Nasib OTA, Jadi Lini Startup Terboncos Saat PPKM Level 3 Nataru

Pada 2020, transaksi di platform online travel agent atau OTA anjlok 75 persen. Tahun ini, transaksi diprediksi tumbuh sekitar 30 persen dengan asumsi tidak ada PPKM Level 3 lagi ketika akhir tahun. Kini, proyeksi tersebut pun pupus di tengah jalan.

Redaksi

24 Nov 2021 - 12.09
A-
A+
Nasib OTA, Jadi Lini Startup Terboncos Saat PPKM Level 3 Nataru

Ilustrasi pemesanan tiket akomodasi melalui platform OTA./istimewa

Bisnis, JAKARTA — Setelah mendapat angin segar pelonggaran mobilitas masyarakat sejak medio kuartal III/2021, bisnis rintisan bidang agen perjalanan daring kembali dihadapkan pada PPKM Level 3 saat Natal dan Tahun Baru yang berisiko membuat sektor itu kian sulit pulih.

Peneliti ekonomi digital Institut for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda menyebut bisnis agen perjalanan daring atau online travel agent (OTA) merupakan sektor startup yang terdampak sangat parah oleh pandemi. 

"Tahun kemarin transaksi di OTA itu turun hingga 75 persen. Tahun ini diprediksi masih tumbuh sekitar 30 persen dengan asumsi tidak ada PPKM Level 3 lagi ketika akhir tahun. Namun, tampaknya akan sedikit melambat dari perkiraan itu," ujarnya, Rabu (24/11/2021).

Akibat tekanan hebat sela pandemi 2 tahun terakhir, performa startup OTA bahkan diperkirakan belum akan pulih hingga 2025. Huda menilai bisnis ini akan sulit untuk kembali membuktikan tajinya selayaknya sebelum wabah melanda Indonesia.

(BACA JUGA: Pertaruhan Bisnis OTA Bangkit dari Keterpurukan)

Untuk itu, Huda mengatakan para pemain startup OTA harus segera berinisiatif untuk mendiversifikasi usahanya.

"Traveloka sebenarnya sudah bisa menambah layanan ke bisnis antar makanan, tetapi juga kalah dengan startup yang [sudah lebih dahulu] fokus ke sana. Tidak banyak diskon juga dan mitra pengemudinya relatif sedikit. Mungkin bisa masuk dalam industri fintech atau lainnya," ucapnya.

Dalam kondisi diterpkannya kembali Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3 saat Natal dan Tahun Baru, manuver startup OTA menggeber program diskon dan promo banting harga tetap tidak akan banyak mengatrol transaksi di platform mereka.

Penyebabnya, kata Huda, masyarakat relatif enggan berlibur di tengah regulasi pengetatan yang diterapkan pemerintah sekalipun jika harga akomodasi dan transportasi murah.

Setala, Koordinator Pusat Inovasi dan Inkubator Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Dianta Sebayang menyebut OTA merupakan satu-satunya segmen startup yang paling dirugikan dengan adanya kebijakan PPKM.

"Namun, menurut saya kerugian mereka masih lebih kecil daripada kerugian para perusahaan konvensional, seperti perusahaan transportasi, hotel, dan lain-lain," ujarnya.

Menurut Dianta, program promo akhir tahun yang secara rutin digelar pemain OTA pada akhirnya terpaksa harus dibatalkan karena adanya pengetatan atau PPKM. Namun, hal itu sudah menjadi risiko bisnis yan seharusnya sudah diperhitungkan.

MINAT INVESTOR

Selanggam dengan pandangan para pakar digital, pemodal ventura pun tak menampik OTA menjadi bisnis yang tidak prospektif akibat PPKM Level 3 di tingkat nasional akhir tahun ini. Akan tetapi, hal tersebut tidak serta merta menganulir minat investor untuk menyuntikkan dana ke vertikal ini.

Bendahara Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan Chamdani menyebut selama pandemi perusahaan OTA telah banyak beradaptasi sehingga banyak ketentuan layanan yang disesuaikan menjadi lebih fleksibel.

