Free

Netizen Percaya Resesi Tak Sedalam Perkiraan

Hasil perbincangan netizen di media sosial menunjukkan kekhawatiran atas imbas resesi global di Tanah Air tidaklah sedalam perkiraan sebelumnya yang tampak dari keyakinan publik atas masih kuatnya perekonomian dalam negeri.

Saeno

13 Feb 2023 - 06.04
A-
A+
Netizen Percaya Resesi Tak Sedalam Perkiraan

Bisnis, JAKARTA – Hasil perbincangan netizen di media sosial menunjukkan kekhawatiran atas imbas resesi global tidaklah sedalam perkiraan sebelumnya yang tampak dari keyakinan publik atas masih kuatnya perekonomian dalam negeri.

Berdasarkan pemantauan di media sosial Twitter, percakapan tentang resesi setidaknya menguat pada periode 1 Oktober 2022 hingga 28 Januari 2023.

Dengan memanfaatkan teknologi Big Data, Bisnisindonesia.id bersama NoLimit Indonesia, perusahaan teknologi yang fokus memonitor dan melakukan analisis pada media online, memantau sejumlah percakapan terkait isu resesi pada periode Oktober 2022 hingga Januari 2023.

Dari hasil analisis diketahui bahwa 64 persen netizen percaya bahwa resesi akan terjadi. Fenomena lay off dan kebangkrutan beberapa perusahaan di Indonesia menjadi dasar kelompok yang percaya bahwa resesi akan terjadi.

Sebanyak 72 persen netizen menilai sektor keuangan paling terdampak ancaman resesi. Hal ini dikaitkan dengan terjadinya inflasi dan suku bunga KPR yang meningkat.

Sebanyak 24 persen netizen menilai sektor yang paling tidak terdampak adalah perhotelan karena tingginya pengunjung yang datang.

Hasil pantauan dan analisis juga merekam bahwa 57 persen netizen takut menghadapi resesi. Selain itu terdapat 35 persen netizen yang mengaku terkena dampak PHK. Adapun, 69 persen  netizen yang terkena PHK tersebut karyawan perusahaan rintisan atau startup.

Masyarakat tidak bersikap diam menghadapi ancaman resesi. Sejumlah antisipasi telah mereka siapkan. Sebanyak 51 netizen melakukan antisipasi dengan menabung dan menyiapkan dana darurat. Sebanyak 16 persen netizen lainnya memilih melunasi utang konsumtif mereka.


Tren pembicaraan mengenai resesi cenderung meningkat dari Oktober 2022 hingga Januari 2023 dengan pertumbuhan tren pembicaraan resesi sebesar 6,93 persen. Sejumlah topik hangat diperbincangkan di media sosial Twitter terkait resesi. 

Sebanyak 3.409 percakapan menyangkut membaiknya ekonomi Indonesia di tengah ancaman resesi 2023. Sementara isu pengesahan UU Cipta Kerja yang dinilai dapat membantu Indonesia menghadapi resesi hanya diperbincangkan sebanyak 196 kali. 

Sebanyak 1.599 perbincangan terkait dengan isu pengembangan UMKM, disusul perbincangan tentang dampak resesi terhadap PHK (1.176), dan pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa Indonesia tidak akan mengalami resesi. Fakta monitoring ini bisa dimaknai masyarakat tidak terlalu yakin Indonesia akan terhindar dari resesi.

Hal itu berkelindan atau terkait dengan banyaknya masyarakat  (64 persen) yang percaya bahwa resesi akan terjadi. Jumlah percakapan yang mempercayai resesi akan terjadi mencapai 1.754. 

Mereka yang percaya maupun yang tidak percaya  resesi akan terjadi memiliki alasannya masing-masing. Mereka yang percaya bahwa resesi akan terjadi mendasarkannya pada banyaknya perusahaan yang melakukan PHK (1.176 perbincangan), suku bunga BI yang naik (289 perbincangan), naiknya harga kebutuhan sehari-hari (172 perbincangan), kebangkrutan perusahaan (65 perbincangan), serta naiknya angka pengangguran (52 perbincangan).

Sementara itu, mereka yang tidak percaya bahwa resesi akan terjadi menyebutkan sejumlah indikasi untuk bersikap optimistis. Sebanyak 743 perbincangan menyebut soal terjadinya pertumbuhan ekonomi nasional. Bahkan, 120 perbincangan menyebut isu resesi hanya sebagai upaya fear mongering dari oknum masyarakat.

