Mudik Lebaran, Tradisi Wajib dari Zaman Mataram Hingga Kini

Mudik merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang telah berlangsung sejak lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Tradisi mudik lebaran diyakini mulai terjadi pada masa kerajaan Mataram Islam. Lebaran tahun ini menjadi pelepas dahaga pemudik setelah dua tahun berpuasa untuk bersilaturahmi.

Yanita Petriella

2 Mei 2022 - 18.31
A-
A+
Mudik Lebaran, Tradisi Wajib dari Zaman Mataram Hingga Kini

Antrean kendaraan di GT Cikampek Utama pada Kamis (28/4/2022). /Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Lebaran tahun ini menjadi pelepas dahaga pemudik setelah dua tahun berpuasa untuk bersilaturahmi. Mudik sendiri telah menjadi suatu tradisi yang wajib dilakukan secara turun temurun oleh masyarakat Indonesia saat menjelang Lebaran untuk bisa pulang kampung bertemu sanak keluarga. 

Ketua Gerakan Pemuda Desa mandiri (Garda Sandi) Cokro Wibowo Wibisono mengatakan keputusan pemerintah mengizinkan perjalanan mudik pada Idulfitri menjadi pelepas dahaga setelah dua kali larangan mudik lebaran di masa pandemi Covid-19.

“Masyarakat akhirnya mendapat oase menyejukkan guna melepas rindu pada kampung halaman. Meski kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih akibat pandemi ternyata tidak menyurutkan animo masyarakat untuk mudik lebaran,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (2/5/2022).

Mudik pun merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang telah berlangsung sejak lama, bahkan jauh sebelum Indonesia merdeka. Tradisi mudik lebaran diyakini mulai terjadi pada masa kerajaan Mataram Islam, di mana para pemangku pemerintahan di daerah kekuasaan Mataram menyempatkan diri menghadap raja pada bulan Syawal sekaligus mengunjungi handai taulan di pusat kerajaan. 

Tradisi mudik sudah dikenal pada era Majapahit yang dikenal memiliki wilayah kekuasaan sangat luas hingga ke semenanjung Malaya. Pejabat pemerintahan di wilayah jauh tersebut secara rutin menghadap Raja guna menyatakan kesetiaan dan melaporkan jalannya pemerintahan.

“Budaya mudik pada masa Indonesia modern terjadi seiring dengan meningkatnya urbanisasi sejak awal Orde Baru. Gencarnya pembangunan dan industrialisasi, membuat aktivitas mudik menjadi rutinitas tahunan para perantau. Momentum lebaran serta syawalan yang dipandang baik untuk merajut tali silaturrahim dengan sanak saudara, menyebabkan tradisi mudik awet hingga kini,” tuturnya. 

Selain untuk mengunjungi dan berkumpul bersama keluarga, tradisi mudik juga dimaksudkan agar bisa berbagi dengan keluarga besar di kampung.

“Momen berbagi ini sekaligus untuk meminta doa agar pekerjaan dan penghidupan di perantauan berlangsung makin baik. Mudik juga terapi spritual dan psikologis di antara kesibukan dan rutinitas pekerjaan,” katanya. 

Menurutnya, budaya mudik berpotensi menyebabkan nilai-nilai primordial jadi awet di tengah masyarakat perkotaan. Penyebabnya, identitas genetis, suku, bahasa dan budaya asal, serta identitas sosial bakal terus melekat meski para perantau telah tinggal di kota lebih dari satu generasi.

"Nilai-nilai primordial ini dapat menghambat hadirnya nilai perkotaan yang harusnya lebih mondial. Misalnya, anggapan kampung halaman sebagai rumah sebenarnya, sedangkan perantauan sebagai tempat berteduh sementara bisa menghambat intensitas interaksi sosial," ucapnya. 

Tahun ini memang menjadi momen Lebaran yang ditunggu masyarakat untuk melakukan mudik setelah lampu hijau yang diperbolehkan pemerintah untuk mudik. Kementerian Perhubungan sendiri memprediksi sekitar 85,5 juta orang akan melakukan perjalanan mudik pada lebaran 2022. 

Jumlah tersebut didominasi oleh para pemudik dengan menggunakan kendaraan roda empat sebanyak 23 juta orang, sedangkan lainnya menggunakan moda transportasi umum seperti bus, kereta api, pesawat dan kapal laut.

