Mungkinkah Teknologi Membuat Perhitungan Tarif Tol Menjadi Adil?

Salah satu teknologi yang dapat mengubah industri jalan tol adalah penerapan teknologi transaksi jalan tol nontunai nirsentuh, yakni multi lane free flow (MLFF) berbasis global navigation satellite system (GNSS).

Zufrizal
9 Sep 2021 - 17.25
A-
A+
Mungkinkah Teknologi Membuat Perhitungan Tarif Tol Menjadi Adil?

Transaksi tol non tunai/Istimewa

Bisnis, JAKARTA — Badan Pengatur Jalan TOl (BPJT) mengemukakan bahwa penerapan teknologi pada transaksi pembayaran tarif dapat meningkatkan pendapatan pengelola jalan tol.

Kepala BPJT Danang Parikesit memperkirakan nilai transaksi jalan tol pada akhir 2021 lebih tinggi dari prognosis awal tahun. Adapun, prognosis volume transaksi jalan tol pada 2021 adalah Rp22,5 triliun atau tumbuh 17,24 persen dari capaian 2020.

BPJT memprediksi ada percepatan pertumbuhan volume transaksi jalan tol pada tahun ini. BPJT mendata, volume transaksi pada semester I/2021 telah mencapai sekitar Rp12 triliun.

“Kami akan mencapai [volume transaksi] Rp23 triliun sampai Rp25 triliun pada akhir 2021,” kata dalam diskusi publik Reformasi Sistem Transaksi Tol sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan Kepada Pelanggan, Rabu (8/9/2021).

Jika ramalan tersebut terealisasi, kata Danang, jalan tol akan menjadi industri yang cukup tangguh dan tumbuh walau ada pandemi. Oleh karena itu, industri jalan tol butuh pengelolaan yang lebih modern.

Menurutnya, salah satu teknologi yang dapat mengubah industri jalan tol adalah penerapan teknologi transaksi jalan tol nontunai nirsentuh, yakni multi lane free flow (MLFF) berbasis global navigation satellite system (GNSS).

Penerapan teknologi tersebut sudah didukung dengan penerbitan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 18/2020 tentang Transaksi Nontunai Nirsentuh.

PT Roatex Indonesia Toll System (RITS) telah memenangi lelang konstruksi sistem MLFF tersebut. RITS sedang berdiskusi dengan badan usaha jalan tol (BUJT) terkait implementasi sistem tersebut di rus-ruas tol nasional.

Danang mengatakan, RITS dijadwalkan untuk menyerahkan dokumen terkait desain MLFF pada akhir kuartal III/2021. Selain itu, RITS juga akan menyerahkan dokumen proof of concept dan aplikasi MLFF per Oktober 2021.

“Pada Juli 2022 akan ada pilot project dan akhirnya pada September 2023 kami lakukan [implementasi MLFF] secara penuh [di seluruh ruas tol di dalam negeri],” ucapnya.

Penggunaan teknologi transaksi MLFF pada jalan tol akan menguntungkan pengguna jalan tol karena bisa mengubah perhitungan tarif yang akan dikenakan kepada pengendara.

Menurut BPJT, perhitungan jalan tol saat ini menggunakan rumus average traffic length. Dengan penggunaan teknologi MLFF, rumus penghitungan tarif tol menjadi berdasarkan actual distance travel.

“[Perhitungan tarif] akan kami spread lagi sehingga betul-betul yang dilakukan adalah berapa kilometer dan berapa rupiah yang dikenakan. Betul-betul penarifannya lebih berkeadilan,” kata Danang.

Perhitungan tarif tol dengan rumus average traffic length merupakan sistem yang betul secara statistik. Namun, rumus tersebut masih memiliki kekurangan.

Rumus tersebut membuat sebagian pengguna jalan tol terkena tarif yang lebih mahal jika dibandingkan dengan jarak yang ditempuh. Sementara itu, sebagian pengendara lainnya bisa mendapatkan tarif yang lebih murah.

Contohnya, tarif Tol Balikpapan–Samarinda ditentukan senilai Rp1.290 per kilometer untuk kendaraan golongan I. Namun, tarif yang dikenakan berbeda jika dihitung berdasarkan jarak tempuh.

Tarif dengan jarak terdekat (GT Manggar–GT Karang Joang) adalah Rp14.000 atau 1.272 per kilometer. Sementara itu, tarif dengan jarak terjauh (GT Manggar–GT Simpang Jembatan Mahkota) sebesar Rp125.500 atau Rp1.307 per kilometer.

Teknologi MLFF akan membuat perhitungan tarif lebih adil. Pasalnya, tarif tol akan dihitung sesuai dengan jarak yang ditempuh karena koordinat pengendara akan terekam secara langsung oleh sistem.

Danang juga sebelumnya mengatakan bahwa badan usaha pelaksana (BUP) proyek MLFF akan mendapatkan pengembalian investasi dari efisiensi yang didapatkan badan usaha jalan tol (BUJT).

Artinya, BUP akan mendapatkan keuntungan dari selisih antara tarif existing dan pengurangan biaya operasi BUJT.

“Asumsi dasarnya, [semua BUJT akan] better off, tidak ada penurunan internal rate of return setelah ada MLFF,” katanya.

Dalam catatan Bisnis, RITS akan memulai konstruksi MLFF pada kuartal IV/2021. Sosialisasi teknologi anyar tersebut akan dimulai bersamaan dengan masa konstruksi lantaran akan mengubah kultur penggunaan jalan tol di dalam negeri.

ON-BOARD UNIT

Sementara itu, operator MLFF akan menerbitkan on-board unit (OBU) khusus untuk melengkapi penggunaan gawai pengguna jalan tol sebagai e-OBU melalui aplikasi.

OBU adalah alat terpisah dalam kendaraan pengguna jalan tol yang dapat secara otomatis mendebet kartu elektronik saat melewati gerbang tol. Nantinya, OBU yang menggunakan teknologi MLFF itu akan dikhususkan kepada kendaraan niaga.

“Kami pastikan ke perusahaan-perusahaan [logistik] yang sudah punya armada banyak, seperti fleet management [untuk bisa memiliki OBU fisik], tapi untuk penggunaan jalan [dengan kendaraan pribadi] akan menggunakan e-OBU berbasis aplikasi,” kata Chief Business Development RITS Emil Iskandar.

Penerbitan OBU fisik akan dilakukan melalui kerja sama antar-perusahaan atau secara business to business (B2B).

Keberadaan OBU fisik tersebut dinilai penting lantaran pengguna jalan tol diharuskan melakukan registrasi dan mendaftarkan kendaraan yang digunakan saat melintas di jalan tol pada aplikasi khusus.

Namun, BPJT belum menyetujui penerbitan OBU fisik tersebut. Pasalnya, penerbitan OBU fisik dinilai tidak sejalan dengan tujuan awal penerapan teknologi MLFF.

Kepala BPJT Danang Parikesit mengatakan bahwa pihaknya telah menyetujui penggunaan e-OBU dan electronic ticketing dalam sistem MLFF.

Adapun, electronic ticketing adalah sistem transaksi otomatis saat memasuki jalan tol dengan sistem MLFF.

“OBU fisik belum kami berikan approval, karena itu berbeda dengan gagasan awal bahwa semua [transaksi] akan jadi elektronik dan tidak ada additional cost incurred pada pengguna jalan tol,” katanya. (Andi M. Arief)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Zufrizal

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.