Ngobrol Bareng Wagub Bali: Dari Turisme Lebaran hingga G20

Bincang-bincang ihwal pemulihan pariwisata dan ekonomi di Bali, momentum Group of Twenty (G20) hingga perang Rusia-Ukraina yang belakangan memicu ketegangan di tingkat internasional dan regional turut menjadi perhatian Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, Wakil Gubernur Bali.

Wike D. Herlinda & Stepanus I Nyoman A. Wahyudi

2 Mei 2022 - 19.00
A-
A+
Ngobrol Bareng Wagub Bali: Dari Turisme Lebaran hingga G20

Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati tengah berbincang dan menjawab pertanyaan tim Jelajah Lebaran Bisnis Indonesia 2022, Senin (2/5/2022). Tjok Oka yang juga menjabat sebagai Ketua PHRI Provinsi Bali menyebut Pariwisata Bali mulai bergeliat, namun belum bisa ekspansif lantaran perbankan masih khawatir memberikan pinjaman ke perhotelan akibat kondisi Pandemi yang masih belum pasti./Bisnis-Muhammad Olga

Bisnis, BADUNG — Tim Jelajah Lebaran 2022 Bisnis Indonesia berkesempatan untuk menyambangi rumah dinas Wakil Gubernur Bali sekaligus Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati pada Senin (2/5/2022) pagi. 

Tim Jelajah Lebaran disambut dengan hangat oleh Cok Ace, sapaan karibnya, dengan setelan baju adat Bali resmi yang dominan putih dipadu kilau keemasan. 

Rumah dinas yang terletak tidak jauh dari Lapangan Niti Mandala Renon itu menambah sejuk obrolan Tim Jelajah Lebaran yang berlangsung hampir 1 jam. 

Bincang-bincang ihwal pemulihan pariwisata dan ekonomi di Bali, momentum Group of Twenty (G20) hingga perang Rusia-Ukraina yang belakangan memicu ketegangan di tingkat internasional dan regional turut menjadi perhatian Cok Ace. 

Berikut petikan wawancara Tim Jelajah Lebaran dengan Cok Ace:

Seperti apa tren pemulihan pariwisata dan ekonomi di Pulau Bali setelah adanya pelonggaran mobilitas wisatawan mancanegara dan domestik? 

Kalau kita melihat wisatawan mancanegara [wisman], sebenarnya Bali kan sudah dibuka sejak Oktober 2 tahun lalu, tetapi pada waktu itu kebijakan lebih ketat menyangkut perolehan visa, harus ada sponsor dan karantina.

Lalu, ada perubahan kebijakan yang signifikan di 3 Februari 2022 yang menyangkut visa on arrival [VoA], syarat karantina sejak itu dilakukan sudah menunjukkan tren yang meningkat walaupun hanya kedatangan per hari 140 sampai 150 orang karena adanya pembatasan penerbangan. 

Maret itu sudah meningkat 300 lebih, bahkan hampir menyentuh ke 500 orang dan per April 2022 sudah mendekati rata-rata  2.000 orang. Namun, itu fluktuatif; ada saatnya 1.500 ada yang sempat 2.500, tetapi rata-rata  2.000 orang. 

 

Apa pengaruh faktor mudik Lebaran saat ini terhadap dalam menjaga sentimen positif pemulihan pariwisata di Bali? 

Memang, kalau kita lihat wisman libur Lebaran ini tidak banyak memberi pengaruh ya. Kalau pun tren meningkat itu karena tren global bukan karena Lebaran. 

[Kunjungan wisatawan] domestik mengalami peningkatan yang sebelumnya sempat hanya 7.000 orang, saat Desember 2021 [sebanyak] 11.000 orang tetapi tren normalnya 7.500 orang.

Kami proyeksi [kunjungan wisatawan] pada liburan Lebaran ini [secara] harian bisa mencapai 17.000 sampai 18.000 orang lewat udara. Kami asumsikan yang datang dengan pesawat hanya sekitar 40 persen yang wisatawan. Sisanya perjalanan biasa.

[Terkait dengan] dampaknya ke perekonomian Bali sendiri ada peningkatan yang tumbuh, sekarang cenderung dari pesisir, harga-harga di Bali belum stabil seperti sebelum pandemi Covid-19. 