Dikutip dari Wikipedia, fearmongering atau scaremongering adalah bentuk manipulasi yang menyebabkan ketakutan dengan menyebarkan rumor atau gosip tentang bahaya yang akan datang.

Anggapan manipulasi informasi dari oknum masyarakat itu lebih besar (120 percakapan) dibandingkan dengan anggapan bahwa pemerintah melakukan kebohongan publik (49 percakapan).

Mereka yang tidak percaya resesi akan terjadi di Indonesia menyebutkan barang mewah masih laku (85 percakapan) dan investor asing tertarik berinvestasi di Indonesia (8 percakapan).


Di luar adanya kelompok masyarakat yang percaya dan yang tidak percaya atas kemungkinan terjadinya resesi, sejumlah percakapan menunjukkan adanya antisipasi yang disiapkan. 

Menabung menjadi pilihan teratas (dengan 259 percakapan), disusul melunasi utang konsumtif (84 percakapan), mengutamakan belanja kebutuhan (74 percakapan).


Selain itu, ada juga yang memilih untuk berbelanja produk lokal (52 percakapan), mengembangkan kreativitas (15) serta mencari penghasilan tambahan dan menyiapkan asuransi (masing-masing 11 percakapan).  

Sektor yang terdampak ancaman resesi

Berdasarkan percakapan di media sosial, sejumlah sektor disebut mengalami dampak dari ancaman terjadinya resesi. Sektor keuangan paling banyak diperbincangkan (1.581 percakapan atau 72 persen), disusul sektor pangan (182 percakapan atau 8 persen), UMKM (152 percakapan atau 7 persen), Properti (110 percakapan atau 5 persen), Energi (99 percakapan atau 5 persen), dan sektor industry alas kaki (71 percakapan atau 3 persen).

Sementara itu, sektor yang tidak terdampak adalah industri perhotelan (146 perbincangan atau 24 persen), Pertambangan Batu Bara (132 perbincangan atau 22 persen), Event (92 perbincangan atau 15 persen), Teknologi dan digital (84 perbincangan atau 14 persen), Perbankan (70 perbincangan atau 12 persen), Investasi (51 perbincangan atau 8 persen), dan Food and Beverage (27 perbincangan atau 5 persen).

Ancaman resesi menurut netizen menimbulkan sejumlah dampak, yaitu adanya ketakutan menghadapi resesi, PHK kantoran terkena PHK, usaha lokal mulai sepi, masyarakat kesulitan membiayai pendidikan. Selain itu, terjadi tindakan pengurangan belanja di kalangan masyarakat.

  

Sementara itu, industri yang melakukan PHK meliputi usaha rintisan atau Startup (88 perbincangan), Tekstil (22 perbincangan), Alas Kaki (11 percakapan), Manufaktur (4 perbincangan), konstruksi (2 perbincangan).


Netizen juga memperbincangkan langkah pemerintah dalam merespons ancaman resesi. Dalam hal ini, Kementerian BUMN menjadi yang paling sering diperbincangkan dibandingkan DPR, Pemerintah Daerah, bahkan Kementerian Keuangan yang terkait langsung dengan respons dalam menghadapi ancaman inflasi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Koperasi dan UKM berada di dua peringkat terbawah.

Banyaknya perbincangan atas Kementerian BUMN dibandingkan Kementerian Keuangan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Koperasi dan UKM menjadi fenomena yang perlu diberi catatan khusus.


Kementerian BUMN mendapat perbincangan terbanyak (688) terkait upaya/pernyataannya untuk terus memperkuat UMKM menghadapi resesi.

Perbincangan terbanyak selanjutnya (222) adalah  langkah Pemprov Jawa Tengah melakukan kerja sama dengan Pemerintah Swiss untuk menghadapi resesi 2023. Penerbitan Perppu Cipta Kerja terkesan kurang menarik bagi warganet karena hanya terjadi 158 perbincangan. Perbincangan soal Perppu Cipta kerja berada level 100-an bersama dengan perbincangan tentang 4 tawaran Gus Muhaimin agar bisa keluar dari ancaman resesi.

Selanjutnya, untuk level 79 perbincangan hingga 22 meliputi langkah Menteri BUMN mempertahankan harga nonsubsidi BBM, perancangan APBN 2023 oleh Kementerian Keuangan dalam rangka kewaspadaan menghadapi ancaman resesi, strategi pariwisata Menteri Parekraf menghadapi resesi, dan program Kemenkop UKM menghadapi ancaman resesi.  

(Hasil riset ini merupakan kerja sama bisnisindonesia.id dengan NoLimit Indonesia)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Saeno

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.