Nasib Gaji Pegawai GIAA dan Bird setelah BBM Naik

Garuda Indonesia dan Blue Bird buka suara soal peluang penyesuaian gaji pegawai menyusul harga BBM naik.

Jaffry Prabu Prakoso

13 Sep 2022 - 18.31
A-
A+
Nasib Gaji Pegawai GIAA dan Bird setelah BBM Naik

JAKARTA – PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dan PT Blue Bird Tbk. (BIRD) belum akan melakukan penyesuaian gaji pegawai seiring dengan penaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Enggak ada (penyesuaian) gaji pegawai," ujar Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra, Selasa (13/9/2022).

Berbeda dengan GIAA yang sudah ada keputusan, Wakil Direktur Utama Blue Bird Adrianto Djokosoetono menjelaskan bahwa perseroan masih melakukan studi mengenai dampak penaikan BBM ke beberapa hal termasuk ke pengemudi dan karyawan kita.

"Hasil studi tersebut akan menjadi pertimbangan langkah kami berikutnya," ujarnya.



Pengemudi mengoperasikan taksi listrik Bluebird di sela-sela peluncurannya di Jakarta, Senin (22/4/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan



Pemerintah pada Sabtu (3/9/2022) memutuskan menaikkan harga BBM bersubsidi. Harga pertalite naik dari sebelumnya Rp7.650 per liter menjadi Rp10.000 per liter (naik sekitar 31 persen).

Harga per liter solar subsidi naik dari Rp5.150 menjadi Rp6.800 (naik sekitar 32 persen). Adapun harga pertamax nonsubsidi naik dari Rp12.500 per liter menjadi Rp14.500 per liter (naik sekitar 16 persen).

Dampak secara langsung adalah kenaikan biaya transportasi, baik umum maupun pribadi. Dampak tidak langsungnya adalah kenaikan pada harga-harga barang yang lain.


Baca juga: Meredam Dampak Kenaikan BBM di Sektor Pelayanan, Begini Caranya


Seiring dengan penaikan BBM, pemerintah juga memberikan bantalan sosial senilai Rp24 triliun. Dari jumlah tersebut, salah satunya dalam bentuk subsidi transportasi angkutan umum Rp2,17 triliun (sektor transportasi umum dan nelayan diatur oleh pemda).

Pemda diminta menyisihkan Dana Alokasi Khusus (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) sebesar Rp2,17 triliun untuk subsidi di sektor transportasi dan perlindungan sosial tambahan. Sektor transportasi akan diberikan untuk bantuan angkutan umum, ojek online dan nelayan.

BBM Turun dengan Syarat

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk meninjau kembali ketentuan harga jual bahan bakar minyak (BBM) domestik setelah adanya tren pelemahan harga minyak mentah di perdagangan dunia saat ini.



Ilustrasi kilang minyak



Menurut Arifin, penyesuaian itu dapat dilakukan ketika harga minyak mentah dunia mendekati asumsi harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) pada awal tahun di angka US$63 per barel.

“Kalau misalnya kembali ke US$63 ada [penyesuaian] lah, kan APBN sekarang US$63 per barel, iya toh,” kata Arifin saat ditemui di Kompleks Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (13/9/2022).

Arifin mengatakan bahwa harga BBM yang berlaku saat ini masih relatif jauh dari harga keekonomian. Kendati demikian, pemerintah akan tetap meninjau harga itu setelah adanya pelemahan harga minyak mentah dunia yang ajek hingga akhir tahun ini.

“Pertamax kan beberapa waktu lalu harganya ditahan Rp12.500 [jauh dari keekonomian], di akhir-akhir situasinya kan memang sudah berat,” kata dia.


Baca juga: Menimbang Pro Kontra Pembatasan Kendaraan Bahan Bakar Fosil


Seperti diberitakan sebelumnya, harga minyak mentah dunia kembali terkoreksi setelah menguat selama tiga hari beruntun di tengah kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan global dan pelemahan nilai tukar dolar AS.

Berdasarkan laporan Bloomberg pada Selasa (13/9/2022), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) terpantau turun 1 persen ke level US$86,90 per barel setelah reli 7 persen selama 3 sesi perdagangan terakhir. Kenaikan harga yang terjadi sebelumnya ditopang oleh koreksi nilai tukar dolar AS.

Harga minyak dunia terkoreksi ke level terendahnya sejak Januari 2022 pada awal bulan ini seiring dengan kekhawatiran pasar terhadap konsumsi global, termasuk China yang memberlakukan pembatasan mobilitas untuk mencegah penyebaran virus corona.

Kondisi ini juga diperburuk dengan kebijakan pemadaman listrik yang diberlakukan negara–negara anggota Uni Eropa di tengah krisis energi.

Di saat yang sama, pelemahan nilai dolar AS setelah mencapai level tertingginya pada pekan lalu membuat komoditas menjadi lebih murah untuk pembeli dari luar negeri.

Analis Morgan Stanley Martijn Rats dalam laporannya menyebutkan bahwa reli harga minyak berkelanjutan belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Hal ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah kawasan yang mengindikasikan adanya penurunan konsumsi energi.

“Pelemahan ini juga mulai terlihat pada data–data terkait khusus untuk minyak. China menjadi salah satu kontributor utama sentimen ini,” katanya dikutip dari Bloomberg. (Anitana Widya Puspa dan Nyoman Ary Wahyudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Jaffry Prabu Prakoso

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.