Beberapa teman [pengusaha di sektor] perhotelan memberikan harga diskon sehingga pangsa pasar yang sebelumnya tinggal di Candi Dasa, Lovina dan Ubud ini masih tersedot ke Bali Selatan. Ini masih di sekitar Kuta perputaran uangnya masih di sana sana saja.

 

Tim Jelajah Lebaran Bisnis Indonesia sempat mengunjungi sejumlah obyek wisata kemarin. Memang terjadi peningkatan volume trafik kunjungan, tetapi realisasi belanja wisatawan masih rendah, seperti apa tanggapan dari pak Wagub? Seperti apa perputaran uang di Bali sendiri? 

Kami dapat lampu hijau dari Bank Indonesia, sebelumnya kan negatif ya minus 2,3 persen atau 2,7 persen harapan kami tren lebih bagus di kuartal pertama tahun ini. 


Seperti apa potensi dari pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat untuk pertumbuhan ekonomi dan pariwisata di Bali?

Kalau kita lihat okupansi dengan jumlah pengunjung 2.000 orang yang wisatawan mancanegara dan domestik di angka 18.000 orang rata-rata per hari. 

Saya kira okupansi akan turun lagi setelah lebaran untuk tamu domestik di angka 10.000 orang kira-kira 40 persen yang akan menginap di hotel jadi sekitar 4.000 orang, yang ditambah wisatawan asing 2.000 orang. Artinya, 6.000 yang menginap di hotel.

Katakanlah yang sudah fokus mendapatkan wisatawan itu Nusa Dua karena banyak acara-acara di sana, okupansi baru 21 persen rata-rata itu. 

Kita bayangkan di kawasan lainya Kuta Selatan misalnya ini lebih tipis lagi karena wisatawan sekarang berada di Kuta Utara seperti daerah Legian dan Kerobokan. 

Kalau bicara Ubud lebih rendah lagi dan juga di daerah Lovina dan Candi Dasa. Bali dengan 140.000 kamar dan kunjugan wisatawan hanya sekian angka okupansi 5 persen belum juga tersentuh. 

 

Pada triwulan pertama dengan faktor libur panjang saat ini, bagaimana proyeksi dari tren pemulihan pariwisata pada tahun ini?

Pasti naik ya. Kami punya pengalaman di 2020 dua tahun lalu ketika Covid-19 pertama kali masuk kita menutup ketat, di Juli 2020 kita membuka keran aktivitas lokal yang terjadi belakangan pertumbuhan mencapai 1,6 persen perekonomian di Bali atau setara dengan Rp2 triliun dalam waktu satu kuartal. 

Kalau sekarang dibuka internasional dan domestik   saya yakin itu akan berlipat-lipat kenaikannya.

 

Apakah perekonomian Bali sudah kembali di posisi prapandemi? 

Belum masih jauh sekali, masih jauh, karena kalau kita melihat Produk Domestik Regional Bruto [PDRB] di Bali kan 53 persen didominasi oleh pariwisata sedangkan dalam keadaan normal dahulu sebelum 2019 wisatawan ke Bali sekitar 17.000 orang sampai 19.000 orang. 

Katakanlah, ini baru seperdelapan, domestik juga sebelum pandemi mencapai 25.000 orang sampai 30.000 orang, sekarang baru di posisi 17.000 orang karena ada lebaran saja, setelah itu bisa kembali di angka 8.000 orang.

 

Lalu kapan proyeksinya bisa kembali ke posisi sebelum pandemi? 

Dari segi kuantitas  mudah-mudahan akan kembali [rebound] pada 2024, kalau 2023 saya belum terlalu yakin karena juga kondisi global di tengah konflik Rusia-Ukraina yang memengaruhi, karena pasar kita banyak dari Rusia, ini juga berpengaruh dari Eropa tinggi sekali pasarnya ke Bali.

 

Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati tengah berbincang dan menjawab pertanyaan tim Jelajah Lebaran Bisnis Indonesia 2022, Senin (2/5/2022). Tjok Oka yang juga menjabat sebagai Ketua PHRI Provinsi Bali menyebut Pariwisata Bali mulai bergeliat, namun belum bisa ekspansif lantaran perbankan masih khawatir memberikan pinjaman ke perhotelan akibat kondisi Pandemi yang masih belum pasti./Bisnis-Muhammad Olga

Bali ditunjuk menjadi salah satu tuan rumah Group of Twenty (G20), sejauh ini seperti apa persiapannya dari pemerintah provinsi dan swasta untuk menyiapkan momen internasional itu? 

