Nilai Tukar Rupiah Melemah, Begini Proyeksi Pasca Lebaran 2024

Penurunan rupiah dinilai akan menambah tekanan bagi BI yang berupaya menjaga stabilitas mata uang di tengah penguatan dolar yang terus berlanjut dan arus keluar modal asing.

Redaksi

16 Apr 2024 - 19.31
A-
A+
Nilai Tukar Rupiah Melemah, Begini Proyeksi Pasca Lebaran 2024

Rupiah telah melemah sekitar 2% dibandingkan dengan akhir Desember 2023. - Foto Bisnis

Bisnis, JAKARTA — Nilai tukar rupiah tercatat mengalami pelemahan hingga menembus level Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS) setelah libur Lebaran 2024.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka melemah 353,50 poin atau 2,23% menuju level Rp16.201,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS menguat 0,14% menuju posisi 106,35. Level rupiah tersebut menjadi yang terlemah sejak empat tahun terakhir.

Penurunan rupiah dinilai akan menambah tekanan bagi BI yang berupaya menjaga stabilitas mata uang di tengah penguatan dolar yang terus berlanjut dan arus keluar modal asing.

Adapun berdasarkan RTI, rupiah saat ini bertengger di level Rp16.170. Posisi ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai pada hari sebelumnya yang berada di level Rp15.839, Senin (15/4/2024).

Sebelumnya, pasar global dikejutkan oleh data inflasi bulan Maret di Amerika Serikat (AS). Melansir Reuters, Selasa (16/4/2024), Consumer Price Index (CPI) AS meningkat lebih dari perkiraan konsensus pada Maret 2024.

Kondisi itu terjadi akibat masyarakat AS terus membayar lebih untuk biaya bahan bakar dan sewa perumahan.

Sejalan dengan kondisi itu, pasar keuangan mengantisipasi bahwa the Fed akan menunda kebijakan pemangkasan suku bunga hingga September 2024 mendatang.

Analis Maybank, Brian Lee Shun Rong, sebelumnya turut memproyeksi penurunan nilai rupiah. Menurut Brian, Rupiah Rentan Akibat Lemahnya Ekspor Komoditas dan Kekhawatiran Fiskal.

“Kami memperkirakan penurunan suku bunga acuan BI secara kumulatif sebesar 75bps pada akhir 2024. Perkiraan harga kami menyerukan penurunan suku bunga kumulatif sebesar 100bps pada suku bunga Fed Funds di tahun 2024, dimulai dari Triwulan III,” jelas Brian dalam risetnya (20/3/2024).

Lebih lanjut, rupiah telah melemah sekitar 2% dibandingkan dengan akhir Desember 2023. Cadangan devisa turun menjadi US$144 miliar per akhir Februari, karena peningkatan pembayaran utang luar negeri.

Brian menambahkan, masih ada yang dapat membebani rupiah, terutama jika pasar memangkas ekspektasi pemotongan suku bunga the Fed.

Pelemahan ekspor komoditas adalah salah satu faktornya. Surplus perdagangan Januari hingga Februari anjlok ke level terlemah dalam 4 tahun terakhir (US$2,87 miliar), mengimplikasikan bahwa defisit neraca transaksi berjalan kuartal pertama dapat melebar.

Selain itu, terdapat arus keluar modal asing pada Maret 2024, sebagian karena kekhawatiran bahwa pemerintahan Prabowo akan memperlebar defisit fiskal dan meningkatkan utang pemerintah. (Muhammad Fauzan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Editor: Fatkhul Maskur

Anda harus login untuk mengomentari artikel ini

Total 0 Komentar

Kembali ke Atas
BIG MEDIA
Jalan K.H. Mas Mansyur No. 12AKaret Tengsin - Jakarta Pusat 10220
© Copyright 2024, Hak Cipta Dilindungi Undang - Undang.