Dua belas bulan ke depan, Indonesia akan memasuki periode menjelang pesta demokrasi terbesar. Tidak hanya memilih pimpinan tertinggi negara beserta lembaga tinggi lainnya, tapi juga menentukan nasib jalannya konstitusi di dalam negeri. Dalam perjalanannya, kontestasi politik akan diramaikan dengan ragam jenis kampanye dari tiap kandidat serta partai politik. Masyarakat akan dijejali dengan beragam pesan politik yang menyuarakan kepentingan bermacam-macam kelompok dan golongan.
Dalam konteks ini, pers dan dunia jurnalistik merupakan salah satu elemen yang memegang peranan kunci. Melalui pers, suatu organisasi atau individu dapat menyampaikan visi dan misinya kepada masyarakat luas, sekaligus memperoleh dukungan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Bahkan, di beberapa negara yang menganut sistem demokrasi, pers didapuk sebagai the fourth estate yang merujuk pada tugas memonitor dan mengawasi kegiatan pemerintah. Lebih jauh lagi, Insan Pers menjadi saluran untuk mekritisi kebijakan-kebijakan yang dianggap tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat. Secara ideal, Pers menjalankan tugas strategis dalam menjaga keseimbangan kekuasaan di tengah masyarakat.
Pers adalah wujud yang paling berkuasa di Bumi. Mereka punya kekuatan untuk membuat yang tidak bersalah menjadi bersalah dan sebaliknya, dan itulah kekuasaan mereka. Karena mereka bisa mengendalikan pikiran banyak orang, kata Malcolm X, seorang aktivis HAM asal Amerika Serikat.