Kita masih belum tahu pasti karena masih banyak riak-riak [politik global] yang datang dan boikot. Angkanya belum pasti karena kita belum tahu. Dari pengalaman APEC dan IMF, pertumbuhan ekonominya saat itu sangat luar biasa sekali. 

Sebelum Covid-19 Bali berada di posisi 5,6 persen setelah APEC naik sekitar 10 persen. Event yang hanya satu pekan tapi perputaran uangnya sudah luar biasa, kami berharap G20 tidak ada kendala nantinya. 

 

Situasi di dunia internasional masih ada ketegangan akibat Perang Rusia-Ukraina, bagaimana Bali menyikapinya sebagai tuan rumah G20 tahun ini

Kami hanya bisa menangkap momentum ini. Pertama percepatan peyiapan venue-venue di Bali ini jadi momentum penting khususnya bagi hotel-hotel bintang 5 yang biasa dipakai untuk tamu VVIP ini bisa jadi pemicu untuk mempercepat yang tadinya 2 tahun tidak beraktivitas sekarang bisa menyiapkan kembali tempat-tempat dan obyek wisata.

 

Berapa nilai investasi yang dikeluarkan pemerintah bersama dengan swasta untuk menyiapakan fasilitas pendukung G20?

Kalau hotel kami ada kendala di Bali karena proyeksi di 2019 meleset akibat pandemi. Kami berasumsi 2020 itu wisatawan dari sebelumnya 2019 sebanyak 6,3 juta orang kami harapkan bisa sentuh di 7 juta orang pada 2020. 

Teman-teman di industri pariwisata berencana untuk ekspansi sehingga ada beberapa pinjam uang ke bank, tetapi 2020 akhirnya kena pandemi.

Dengan demikian, uang yang tadinya direncanakan untuk investasi pengembangan usaha akhirnya kita lakukan refocusing. Meleset dugaan kita sehingga pada 2020—2021 para pengusaha ini sudah dibekali utang.

Kendala kita di Bali untuk top up utang tidak bisa karena kami masuk sektor pariwista, dapat relaksasi tetapi ada yang sudah jatuh tempo 2022. 

Kami berharap ada perpanjangan relaksasi katanya sudah boleh sampai 2023 pertengahan tetapi kenyataan di lapangan tidak seperti itu, terutama terkait dengan masalah cicilan bunga.

Kalau boleh kami usulkan ada soft loan, itu sangat membantu sekali kalau dilihat dari segi arus kas, per 6 bulan terkahir apakah masih feasible diberikan pinjaman pasti tidak? 

Oleh karena itu Bali yang 54 persen [produk domestik regional bruto] PDRB-nya dari pariwisata kami berharap ada peraturan yang sifatnya parsial untuk Bali tidak mungkin kami disamakan dengan daerah lain yang sektor-sektor usahanya bukan dominan pariwisata

 

Dengan momentum G20, seperti apa respon dari perbankan untuk pinjaman modal ke industri pariwisata di Bali? 

Satu terhadap soft loan sampai sekarang belum padahal kami sudah ajukan sejak 2020 dari pertama kena pandemi kami sudah berpikir ini tidak akan main-main.

 

Untuk ekspansi di industri pariwisata sendiri apa sudah bisa dengan momentum G20 ini, pinjaman dari bank apa sudah mulai longgar?

Belum untuk pariwisata, kami sedang pintar-pintarnya mengatur apa kita sedang menyiapkan pelayanannya duhulu atau menunggu tamunya datang. 

Ini sering kalau dilihat di sepanjang jalan di Kuta kenapa belum buka 100 persen karena mereka wait and see, tetapi tetap kita dorong untuk dibuka. 

 

Apakah industri pariwisata bisa ekspansif di tengah momentum G20? 

Saya kira belum bisa ekspansif untuk jumlah kunjungan seperti itu, saya kira sudah cukup dengan venue yang kita miliki sekarang untuk perbaikan, penataan ulang itu dari anggaran pusat kebanyakan walupun dari pemerintah provinsi juga ada perbaikan jalan kecil-kecil.

 

Pewawancara : Tim Jelajah Lebaran 2022 Bisnis Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Wike Dita Herlinda

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.