sangat mengandalkan penjualan online sekarang ini.

Mia Chitra Dinisari

26 Sep 2021 - 17.04
A-
A+
Mengetuk Prancis, Kanada, dan Banyak Negara dengan Batok Kelapa

Fathurrahman mengubah batok kelapa yang semula hanya limbah menjadi barang seni penghasil devisa./facebook.com-disdagntbprov

Bisnis, JAKARTA - Batok kelapa bisa membuat seseorang melanglang ke manca negara. Hal itu tidak terjadi karena kemampuan sihir lampu Aladin. Di tangan seorang yang kreatif dengan wilayah eksplorasi tak terbatas, batok kelapa bisa mendatangkan lebih dari sekadar kisah keajaiban penuh mantra.

Di tangan Fathurrahman batok kelapa bukan hanya bisa dijadikan gayung untuk menyendok air. Itu hanya kisah zaman dulu. Dengan eksplorasi gagasan, Faturrahman mengolah batok kelapa menjadi bahan untuk kerajinan seni yang menghasilkan cuan.

Pria kelahiran Lingsar, Lombok Barat. itu memulai usaha seni dan kerajinan dari batok kelapa sejak tahun 2000. Hal itu berawal ketika dia melihat neneknya menggunakan batok kelapa sebagai pengganti gayung di kamar mandi, Fathurrahman juga melihat batok kelapa digunakan sebagai peralatan makan.

Penasaran dengan hal tersebut, Fathurrahman dan istrinya, Ernawiati, mencari tahu dari mana asal batok kelapa yang digunakan neneknya. Ternyata, dia menemukan bahwa batok kelapa tersebut merupakan limbah di daerahnya, jumlahnya pun sangat melimpah.

Fathurrahman/Istimewa

Singkat cerita Fathurrahman punya gagasan untuk mengubah batok kelapa menjadi barang bernilai guna dan estetika. Dengan begitu batok kelapa yang semula hanya limbang bisa diubah menjadi barang denga harga jual yang tinggi. Dia lantas mengubah batok kelapa menjadi barang hasil kerajinan tangan dan pernak-pernik suvenir lainnya.

Fathurrahman pun mulai memproduksi sendok, garpu, sumpit, gelas, tempat tisu, centong sayur, mangkok dan lain-lain dengan menggunakan batok kelapa sebagai bahan baku utama. Awalnya, dia memasarkan produk secara door-to-door dengan mendatangi perhotelan dan perkantoran.

Selain itu, dia membuat brosur agar lebih banyak orang yang mengenal dan mengetahui produk buatannya. Lambat laun usaha yang ia beri nama Galih Kelapa terus bertumbuh. Fathurrahman pun mulai mengajak para ibu rumah tangga di sekitar rumahnya untuk membantu proses produksi.

“Delapan puluh persen dari tenaga kerja kami adalah ibu rumah tangga, mereka tetangga-tetangga di lingkungan rumah. Saya ingin bermanfaat bagi lingkungan sekitar, dan juga membantu mereka agar memiliki ekonomi yang lebih baik,” ungkap Fathurrahman, dikutip dari keterangan tertulisnya.

Hingga di tahun 2009, melalui pihak kedua dan ketiga, Galih Kelapa berhasil diekspor ke beberapa negara, termasuk Polandia, Kanada, Venezuela, Prancis, dan beberapa negara tetangga. Faturrahman pun berhasil meraih omzet hingga 20 juta per bulan berkat Galih Kelapa.

Produk bernilai seni Galih Kelapa/facebook-disdagntbprov

Galih Kelapa, berdasar catatan di akun facebook Dinas Perdagangan Provinsi NTB (30/6/2020), telah menjadi binaan dan mengikuti banyak pelatihan, seperti pelatihan memulai ekspor, hingga pelatihan negosiasi dan kontrak dagang.

Galik Kelapa juga mendapat pendampingan pengembangan desain produk atau Designer Dispatch Service (DDS) kerja sama Dinas Perdagangan NTB dengan Kementerian Perdagangan RI.

"Fasilitas promosi dari Dinas Perdagangan NTB baik dalam daerah maupun luar daerah, bertaraf nasional maupun internasional seperti NTB Expo, Inacraft dan Trade Expo Indonesia telah dilakoni oleh Fathurrahman sehingga kini berhasil menjadi salah satu Eksportir Handycraft NTB dengan negara tujuan ekspor seperti Jepang, Prancis, Belanda, Australia dan Amerika," demikian tertulis di lini masa akun Dinas Perdagangan Provinsi NTB tersebut. 

Pandemi Covid-19 berdampak pada usaha Fathurrahman. Omzet usaha menurun tajam.

“Omzet kami menurun hingga 70% karena pesanan sangat sedikit. Bahkan saat ini kami sama sekali tidak mendapat pemasukan. Dengan berat hati kami harus mengurangi tenaga kerja hingga hanya 3-5 orang saja yang membantu usaha kami. Kami sangat berharap kondisi pandemi ini segera berlalu agar kami bisa kembali membantu ekonomi di daerah kami,” ujar Fathurrahman.

Pelatihan Google

Agar usaha terus berlanjut, Fathurrahman tidak berpangku tangan. Bersama istrinya, dia mencari cara agar produk Galih Kelapa lebih dikenal oleh banyak pelanggan baru. Akhirnya mengikuti pelatihan program Gapura Digital untuk Wonderful Indonesia dari Google yang bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Pelatihan ini bertujuan agar pelaku UMKM di sektor pariwisata dapat memanfaatkan peluang bisnis secara digital, baik selama masa pandemi Covid-19 maupun seterusnya.

Produk bernilai seni Galih Kelapa/facebook-disdagntbprov

“Setelah mengikuti pelatihan ini, banyak ilmu yang sangat bermanfaat dan saya menjadi paham betapa pentingnya pemasaran digital," ujarnya.

Pelatihan itu membuat Fathurrahman sadar soal pentingnya menguasai dunia digital.

"Walaupun saya sudah berumur, saya harus bisa beradaptasi di masa sekarang yang sangat mengandalkan penjualan online dan saya harus banyak belajar tentang digital agar media sosial yang kami punya bisa mempromosikan produk kami secara maksimal ke pelanggan,” papar Fathurrahman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.