Modern Land China Gagal Bayar Obligasi, Krisis Berikutnya?

Krisis utang Evergrande berbuntut panjang dan menyeret developer lain menuju keterpurukan. Perkembangan terakhir, Modern Land China, yang berbasis di Beijing dan membangun rumah hemat energi di seluruh negara itu, tidak membayar baik pokok maupun bunga obligasi senilai US$250 juta.

M. Syahran W. Lubis

26 Okt 2021 - 13.49
A-
A+
Modern Land China Gagal Bayar Obligasi, Krisis Berikutnya?

Properti Beijing, foto file 10 Januari 2017. — Reuters

Bisnis, JAKARTA – Developer real estat China yang menggunakan teknologi hijau menjadi pembangun terbaru yang melewatkan pembayaran utang, memperpanjang kisah kemerosotan kinerja pengembang China yang berawal dari krisis Evergrande.

Modern Land China, yang berbasis di Beijing dan membangun rumah hemat energi di seluruh negara itu, tidak membayar baik pokok maupun bunga obligasi senilai US$250 juta  yang jatuh tempo pada Senin (25/10/2021), demikian dilaporkan Bloomberg pada Selasa (26/10/2021) pagi WIB.

Perusahaan itu bekerja dengan penasihat hukumnya Sidley Austin dan berharap untuk segera melibatkan penasihat keuangan independen.

Debitur China gagal membayar setidaknya US$8,7 miliar obligasi luar negeri sepanjang tahun ini, dengan industri real estat menyumbang sepertiga dari jumlah itu.

Itu terjadi ketika pihak berwenang menekan leverage yang berlebihan di sektor real estat di tengah krisis di China Evergrande Group yang membuat banyak investor di seluruh dunia gelisah.

Beberapa pengembang default bulan ini, meskipun Evergrande melakukan pembayaran kupon pekan lalu sebelum masa tenggang berakhir.

Modern Land pekan lalu menghentikan proposal untuk memperpanjang jatuh tempo obligasi 3 bulan. Fitch Ratings menurunkan peringkat Modern Land menjadi C dari B menyusul perpanjangan obligasi yang diusulkan, dengan menganggapnya sebagai “pertukaran utang yang tertekan.”

Penurunan peringkat kredit pengembang China meningkat lebih lanjut pada Oktober, mencapai rekor tertinggi untuk bulan kedua berturut-turut.

Tercatat ada 44 pemotongan di sektor ini oleh Moody's Investors Service, S&P Global Ratings, dan Fitch Ratings pada 21 Oktober, setelah 34 penurunan peringkat untuk sepanjang September, menurut data yang dikumpulkan Bloomberg.

Penurunan peringkat melonjak pada kuartal III tahun ini karena masalah China Evergrande Group memicu kekhawatiran terkait utang yang lebih luas.

Ma Dong, mitra dengan perusahaan obligasi China BG Capital Management, mengungkapkan bahwa penurunan peringkat yang sedang berlangsung, yang terjadi karena pengembang menghadapi tekanan operasional dan pembiayaan kembali yang berat, "akan memperburuk kemampuan mereka dalam mengumpulkan dana.

BERBUNTUT PANJANG

Krisis utang Evergrande memang berbuntut panjang meski otoritas China menyatakan kekisruhan itu terkontrol. 

Kemerosotan properti residensial China berlanjut bulan lalu karena krisis utang di China Evergrande Group menyebar ke pengembang lain, menjauhkan developer calon pembeli produk mereka.

Penjualan rumah berdasarkan nilai jatuh 16,9% pada September dibandingkan dengan periode yang sama 2020 (year-on-year/yoy), menyusul penurunan 19,7% pada Agustus, menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data Biro Statistik Nasional China yang diterbitkan pada Senin (18/10/2021).

Perlambatan bisnis properti merupakan salah satu dari banyak hambatan yang dihadapi ekonomi China, yang mengalami pertumbuhan lambat pada kuartal terakhir.

Upaya pemerintah untuk mengurangi leverage pengembang memperburuk krisis uang tunai di Evergrande yang sekarang menyebar ke perusahaan lain, mendorong pembeli untuk berpikir dua kali meletakkan dana di rumah yang belum dibangun (inden).

Kemerosotan penjualan dapat memicu lingkaran setan dengan memperburuk kekurangan uang tunai di pengembang dan memaksa mereka untuk menawarkan diskon yang lebih besar.

Itu pada gilirannya dapat mengurangi harga rumah di negara di mana orang menyimpan sebagian besar kekayaan mereka di real estat. Bank sentral China, People's Bank of China, memecah kebisuannya pada krisis Evergrande pekan lalu, mengatakan risiko terhadap sistem keuangan yang berasal dari perjuangan pengembang "dapat dikendalikan" dan tidak mungkin menyebar.

Pada pertemuan virtual Kelompok 30 pada 17 Oktober, Gubernur People's Bank of China Yi Gang mengatakan kewajiban Evergrande tersebar di "ratusan" entitas dalam sistem keuangan sehingga "tidak terlalu terkonsentrasi".

Pemerintah China berusaha membebaskan sektor properti dari kelebihan utang, berdasarkan gagasan bahwa rumah adalah lebih merupakan tempat tinggal daripada spekulasi.

Namun, melaksanakan tugas itu adalah latihan yang sulit di negara di mana sektor properti yang lebih luas menyumbang sekitar 23% dari produk domestik bruto, menurut perkiraan Goldman Sachs.

Regulator mulai melonggarkan pembatasan pinjaman rumah, langkah yang dapat membantu pembeli pertama kali dan meningkatkan transaksi menyusul pembatasan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada eksposur bank ke sektor real estat.

Pejabat mengatakan kepada beberapa bank besar bulan lalu untuk mempercepat persetujuan hipotek pada kuartal keempat tahun ini.

Pengembang China menghadapi gelombang penurunan peringkat kredit dan sekarang menyumbang sekitar setengah dari utang tertekan dunia.

Kekhawatiran penularan meningkat selama 2 pekan terakhir setelah kegagalan mengejutkan oleh Fantasia Holdings dan pernyataan dari Sinic Holdings bahwa default-nya sudah dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Syahran Lubis

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.