Menyongsong Medan Panas Kompetisi Marketplace pada 2022

Aktivitas transaksi digital pada 2022 tidak hanya berkutat pada platform khusus dagang-el, tetapi juga platform dari sektor lain seperti edukasi, kesehatan, dan finansial.

Leo Dwi Jatmiko

17 Des 2021 - 18.52
A-
A+
Menyongsong Medan Panas Kompetisi Marketplace pada 2022

Layar menampilkan Wakil Ketua Umum Indonesia E-commerce Association (idEA) Budi Primawan memberikan pemaparan saat sesi diskusi bertema \"Ekonomi Digital dalam Menciptakan Efisiensi Bisnis\" dalam acara Bisnis Indonesia Business Challenge 2022 di Jakarta, Kamis (16/12/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis, JAKARTA — Kian matangnya ekosistem digital di Tanah Air tidak menjamin pelaku bisnis lokapasar atau marketplace baru dapat bertahan pada 2022. Terlebih, peta persaingan industri dagang-el tahun depan diproyeksi kian sengit dan dinamis.

Wakil Ketua Umum  Indonesian E-Commarce Association (idEA) Budi Primawan memprediksi aktivitas transaksi digital pada 2022 tidak hanya berkutat pada platform khusus dagang-el, tetapi juga platform dari sektor lain seperti edukasi, kesehatan, dan finansial.

Industri dagang-el, lanjutnya, tidak hanya platform marketplace saja, melainkan platform di sektor lain yang melakukan transaksi digital. 

Dia mengatakan walaupun sejumlah kolaborasi sudah terjadi di sektor dagang-el, arah persaingan di industri tersebut akan terbuka  di sektor-sektor lain pada 2022. 

“Persaingan setiap sektor akan cukup dinamis karena pasar Indonesia sangat besar,” kata Budi dalam diskusi virtual Bisnis Indonesia Business Challenges, Kamis (16/12/2021).

Budi juga memperkirakan pada tahun depan ada potensi beberapa perusahaan konvensional yang memiliki jaringan, membuka lokapasar sendiri untuk mendorong penetrasi produk-produk mereka. 

Menurutnya pada tahun depan persaingan akan makin dinamis. Kemudian dalam 5—10 tahun ke depan, tidak ada lagi ekonomi digital, melainkan seluruh ekonomi sudah berbasis digital. 

“Perusahaan yang tadinya tidak bergerak di ekonomi digital kemudian melihat peluang dan mulai memanfaatkan peluang tersebut,” kata Budi. 

Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Teguh Dartanto menilai infrastruktur dan ekosistem digital yang makin matang tidak menjadi jaminan bagi sektor dagang-el untuk berkembang. 

Beberapa perusahaan dagang-el yang minim inovasi atau hanya mengikuti arus, menurutnya, akan tumbang. 

“Platform dagang-el yang tumbang pasti ada yaitu, pemain latah tanpa ada inovasi baru dan sekadar mengikuti,” kata Teguh. 

Dia mengatakan pemain lokapasar tidak bisa berdiri dalam jumlah banyak. Mereka membutuhkan jaringan dan keterhubungan dengan perusahaan lain dan pengguna internet. 

Tidak mungkin seluruh pengguna internet memiliki seluruh platform dagang-el atau lokapasar. 

“Ke depannya yang mungkin akan terjadi adalah untuk hal-hal yang sifatnya sama akan ada merger atau akuisisi. Hal-hal baru akan terjadi,” kata Teguh. 

Dia juga memperkirakan pada tahun depan perilaku digital masyarakat tidak akan berubah. Meski pandemi telah mereda, masyarakat tetap akan berbelanja secara daring. 

“Para inovator apakah bisa menangkap peluang ini? saya rasa startup yang hanya meniru tanpa ada sesuatu yang menarik dan manfaat bagi pelanggan, tidak akan selamat,” kata Teguh. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.