Hal tersebut untuk mengantisipasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendadak berubah terkait dengan pengendalian penyebaran Covid-19.

"Seharusnya penerapan Nataru sudah disosialisasikan oleh pemerintah cukup lama sehingga rilis promo-promo oleh para OTA bisa diantisipasi sebelumnya," ujarnya.

Dengan lebih fleksibel, menurut Edward, promo tiket dan layanan yang telah dibeli dapat segera dibatalkan karena adanya kebijakan pandemi. Uang konsumen juga dapat dikembalikan seutuhnya.

Selain itu Edward mengatakan kalangan investor—terutama yang mendanai OTA—seharusnya sudah siap akan risiko tersebut. "Bagian dari dinamika, dan pandemi masih belum selesai, seharusnya mereka tidak kaget," kata Edward.

Ke depan, dia melanjutkan, investor akan tetap tertarik mendanai OTA. Walaupun sektor ini mungkin butuh waktu lebih lama untuk pulih seperti sebelum pandemi, terlebih dengan pengetatan yang terjadi di seluruh wilayah pada musim liburan. 

Terkait langkah initial public offering (IPO) segelintir pemain di sektor ini, Edward menyebut seharusnya startup OTA sudah menyesuaikan rencananya ke depan dengan kondisi pandemi yang belum usai dan ekosistem bisnisnya yang masih belum pulih.

Aplikasi online travel agent Pegipegi/istimewa

Dari sisi pelaku OTA, PPKM level 3 di seluruh wilayah Indonesia saat musim liburan Nataru tidak membuat Pegipegi membatalkan promo dan paket liburannya. Perusahaan akan tetap menyediakan layanan bagi konsumen yang ingin berwisata pada momen tersebut.

Senior Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza tak menampik PPKM Level 3 saat Nataru jelas akan berpengaruh terhadap rencana perjalanan masyarakat pada periode tersebut.

Namun, tetap ada kemungkinan segelintir kalangan melakukan perjalanan dengan mematuhi semua protokol kesehatan secara ketat. 

"Kemungkinan akan sedikit berpengaruh terhadap geliat pariwisata karena adanya kebijakan tersebut," ujarnya saat dihubungi secara daring, Selasa (23/11/2021).

Menurut Busyra masyarakat yang tetap memaksa ingin menikmati momen libur Nataru dapat melakukan alternatif liburan seperti staycation di hotel bersama dengan orang terdekatnya. 

Untuk itu, dia melanjutka, Pegipegi menyediakan promo Peyuk dengan diskon hingga 60 persen, untuk mengakomodasi kebutuhan liburan, baik untuk pemesanan hotel, tiket pesawat, tiket kereta, serta tiket bus dan travel dengan harga yang lebih terjangkau.

Perusahaan optimistis saat ini masyarakat sudah sangat memahami protokol kesehatan, dan angka vaksinasi juga sudah mulai merata.

Hal tersebut akan membuat masyarakat lebih terproteksi jika ingin berpergian, tentunya dengan mematuhi segala peraturan yang ditetapkan dalam kebijakan PPKM. 

Sebelumnya, Pegipegi telah melakukan survei kepada lebih dari 1.000 pelanggan pada 22—29 Juli 2021, yang memperlihatkan masyarakat yang sudah divaksinasi lebih percaya diri untuk bepergian.

Hasil survei tersebut memperlihatkan 4 dari 5 orang yang melakukan traveling selama pandemi sudah melakukan vaksinasi minimal dengan dosis pertama.

Masyarakat yang melakukan perjalanan ini mayoritas didorong oleh tujuan berwisata sebanyak 63 persen, lalu dilanjutkan oleh kunjungan keluarga sebesar 50 persen, dan sisanya merupakan perjalanan bisnis.

"Kami juga terus mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan juga segala peraturan yang telah ditetapkan ketika ingin bepergian pada periode tersebut melalui berbagai macam channel komunikasi kami baik di aplikasi, maupun sosial media Pegipegi."

Sekadar catatan, PPKM Level 3 se-Indonesia selama periode libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru) bakal diberlakukan selama 24 Desember 2021—2 Januari 2022.  (Thovan Sugandi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike D. Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.