Menggenjot Produksi Hulu Migas dari Kawasan Indonesia Timur

Kawasan Indonesia timur merupakan tumpuan harapan bagi industri hulu migas Tanah Air dalam mencapai target produksi migas 2030 yaitu 1 juta barel minyak per hari dan 12 miliar standar kaki kubik gas bumi per hari.

Yanita Petriella

21 Des 2023 - 22.46
A-
A+
Menggenjot Produksi Hulu Migas dari Kawasan Indonesia Timur

Kilang LPG Arar Marine Terminal Petrogas (Basin) Ltd. di Sorong, Papua. Bisnis-Yanita Petriella

Bisnis, SORONG – Kawasan Indonesia Timur terus diupayakan untuk memperkuat produksi minyak dan gas bumi Tanah Air, sejalan dengan upaya mencapai target lifting minyak 1 juta barel per hari (bph) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) pada 2030.

Adapun, rerata kontribusi produksi minyak dari kawasan Indonesia Timur yakni Papua dan Maluku (Pamalu) baru sekitar kurang lebih 2% dari total produksi nasional. Sementara itu, rerata kontribusi produksi gas bumi dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Pamalu sekitar 20% dari total produksi nasional. 

Di sisi lain, produksi harian minyak nasional tercatat baru mencapai 608.168 bph atau jauh dari target produksi minyak 2023 ini sebesar 660.000 bph. Kemudian, produksi rerata harian gas mencapai 6,713 juta standar kaki kubik per hari (MMscfd).

Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Wilayah Papua dan Maluku Galih W. Agusetiawan menuturkan bahwa otoritas migas terus berupaya memperkuat kolaborasi dan pengawasan terhadap KKKS dalam memproduksi migas.

Menurutnya, Pamalu memiliki potensi besar untuk berkontribusi memenuhi target produksi migas pada 2030, mengingat di kawasan ini terdapat 16 wilayah kerja (WK) migas dari total 171 WK di Indonesia. 

Dari sebanyak 16 WK migas tersebut berada di 3 provinsi, dan wilayah Pamalu ini memiliki potensi migas yang tersebar di 5 provinsi lainnya. Di sisi lain, sekitar 66,7% Proyek Strategis Nasional (PSN) sektor energi hulu migas berada di wilayah timur Indonesia dengan perincian 50% di Papua Barat dan 16,7% di Maluku. 

Baca Juga: Mengebut Proyek Raksasa Hulu Migas di Timur Indonesia

Galih tak menampik terdapat sejumlah tantangan yang menghambat dalam pencapaian target produksi migas pada 2030. Adapun, sejumlah tantangan tersebut di antaranya adalah lambatnya proses perizinan karena belum ada peraturan berupa petunjuk pelaksanaan (juklak) dan petunjuk teknis (juknis). 

Oleh karena itu, menurut dia, perlu adanya petunjuk teknis dan pelaksanaan tata waktu untuk pengusulan rekomendasi perizinan. Tantangan lain yang masih mengadang, yakni terkait dengan perizinan satu pintu yang masih belum terealisasi dengan baik sehingga mempersulit investor. 

Selain itu, tantangan dalam memproduksi migas di wilayah timur juga menyangkut ketersediaan infrastruktur umum seperti penerangan, jalan, jembatan yang masih kurang memadai

“Situasi keamanan dan ketertiban masyarakat juga kurang stabil dan masalah sengketa pertanahan dan hak ulayat adat yang berdampak pada gangguan keamanan. Dibutuhkan dukungan peraturan daerah untuk kepastian investasi dan dukungan dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum,” ujarnya dalam kegiatan kunjungan akhir tahun manajemen SKK Migas mengusung tagline Eastern Promise: The Future of Indonesia Upstream Oil and Gas in Indonesia, Kamis (21/12/2023). 

