Bisnis, JAKARTA — Di tengah sederetan upaya melakukan transisi energi, rencana 'suntik mati' alias pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara tak lagi menjadi program andalan pemerintah.
Pemerintah bahkan tak lagi terobsesi untuk melakukan pensiun dini PLTU batu bara yang sebelumnya menjadi salah satu program transisi energi yang diharapkan bisa mempercepat target nol emisi karbon (net zero emission/NZE) pada 2060.
Tak bisa dimungkiri, dominasi penggunaan energi fosil memang masih menjadi salah satu aral percepatan proyek energi baru terbarukan. Dengan sangat melimpahnya potensi energi surya, bayu, hidro, bioenergi, panas bumi, hingga laut yang totalnya mencapai 3.686 gigawatt (GW), sejatinya dapat menjadi modal kuat bagi Indonesia untuk beralih menggunakan energi yang lebih bersih.
Kendati demikian, penggunaan energi fosil khususnya batu bara juga masih dapat terus dilakukan tetapi dengan menerapkan teknologi yang dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) pada emas hitam, seperti mengintensifkan co-firing biomassa pada pembangkit, penerapan teknologi USC (Ultra Super Critical), IGCC (Integrated Gasification Combined Cycle), dan lain sebagainya.