Data dari PT Jasa Marga Tbk pada H-1 Idulfitri yang jatuh pada 1 Mei, tercatat terdapat 1.757.837 kendaraan yang meninggalkan Jabotabek. Angka tersebut merupakan angka kumulatif arus lalu lintas dari empat gerbang tol (GT) Barrier/Utama yaitu GT Cikupa ke arah Merak, GT Ciawi ke arah Puncak, dan GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama arah Trans Jawa dan Bandung. 

Total volume lalin yan meninggalkan wilayah Jabotabek ini naik 18,6 persen jika dibandingkan lalin normal periode November 2021 dengan total 1.482.047 kendaraan. 

Pada H-7 hingga H-1 Idulfitri tahun 2021, emiten berkode JSMR mencatat terdapat total 512.876 kendaraan meninggalkan wilayah Jabotabek menuju arah Timur, arah Barat dan arah Selatan. Angka ini turun 46,1% dari lalu lintas normal sebesar 951.602 kendaraan. 

Untuk menyukseskan mudik tahun ini, pemerintah pun melakukan sejumlah cara terutama memperlancar arus mudik dengan kendaraan pribadi. Salah satunya di Pulau Jawa, pemerintah memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa one way, ganjil – genap dan contra flow di jalan tol. 

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan utamanya rekayasa lalu lintas bisa mengatasi kepadatan lalu lintas yang sempat terjadi di hari puncak mudik di Jalur tol Jakarta menuju Cikampek ke arah timur.

“Memang sempat ada masalah saat menerapkan contraflow dan one way pertama kali. Namun selanjutnya bisa diatasi dengan baik,” ujarnya. 

Dia mengklaim sejumlah rekayasa lalu lintas yang dilakukan pun diklaim berhasil tersebut berkat koordinasi yang dilakukan oleh Kepolisian, Jasa Marga, Kemenhub, dan unsur terkait lainnya.

“Kami mempersiapkannya jauh-jauh hari dengan melakukan simulasi-simulasi,” katanya. 

Lebih lanjut, dengan rekayasa lalu lintas one way, perjalanan dari arah barat menuju ke timur hingga ke Semarang dapat dilalui dengan cukup lancar. Hal itu diharapkan bisa diterapkan dengan baik pada puncak arus mudik, yang diprediksi jatuh pada Sabtu (7/5/2022) sampai dengan Minggu (8/5/2022).

“Keberhasilan rekayasa lalin pada arus mudik, diharapkan juga dapat terjadi pada arus balik,” ucapnya.

Dua titik yang menjadi perhatian khusus pemerintah untuk ditangani yaitu Jalan Tol Jakarta–Semarang dan Penyeberangan Merak. Pada puncak mudik, di Pelabuhan Penyeberangan Merak juga sempat terjadi kepadatan akibat tingginya lonjakan pemudik yang akan menyeberang.

Untuk mengatasi kepadatan, telah dilakukan penambahan dua pelabuhan yakni Ciwandan dan Indah, serta penambahan kapal. Tercatat, sebanyak dua kapal beroperasi di Dermaga Indah Kiat dan sembilan kapal beroperasi di Dermaga Ciwandan sehingga total kapal yang beroperasi melayani penyeberangan dari Merak ke Bakauheni dan Pelabuhan Panjang, Lampung sebanyak 53 kapal.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menilai pelaksanaan arus mudik Lebaran berjalan dengan baik dan lancar meski ada beberapa kendala kecil di lapangan, misalnya antrean di Pelabuhan Merak dan Bakauheni. Hal tersebut dikarenakan volume kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas dermaga.

Jokowi pun mengakui volume kendaran mudik di tahun ini terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kapasitas dermaga dan tidak sesuai dengan kapasitas kapal yang ada. Namun demikian, memang jumlah kapal telah ditambah dari 30 menjadi 50 kapal.

“Meski sudah ditambah namun juga belum cukup. Tambah lagi dermaganya dua lagi, baru bisa mengurangi. Saya mengimbau untuk kembalinya agar juga ada yang lebih awal. Jangan semuanya nanti kembali arus baliknya semuanya di hari Sabtu dan hari Minggu, pasti akan terjadi titik-titik kemacetan, terutama di tol, maupun di jalan nasional, maupun di Merak – Bakauheni,” terangnya. (Akbar Evandio/Dany Saputra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Yanita Petriella

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.