Pihaknya juga tak menampik kurangnya minat investor untuk berinvestasi di wilayah Timur Indonesia karena belum optimalnya dukungan insentif non fiskal dari stakeholder di daerah. Padahal, sejumlah insentif non fiskal tersebut diperlukan untuk mendukung kelancaran operasional seperti keberpihakan pada kegiatan eksplorasi atau survei awal kegiatan migas.

Di sisi lain, terdapat keterbatasan data seismik dan studi atau survei seismik yang dilakukan di wilayah Timur Indonesia. “Sumur-sumur yang tua dan telah memasuki masa decline,” katanya.

 


Senada, Sekretaris SKK Migas Shinta Damayanti menuturkan kawasan Indonesia timur merupakan tumpuan harapan bagi industri hulu migas Tanah Air dalam mencapai target produksi migas 2030.

Adapun, salah satu produksi migas di Indonesia Timur disumbang dari kontraktor Petrogas (Basin) Ltd. Dia berharap agar KKKS Petrogas Basin Ltd. dapat lebih meningkatkan kinerja yang optimal sehingga dapat mencapai target yang ditetapkan pada 2024. Petrogas merupakan salah satu KKKS yang memiliki fasilitas produksi Liquified Petroleum Gas (LPG).

“Apresiasi Petrogas dalam mempertahankan produksi di 2023, termasuk Petrogas sedikit dari company yang beralih ke gross split dan kenaikan produksinya. Kita tahu banyak sekali tantangan yang dihadapi Petrogas dan tidak mudah, kondisi lapangan, infrastruktur,” ucapnya. 

Shinta menegaskan bahwa dalam era transisi energi saat ini, gas memainkan peranan yang makin penting, karena tidak hanya menjadi sumber energi dan penerimaan negara tetapi juga sebagai sumber bahan baku industri serta multiplier effect yang dikontribusikan.

Pihaknya pun mendorong agar pemerintah dapat membangun penghiliran atau industri hilir gas di Indonesia timur, khususnya Papua, sebagai upaya untuk meningkatkan produksi dan menjaga keberlanjutan hulu migas di era transisi energi. 

SKK Migas juga mendorong agar KKKS di Indonesia timur termasuk Petrogas dapat terus agresif melakukan eksplorasi untuk membuktikan besarnya cadangan minyak dan gas sehingga pemerintah dapat membangun industri hilir di Papua. 

“Untuk itu, kami sangat berharap agar kontribusi yang diberikan oleh KKKS Petrogas Basin Ltd. dapat semakin ditingkatkan guna memberikan dampak positif yang besar kepada masyarakat Indonesia dan khususnya bagi masyarakat di Papua. SKK Migas terus berkolaborasi dengan KKKS untuk mencapai target yang dicanangkan,” kata Shinta. 

Baca Juga: Duet SKK Migas & Pertamina EP Konservasi Terumbu Karang di Papua



Kinerja Petrogas

General Manager Petrogas Basin Ltd. Alfian Telaumbanua mengatakan RH Petrogas Ltd. melalui Petrogas (Basin) Ltd. memiliki dua blok di Provinsi Papua Barat Daya yakni wilayah kerja Kepala Burung seluas 1.029,69 kilometer persegi dan wilayah kerja Blok Salawati yang berada di area dengan luas sekitar 1.136,82 kilometer persegi. 

Kedua proyek tersebut merupakan kontrak gross split selama 20 tahun yang berlaku sejak 2020 hingga 2040 mendatang. 

“Untuk wilayah Kepala Burung kami produksi minyak 4.500 barel per hari dari sebelumnya 4.000 BOPD dan gas sebanyak 24,7 MMSCFD. Untuk Blok Salawati kami produksi minyak 900 barel per hari dan gas 2,5 MMSCFD untuk keperluan power plant wilayah itu saja,” ujarnya.

Petrogas memiliki dua fasilitas produksi, pertama adalah fasilitas produksi Kasim Production Facility untuk fasilitas produksi minyak mentah dari Lapangan Walio, Wakamuk, Cendrawasih, Kasim, dan Jaya. Kedua adalah Arar Gas dan LPG Plant, yang merupakan fasilitas produksi gas dari Lapangan Arar dan Klalin. 

