Bisnis, JAKARTA — Masih tingginya konsumsi minyak dan gas bumi Indonesia hingga 2050 meskipun pemerintah tengah gencar-gencarnya menggaungkan transisi ke energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan, menggambarkan betapa pentingnya industri ini dalam menjaga ketahanan energi nasional di masa mendatang.
Terlebih di tengah belum optimalnya pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia, industri hulu migas bisa menjadi jembatan menuju transisi energi. Hingga kini, bauran EBT masih berkisar 12 persen, sementara pada 2025 ditargetkan bisa mencapai 23 persen. Jika EBT belum siap, tentunya migas masih sangat diperlukan.
Baca juga: Daftar ‘Donor’ untuk Transisi Energi dan ‘Suntik Mati’ PLTU RI
Belum lagi, status Indonesia sebagai net importir migas membuat pemerintah terus mengupayakan peningkatan produksi sumber energi tersebut. Harapannya, pembelian komoditas itu dari luar negeri bisa berkurang, sekaligus mengurangi beban anggaran negara.