“Baik produk minyak mentah maupun gas dari wilayah kerja Kepala Burung diperuntukkan bagi kebutuhan dan ketahanan energi domestik,” kata Alfian. 

Selain minyak mentah untuk kebutuhan lokal Papua Barat Daya, produksi gas disuplai ke Perusda Kabupaten Sorong untuk pembangkit tenaga listrik di Kabupaten Sorong dan Kota Sorong Provinsi Papua Barat Daya dan juga termasuk suplai gas rumah tangga melalui jaringan gas nasional.

Petrogas akan meningkatkan produksi LPG sehingga dapat membantu Pemerintah dalam mengurangi impor LPG. Setiap tahunnya, Petrogas terus berupaya meningkatkan lifting LPG hasil produksinya. Di tahun 2017, telah dilakukan 2 kali lifting. Kemudian naik menjadi 4 kali lifting di 2018. Pada 2019, dilakukan 5 kali lifting. Kemudian di tahun 2020 dan 2021 masing-masing dilakukan 6 kali lifting. Pada 2022, jumlah lifting bertambah mencapai 7 kali lifting. Hingga akhir tahun 2023, dapat mencapai lifting sebanyak 9 kali atau setara 9.000 metrik ton LPG atau meningkat 450% sehingga Petrogas memberikan kontribusi dalam upaya mengurangi impor LPG. Adapun di tahun 2024, ditargetkan dapat dilakukan sebanyak 8 kali lifting

“Produksi LPG meningkat secara signifikan seiring dengan upaya besar-besaran untuk meremajakan kilang LPG setelah PBL mengambil alih pengelolaan blok tersebut. Berada di jalur yang tepat untuk memecahkan rekor 9 pengangkatan LPG tahun ini,” ucapnya. 

Baca Juga: Menilik Agresivitas Mubadala Berburu Gas di Perairan Laut Aceh

 



Upaya untuk meningkatkan produksi yang dilakukan oleh Petrogas antara lain melakukan kegiatan well service, reaktivasi sumur, dan lainnya. 

Bagaimana pun, Petrogas terus berkomitmen dalam melakukan eksplorasi cadangan migas baru. Pada tahun ini, kontraktor migas itu telah melakukan eksplorasi Riam-1 yang dimulai sejak 21 Juli 2023 dan tuntas pelepasan rig pada 5 Oktober 2023. 

Kemudian, eksplorasi juga dilakukan pada Karuka-1 sejak 30 September 2023 dan hingga saat ini masih berproses. Setelah nanti selesai di Karuka-1, kontraktor juga akan mengeksplorasi Piarawi-1 yang ditargetkan tuntas pada kuartal I/2024. 

Selain eksplorasi, Petrogas juga melakukan SW Offshore 3D Seismic (Island) yang dimulai pada 13 Juli 2023 dengan kedalaman 100 kilometer dasar laut yang tuntas pada Agustus 2023. 

“Kami juga melakukan Walio Chemical Enhanced Oil Recovery (CEOR) Pilot yang merupakan project kick off dengan SKK Migas yang saat ini sudah dalam tahapan GGR CEOR modeling study. Di tahun 2024, Petrogas akan kembali mengeksplorasi Karim 1 dengan menggunakan Petrogas Rig-3, eksplorasi Rabon Pi-1, dan Walio CEOR Pilot,” tuturnya.

Sejak diambil alih di 2016 dan PSC baru 2020, sampai saat ini sudah tercatat 21 juta jam kerja dan 2.891 hari tanpa lost time accident (LTA) di Petrogas Basin, sedangkan di Petrogas Island selama 3,3 juta jam kerja dan 1.256 hari tidak pernah ada kecelakaan. Petrogas menerima penghargaan Patra Nirbhaya Karya Utama dari Kementerian ESDM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Ibeth Nurbaiti
Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.